face to face

215 60 13
                                    

Chaeryeong mengedarkan pandangannya ke segala arah dengan was-was. Tangannya menggenggam erat tangan Ryujin.

"Chaer, lu kenapa sih? Diburon polisi?" tanya Ryujin yang resah melihat tingkah gadis itu.

"Beomgyu gak ada di sini kan? Gue gak mau ketemu dia," kata Chaeryeong.

"Gak tau, emang kenapa sih? Perasaan lu takut banget sama dia."

"Gue masih trauma tau. Gak lagi dah mau deket-deket dia."

Ryujin geleng-geleng. "Tenang, ada gue di sini. Itu anak kalo berani nyentuh lu setitik, bakal gue sleding," ujar Ryujin.

"Ah, makasih. Lu emang pacar kesayangan gue yang paling pengertian," ucap Chaeryeong.

Perjalanan menuju kantin pun lebih ringan bagi Chaeryeong mengetahui ada Ryujin yang siap menjadi tamengnya jika ia menghadapi pemuda iblis bernama Beomgyu.

Beomgyu sendiri berada di kantin sedang menyantap mie gorengnya sambil memperhatikan sekeliling kantin.

"Nape lu? Nyari Chaeryeong?" tegur Jeongin melihat gelagat temannya yang aneh itu.

"Kagak," jawab Beomgyu spontan.

"Dih, iya kali nih?" Jeongin sembari memicingkan matanya sangsi.

"Dibilangin kagak percaya," tukas Beomgyu.

"Emang," celetuk Jeongin.

"Anjirlah," gumam Beomgyu.

"Ya udah, terus ngapain lu kayak cctv gitu?" tanya Jeongin.

"Gak papa, cuma liat-liat aja. Emangnya gak boleh?" jawab Beomgyu.

Jeongin langsung memutar bola matanya, "hm, iya deh."

Di sana, di pintu masuk kantin, dua orang gadis yang sedang bergandengan tangan masuk. Memang benar sih kata Jeongin, Beomgyu memang sedang mencari keberadaan Chaeryeong tadi.

Itu cewek napa dah? batin Beomgyu.

Gelagat yang aneh ia tangkap dari gadis itu. Chaeryeong terlihat seperti buronan yang sedang menyelundupkan ganja, mengendap-endap seperti takut ketahuan oleh seseorang.

Mata mereka bertemu. Tidak lama karena Chaeryeong langsung membuang muka dan memeluk tangan Ryujin semakin erat.

"Dia takut ama gue apa gimana?" gumam Beomgyu tanpa sadar.

Jeongin yang mendengar langsung menoleh, "siapa yang takut ama lu?"

Beomgyu tersentak mendengar suara Jeongin, ia langsung menggeleng kuat.

"Anjir, Ryu. Dia natep gue tadi," adu Chaeryeong dengan nada takutnya.

"Ck, biarin aja. Kan udah gue bilang gue bakal sleding dia kalo berani nyentuh lu," ucap Ryujin, sudah pusing menghadapi kelakuan sahabatnya.

Kedua gadis itu menuju tempat martabak telur.

"Gak usah pake cabe, tadi pagi maag gue kambuh," pinta Chaeryeong.

Ryujin memberi gestur oke lalu menyampaikan pesanan mereka kepada si penjual.

"Lu cuti sekolah bukannya enak bisa makan banyak malah telat makan, udah tau telat makan dikit perut lu langsung rewel."

Chaeryeong terkekeh kaku. Meskipun selama berteman ia yang sering mengomeli Ryujin karena Ryujin nakal, tapi omelan Ryujin lah yang paling menyeramkan karena gadis itu suka mengomel sambil menatap tajam.

"Makan di mana?" tanya Ryujin sambil memegang pesanan mereka yang sudah jadi.

"Taman sebelah perpus aja." Di mana pun itu asalkan tidak ada Beomgyu.

Heterogeneous (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang