Mata Chaeryeong terbuka. Hal yang pertama kali menyambut indera penglihatannya itu adalah Beomgyu yang sedang berbaring sembari bermain game di sampingnya.
Awalnya ia hanya menatap polos ke arah pemuda itu karena kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul, lalu seiring berjalannya waktu ia mulai sadar dan langsung terduduk kaget.
"ANJING, LU NGAPAIN DI SINI?!" pekik Chaeryeong membuat target pekikannya itu terkejut dan langsung membekap mulut Chaeryeong kuat.
"Gak usah teriak-teriak, bego. Ortu gue lagi nonton di bawah," bisik Beomgyu dengan nada panik. Semoga saja orang tuanya tidak mendengar pekikan Chaeryeong barusan, batinnya.
Mendengar bisikan itu Chaeryeong pun tersadar bahwa ia sedang masih berada di rumah Beomgyu. Namun seingatnya ia tidak masuk ke dalam kamar pemuda ini. Lalu mengapa ia bisa terbangun di sini?
Beomgyu melepaskan tangannya dari mulut Chaeryeong.
"Lu ketiduran di ruang tamu tadi, terus gue bawa ke kamar biar tidurnya lebih enak. Eh ternyata saking enaknya, lu nyenyak banget tidurnya sampe baru bangun sekarang," jelas Beomgyu seolah tahu isi pikiran si gadis.
Gadis itu teringat bahwa tadi siang ia menunggu hujan reda di ruang tamu sang tuan rumah. Namun lama-lama ia merasakan rasa kantuk yang sangat berat. Setelah itu Chaeryeong tidak mengingat apa-apa lagi.
Chaeryeong pun berdecak kesal. Bisa-bisanya ia ketiduran di rumah orang. Tetapi salah hujannya juga sih tadi lama reda.
Namun Chaeryeong tersadar akan sesuatu. "Bentar.. lu yang bawa gue ke sini?"
Beomgyu mengangguk. "Iya.."
"Digendong?" tanya Chaeryeong pelan.
Beomgyu kembali mengangguk.
Chaeryeong langsung mengacak rambutnya frustasi. "Anjir.. lu gak ngapa-ngapain gue kan?!"
"Ya gak lah! Buat apa gue ngapa-ngapain lu, gak nafsu. Jangan asal nuduh ya, Surti!" Beomgyu protes dengan tuduhan tidak benar dari gadis itu. Padahal niatnya benar-benar baik agar Chaeryeong bisa tidur dengan nyaman, malah dituduh yang tidak-tidak.
"Ya santai aja anjir jawabnya," ceplos Chaeryeong.
"Elu nuduh orang sembarangan," sungut Beomgyu.
"Udah udah, sekarang jam berapa?" tanya Chaeryeong mengganti topik.
"Jam delapan malam," jawab Beomgyu menunjukkan jam yang tertera pada ponselnya.
"Ini udah malam banget. Lu kenapa gak bangunin gue, bangsat?!" Chaeryeong menatap Beomgyu kecewa berat.
"Gue takut lu ngamuk pas gue bangunin, lagian gue juga gak tega soalnya lu keliatan capek banget," jawab Beomgyu.
"Biasanya juga lu tega sama gue, njing," maki Chaeryeong.
"Ya gimana? Lu mau pulang sekarang? Tapi hujan masih deres banget," ujar Beomgyu membuka sedikit gorden pada jendelanya memperlihatkan hujan yang masih dengan derasnya turun.
Chaeryeong hanya bisa terdiam. Benar juga, ia tetap tidak bisa pulang dengan keadaan hujan yang masih seperti ini. Apalagi tanpa mantel.
"Kalo dibolehin, lu nginep aja. Gue ada kamar lebih kok. Ortu gue juga tau ada lu di sini," kata Beomgyu melihat raut wajah gadis itu yang hanya melamun melihat ke arah jendela.
Chaeryeong membuyarkan lamunannya. "Gak lah, mending gue pulang," ujarnya.
"Lu yakin pulang dengan hujan yang begini derasnya?" tanya Beomgyu yang tidak percaya dengan keputusan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heterogeneous (On Going)
Romance[Choi Beomgyu & Lee Chaeryeong] Minyak dan air, kedua hal itu tidak bisa disatukan. Sama seperti dua manusia bernama Beomgyu dan Chaeryeong. Sehari saja tidak ada pergelutan dari mereka, itu adalah hari keajaiban bagi warga sekolah. Sangat membenci...