Nikmatilah waktu yang kita miliki sesingkat apapun, selama waktu itu masih berpihak pada kita.
Setidaknya itulah yang sedang Mark lakukan saat ini. Waktu untuk selalu bersama dengan si kembar memang tidak akan pernah bisa panjang. Tapi, setidaknya saat ini dan kedepannya. Mark akan selalu menikmati waktu singkat bersama keduanya.
Lebih baik singkat daripada tidak sama sekali.
Setelah puas mengelilingi Coex Aquarium selama tiga jam, Mark membawa keduanya untuk mengisi tenaga dulu dengan mengajak mereka untuk makan. Awalnya Mark sempat kewalahan karena keduanya menolak dengan alasan tidak lapar.
Tapi, dengan sedikit rayuan kalau dia akan mengajak mereka ke arena bermain. Akhirnya disinilah sekarang mereka, disalah satu restoran yang memang tidak jauh dari pusat Aquarium. Mark tidak ingin mengambil resiko jika harus jauh-jauh mencari restoran lain. Bisa-bisa Chae Young tidak mempercayainya lagi karena tidak bisa menjaga si kembar dengan baik.
Mark boleh kehilangan Chae Young, tapi dia tidak ingin kehilangan putranya untuk kali ini. Sebisa mungkin Mark akan melakukan apapun agar tetap bisa bersama mereka walau sebentar.
"Uncle, bisa ambilkan baju hangat yang lebih tebal untuk Jean?"
Mark mengerjap dari keterdiamannya. Menoleh pada Jourell yang sedang memasang tampang memohon yang begitu kentara.
"Baju hangat?" memastikan.
Jourell hanya mengangguk.
"Ini AC nya terlalu besar, aku akan mulai menggigil jika kedinginan," jelas Jean dengan polos. Kedua tangannya sudah menangkup tubuh bagian depannya.
Dengan sigap Mark hanya mengangguk dan segera berlalu untuk menuju mobilnya. Mencari baju hangat.
Setelah beberapa menit, Mark kembali dengan cepat. Sepertinya dia berlari dari basmant menuju ke dalam. Terlihat dari beberapa peluh yang terdapat pada wajahnya.
"Ini pakailah. Agak besar tapi sepertinya tidak buruk," Mark memakaikan sebuah jaket abu tebal miliknya pada Jean. Seperti ucapannya. Memang agak besar, tapi sepertinya memang tidak buruk. Yang terpenting itu Jean tidak kedinginan.
"Appa juga selalu memakaikan jaketnya kalau Jean lupa membawa jaket," ucap Jourell dengan polos.
"Bahkan Appa rela membeku hanya karena melindungi diriku dari kedinginan waktu musim dingin tahun lalu. Salahkan Mommy yang terlambat pulang saat itu," lanjut Jean dengan tawanya yang menulari Jourell.
Keduanya terlarut dalam kenangan mereka dengan Jinyoung, mengabaikan perasaan Mark yang sudut hatinya terasa diremas oleh tangan kasat mata. Sesak.
Mark melilitkan sebuah syal merah pada Jean. Mark berinisiatif membawanya tadi. Mark hanya benar-benar ingin melakukan yang terbaik untuk Jean.
"Sepertinya kalian sangat menyayangi Appa?" tanya Mark seraya kembali mendudukan dirinya.
"Sangat! Appa itu pahlawan kami," jawab Jean bersemangat.
"Pahlawan?" tanya Mark lagi.
Keduanya mengangguk serempak.
"Saat Daddy selalu tidak bisa melakukan perannya sebagai seorang ayah, Appa selalu ada untuk kami," kata Jourell.
Mereka itu masih anak-anak. Tapi entah bagaimana terlihat begitu dewasa dalam keadaan tertentu. Seperti saat ini, misal.
Katakanlah Mark terkejut dengan perkataan Jourell tentang Daddy. Sedikit tidak percaya. Daddy itu panggilan yang di inginkan Mark kalau sedang membicarakan masa depan bersama Chae Young. Dulu....
KAMU SEDANG MEMBACA
Could Be Destiny
FanfictionJika bertemu kembali denganmu adalah takdir kita, maka kita tidak akan berlari menghampirimu atau berlari menjauhimu. Bagaimanapun keadaannya jika kembali bertemu, kamu punya andil dalam hadirnya dua malaikat jagoanku. Karena mau mengelak bagaimanap...