consequence

219 49 7
                                    

Terlambat ke sekolah. Beomgyu harus menerima hukuman menyiram semua tanaman yang ada di sekolah bersama siswa telat lainnya.

Ini semua karena semalam ia pulang larut dari bar itu.

Bayangkan saja semua teman-temannya itu mabuk kecuali Jeongin dan Yeonjun. Kerja keras mereka mengangkat tubuh berat pemuda mabuk itu ke dalam mobil dan mengantarkannya pulang ke rumah masing-masing. Sungguh lelah.

Apalagi mabuknya pemuda-pemuda itu sungguh rese dan kelakuannya sangat menyusahkan.

"Udah semua nih, gue ke kelas duluan ya," pamit Jeongin yang juga telat.

Beomgyu mengangguk, "gue juga mau ke kelas."

Perjalanannya menuju kelas agak berat mengingat ada pelajaran olahraga pada hari ini. "Udah dihukum telat, ini bakal dihukum gak ada baju lagi. Kasian banget gue," monolognya.

Sesampainya di kelas, Beomgyu menaruh tasnya dan ia pun berjalan menuju lapangan yang di mana terdapat siswa yang sedang praktek olahraga.

"Baru datang kamu, Beomgyu..." Pak Hoseok menyambutnya sambil berkacak pinggang.

"Maaf, Pak," ucap Beomgyu.

"Cepat ganti seragam kamu!" titah Pak Hoseok.

Beomgyu mengusap tengkuknya canggung, "itu.. baju olahraga saya hilang, Pak," ujarnya dengan nada pelan.

"Ya ampun." Pak Hoseok berdecak dan menggelengkan kepalanya. "Kamu ini udah telat dua puluh menit, seragamnya hilang pula. Gimana sih kamu?"

"Maaf, Pak," ucap Beomgyu lagi.

"Kamu lari keliling lapangan sepuluh putaran. Lain kali jangan diulangi lagi kesalahannya," kata Pak Hoseok.

"Iya, Pak," jawab Beomgyu.

"Ya udah, cepat lari." Hoseok meninggalkan Beomgyu menuju murid-muridnya yang sedang pemanasan dipimpin oleh Changuk si seksi olahraga.

Beomgyu pun memulai putaran pertamanya berlari. Sebelum itu, matanya sempat melirik gadis yang sedang menutup mulut menyembunyikan tawa.

Chaeryeong menertawainya.

Tunggu konsekuensi dari apa yang lu perbuat, Chaer, batin Beomgyu lalu fokus pada hukumannya.

°°°°°

"Choerry, tungguin gue elah. Buru-buru amat jalannya." Chaeryeong lelah mengejar Choerry yang terlalu cepat berjalan.

"Gue kebelet anjir, duluan ya..." Dan gadis itu malah berlari meninggalkan Chaeryeong yang berada jauh di belakangnya.

"Yaelah," sungut Chaeryeong menatap punggung Choerry yang sudah menjauh itu.

Keringatnya sudah membasahi tubuh. Ia ingin segera ganti baju karena tidak betah dengan baju olahraganya yang basah oleh keringat sekarang.

Tetapi tiba-tiba saja tangannya ditarik seseorang pergi.

"Lu diem, jangan banyak omong. Gue tau lu yang ngambil seragam gue."

Ah, rupanya itu Beomgyu. Chaeryeong memutar bola matanya, ternyata ia sudah ketahuan. Kalau Beomgyu mau mengajaknya berkelahi sekarang Chaeryeong tidak keberatan.

Namun yang terjadi malah Beomgyu membawanya ke gudang sekolah yang terkenal sepi. Chaeryeong jadi was-was.

Setelah pintu gudang ditutup, tubuhnya dihimpit pada pintu. Beomgyu menatapnya tajam, Chaeryeong balas dengan tatapan malas.

"Mana seragam gue?" tanya Beomgyu.

"Udah hangus," jawab Chaeryeong santai.

Rahang Beomgyu mengeras. Tatapan gadis itu layaknya iblis wanita di dalam film yang selalu membuat emosinya naik.

"Lu harus bayar semuanya," tukas Beomgyu.

Chaeryeong berdecak, "iya iya, nanti gue ganti rugi," jawabnya ketus.

"Ganti apa?" Beomgyu mengangkat dagunya menatap Chaeryeong dengan tatapan remeh.

