the phone

170 43 59
                                    

Hari ini merupakan salah satu hari yang paling Chaeryeong nanti. Hari di mana parasit kehidupannya alias Beomgyu tidak masuk sekolah.

Kabarnya pemuda itu sedang sakit maka dari itu tidak dapat menghadiri kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Chaeryeong pun dapat menjalani sekolahnya dengan damai dan sejahtera.

Namun di balik kesenangan Chaeryeong terhadap absennya Beomgyu, ada hal yang membuatnya repot juga.

Ponsel pemuda itu masih berada di tangannya dan ia harus segera mengembalikannya.

"Heeseung!" Chaeryeong mengejar pemuda yang sedang menuju parkiran. Sekarang sudah jam pulang sekolah.

Yang dipanggil menoleh, "kenapa?"

"Gue boleh minta anterin hape Beomgyu ke rumahnya gak?" pinta Chaeryeong.

"Kok ada sama lu?" tanya Heeseung.

"Iya, kemarin sebelum tawuran dia nitip ke gue. Harusnya dibalikin hari ini tapi dia malah gak masuk," jelas Chaeryeong.

"Maaf, Chaer. Gue gak bisa, mau anterin adek sepupu bimbel," ujar Heeseung.

"Yhaa.." desah Chaeryeong pasrah, ini berarti harus ia sendiri yang mengantarkannya ke rumah Beomgyu. Merepotkan sekali.

Ingin meminta tolong kepada teman Beomgyu yang lain juga Chaeryeong tidak enak karena ia tidak terlalu dekat dengan mereka. Jeongin dan Sungchan pun juga tidak masuk dengan alasan yang sama yaitu sakit.

"Ya udah.. Makasih ya, Seung," ucap Chaeryeong.

"Oke, maaf ya gak bisa bantu," balas Heeseung.

Dan mereka pun berpisah menuju kendaraan masing-masing.

°°°°°

Chaeryeong sampai di rumah berpagar tinggi, inilah rumah sang musuh kehidupannya.

Baru beberapa kali ia mengunjungi rumah Beomgyu, itu pun dalam rangka acara pesta yang diselenggarakan oleh anak-anak tongkrongan.

Rumah Beomgyu sering dijadikan tempat pesta karena halaman belakang dan rooftopnya yang luas. Dan yang terpenting adalah orang tua Beomgyu mengizinkan rumahnya dijadikan tempat menggila dan menyambut mereka dengan ramah.

Sebenarnya Chaeryeong tidak mau ikut-ikutan pesta tersebut karena ia sangat malas harus bersosialisasi sepanjang malam apalagi di rumah sang musuh.

Namun karena dipaksa Ryujin dan yang lain, Chaeryeong mau tidak mau harus ikut. Ancaman mereka ngeri soalnya.

"Gak ada orang apa gimana anjir?!" gerutu Chaeryeong pelan. Sudah lima belas menit ia berdiri seperti orang linglung di depan pagar rumah Beomgyu dan sudah tiga kali ia menekan bel rumahnya. Belum ada tanda-tanda kehidupan.

Ia berencana akan pergi jika bel keempatnya tetap tidak mendapatkan respon apapun. Namun sebelum ia sempat menekan bel untuk yang keempat kali, terdengar suara kunci pagar yang sedang dibuka.

Akhirnya...

"Eh, Chaer. Mau jenguk? Tumben." Senyum sumringah menyambut kehadirannya. Chaeryeong merespon dengan ekspresi sangat bertolak belakang, keningnya mengkerut melihat penampilan Beomgyu.

"Lu keliatan hancur banget," ujar Chaeryeong dari lubuk hati yang terdalam alias terlalu jujur.

Namun memang faktanya begitu. Beomgyu terlihat sangat memprihatinkan dengan wajah penuh lebam. Membuat yang melihatnya reflek ingin open donasi untuknya.

Heterogeneous (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang