Chae Young berdehem dua kali. Remasan pada tali tasnya semakin mengerat. Kegugupan semakin terasa kala langkahnya semakin mendekat. Mengikis jarak diantara mereka. Mempertemukan keduanya.
Dengan sedikit kesan yang terburu-buru dan napas yang terengah. Chae Young menghampiri.
"Ah! Chagi~" Chae Young menghampiri Jinyoung. Dengan gerakan cepat, Jinyoung yang melihat Chae Young seperti terjadi sesuatu, tubuhnya langsung berdiri. Memegang bahu Chae Young, menenangkan.
Saat ini keadaan Chae Young benar-benar seperti seseorang yang berlari dari tempat parkir menuju ke dalam. Napasnya terengah, degup jantungnya sangat cepat, bahkan bulir-bulir keringat sudah memenuhi wajah. Benar-benar terlihat sangat kacau dan berantakan.Itu hanya berdekatan. Belum berhadapan, bahkan mengobrol. Tapi lihatlah efeknya. Chae Young sangat kewalahan mengontrol diri. Kegugupan dan ketakutannya berlebihan.
Tidak jauh berbeda dengan Chae Young. Keadaan Mark sejak melihat kedatangan Chae Young. Matanya langsung memperhatikan sosok wanita itu, menyelami setiap lekuk wajahnya. Diameter bola matanya sedikit melebar. Dan Mark tiba-tiba membeku. Obrolan dan ocehan yang keluar dari mulut si kembar dihiraukan. Sosok wanita dihadapannya yang sedang berdiri menarik seluruh perhatiannya. Mengalihkan semua. Bahkan mampu memberhentikan aliran darah di dalam tubuhnya. Menghentikan udara yang masuk pada paru-parunya. Kemudian dunianya terasa berhenti sejenak.
Mungkin Mark akan benar-benar menghentikan dunianya, jika Jinyoung tidak menepuk-nepukan tangan dihadapan wajah Mark yang membeku terkejut.
"Kau melamun-"
Mark sedikit terlonjak kaget,
mengerjapkan matanya beberapa kali. Mencoba menetralkan kembali keadaan dirinya."-Perkenalkan," lanjut Jinyoung menunjuk Chae Young yang sudah mendudukan diri di samping Jinyoung. Sedang menyapa si kembar. "Mommy nya anak-anak."
Tangan kanan Chae Young terulur keatas meja, bermaksud menyalami Mark. Sedangkan tangan kiri yang dibawah meja, tanpa sengaja sedikit meremas tangan Jinyoung.
Dibawah sana tangan Jinyoung sedikit mengelus tangan Chae Young. Memberikan ketenangan. Menyampaikan semuanya baik-baik saja. Walaupun Jinyoung tidak mengerti ada apa dengan hubungan kerja mereka. Tapi Jinyoung hanya mencoba mengerti keadaan Chae Young. Saat ini kegugupan sedang menghampirinya.
"Mark, aku tau kau terpesona dengan istriku. Tapi bisakah kau menghargai aku?" Jinyoung memanggil Mark sedikit bergurau yang terus berdiam memperhatikan Chae Young.
"Mark," Yang dipanggil masih belum menjawab. Terdiam membatu, dengan tatapan yang sulit diartikan. "Dia kenapa? Apa seperti itu jika bertemu denganmu?" Jinyoung sedikit berbisik pada Chae Young yang berada disampingnya.
Chae Young mengendikan bahu. "Sebenarnya aku belum pernah bertemu, aku hanya mendengar kabar kalau dia pria yang suka menggoda, dari Lisa." Bohongnya. Dan Jinyoung dengan secepatnya mempercayai itu. Apalagi sikap Mark dihadapannya seolah-olah membenarkan pernyataan Chae Young.
"Mark!" Jinyoung sedikit berteriak. Mark terlonjak kaget.
"Ah, i-iya." Mark mengangkat tangannya keatas dengan ragu. Menyambut tangan Chae Young yang sudah berada dihadapannya dari beberapa menit yang lalu. "Mark Tuan." Lanjutnya, sedikit menundukan kepala.
"Park Chae Young," Balas Chae Young dengan sedikit mengeratkan acara bersalaman mereka. Sebelum akhirnya kedua tangan itu terpisah.
"Apa kau sedang tidak enak badan?" Jinyoung bertanya pada Mark, masalahnya wajah Mark sekarang mendadak terlihat pucat.
"Hanya mendadak pusing, omong-omong istrimu mengingatkan aku pada seseorang." Ekor matanya tak pernah berhenti melirik Chae Young yang sedang bergurau dengan si kembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could Be Destiny
FanfictionJika bertemu kembali denganmu adalah takdir kita, maka kita tidak akan berlari menghampirimu atau berlari menjauhimu. Bagaimanapun keadaannya jika kembali bertemu, kamu punya andil dalam hadirnya dua malaikat jagoanku. Karena mau mengelak bagaimanap...