Kening Chaeryeong mengkerut, "ya ganti seragam lu, lah..."

Beomgyu menggelengkan kepala, terkekeh kecil. "No, bukan itu yang gue mau," ujarnya pelan.

Chaeryeong menatapnya bingung.

Kemudian ia langsung menahan nafas saat ibu jari Beomgyu menyentuh bibirnya sembari mengusap pelan. "Mau ngapain lo?" geram Chaeryeong.

Beomgyu menaikkan alis. Lalu mengecup bibir Chaeryeong sekilas.

"Gue mau bibir lu sebagai bayarannya," bisik Beomgyu tepat di samping telinga gadis itu.

"Inget Jiheon, bangsat," umpat Chaeryeong tertahan.

"Sst.. ini tentang kita berdua. Jangan bawa-bawa dia," bisik Beomgyu lagi, telapak tangan Chaeryeong mengepal.

"Gak ada penolakan, ini bayaran yang wajib lu lakuin," kata Beomgyu. Pemuda itu melihat kepalan tangan Chaeryeong lalu terkekeh.

"Santai aja, gak usah tegang. Apa harus terbiasa gue cium dulu biar lu bisa santai?" Beomgyu menatap netra itu dalam.

Tanpa persetujuan, kembali Beomgyu pertemukan kedua bibir mereka. Kali ini disertai lumatan lembut.

Chaeryeong ingin mendorong Beomgyu segera. Sayangnya, dengan cekatan pemuda itu menahan keduanya tangannya di belakang tubuh. Alhasil yang bisa Chaeryeong lakukan hanya menutup mulut sekuat mungkin tidak mau memberikan Beomgyu akses masuk.

Namun sebuah gigitan lumayan kuat malah Chaeryeong terima membuatnya reflek membuka mulut dan Beomgyu langsung menerobos masuk ke dalam.

Kejadian yang sama yang terjadi pada hari itu. Bayangan peristiwa masa lampau memenuhi pikiran Chaeryeong di mana ia mendapatkan perlakuan yang sama.

Traumanya datang. Chaeryeong mencoba memberontak, takut kejadian itu terulang lagi.

Tangannya berhasil terlepas dari jeratan Beomgyu. Seharusnya Chaeryeong bisa langsung mendorong pemuda itu menjauh, namun rematan pada kedua bahunya menghentikan aksinya.

Rematan itu terasa lembut, sama sekali tidak menyakitkan. Dan lumatan yang masih berlangsung itu pun membuai bibirnya.

Chaeryeong memejamkan mata. Otaknya menginginkan kebebasan, tetapi tubuhnya menikmati perlakuan Beomgyu. Walaupun Chaeryeong tidak membalas ciuman itu dan hanya diam menerima lumatan.

"Mnghh..."

Sial, mengapa lenguhan itu bisa keluar?!

Chaeryeong merutuki diri sendiri, ia benar-benar terlihat memalukan sekarang. Chaeryeong malu karena suara aneh itu bisa-bisanya keluar dari mulutnya.

Di samping Chaeryeong yang sedang merutuki diri, Beomgyu tersenyum miring dalam ciumannya.

Beberapa saat kemudian, ciuman terlepas. Nafas keduanya terengah-engah.

"Nikmatin juga kan lu?" Beomgyu menatapnya menggoda.

"Bangsat," maki Chaeryeong.

"Halah, sok-sokan ngatain tadi juga desah," ejek Beomgyu. Chaeryeong menahan diri untuk tidak meninju pemuda itu.

"Jadi udah deal, gue bisa bebas cium bibir ini sebagai bayaran lu udah bakar seragam gue. Lu gak boleh nolak, soalnya siapa suruh bakar seragam gue hm?" jelas Beomgyu.

Chaeryeong membuang muka. Sama sekali ia tidak menyukai ini. Beomgyu telah menjadikannya sebagai alat pemuas.

Namun akan Chaeryeong setujui saja perkataan aneh pemuda itu. Lagipula ia bisa dengan gampang menghindar setiap kali Beomgyu mendekat bukan?

"Terserah," ketus Chaeryeong. Beomgyu tersenyum puas, pintu gudang pun dibuka.

"Oke, silahkan ganti baju," ucapnya. Chaeryeong langsung melenggang keluar dari gudang.

Heterogeneous (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang