plan

141 34 55
                                    

"Kak, kenapa liat hape mulu? Itu makanannya belum kesentuh sama sekali lho.." tegur Jiheon.

Sang pacar terus saja berkutat dengan ponselnya, mengabaikan makanan di depannya yang sudah mulai dingin. Entah apa yang disibukkan.

"Iya, Ji. Lagi ngechat sama temen bentar," jawab Beomgyu tanpa mengalihkan pandangannya. Jiheon menghela nafas pelan dan memilih untuk fokus pada makanannya.

Sementara Beomgyu masih sibuk dengan ponselnya.

Bang Pelik
|Eh lu pada ke sini dah
8.47pm

Bang Jono
|Ke sini ke mana
8.49pm

Bang Pelik
|Rumah Hyunjin
|Dia habis dihajar orang
8.53pm

Ayang IN
|Dih kok bisa njir
|Habis ngejulid lagi?
8.53pm

Bang Pelik
|Ke sini makanya
|Biar gue ceritain
8.55pm

Ayang IN
|Iya, gue ke sana
|@you ikut gak?
8.56pm

You
Iya, gue otw|
8.56pm

"Ji, kakak mau pergi. Kamu udah selesai belum makannya?" Beomgyu mengantongi ponselnya sembari menatap sang kekasih. Jiheon membalas tatapan pemuda itu tak percaya.

"Makanan kakak masih banyak lho. Habisin dulu!" omelnya.

Beomgyu menurut, dengan cepat ia menghabiskan makanannya meskipun tidak begitu bersih. Jiheon hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah si pemuda.

"Udah, Ji," lapor Beomgyu memperlihatkan piringnya yang telah kosong.

"Kakak mau ke mana sih emangnya?" tanya Jiheon penasaran mengapa Beomgyu sampai terburu-buru seperti ini.

"Temen kakak sakit, kakak mau jenguk," jawab Beomgyu.

"Sakit apa? Gak sekalian bawain makanan?" cetus Jiheon.

Beomgyu menggeleng, "gak perlu. Nanti anaknya keenakan kalo dibawain makanan."

Jiheon terkekeh, "jahat banget sih, kak."

"Ya udah, yuk jalan." Beomgyu bangkit dari tempat duduknya diikuti oleh Jiheon.

°°°°°

"SAYANG, KAMU SAKIT APA?" Beomgyu mendobrak pintu kamar Hyunjin—untungnya tidak sampai rusak—dan langsung menghampiri si pemilik kamar dengan raut yang dibuat-buat khawatir.

Hyunjin mencebikkan bibirnya sembari menatap Beomgyu manja, "sayang, liat muka aku bonyok habis ditonjok."

Beomgyu pun memeluk yang paling tua, mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang. "Utututu, kasian. Kenapa gak dipukul sampe mati aja ya?" kata Beomgyu yang langsung dibalas dorongan keras oleh Hyunjin.

"Bangsat lu," maki Hyunjin.

Beomgyu tertawa, "maksudnya mereka yang mati, bukan lu. Dih, salah paham."

"Geli gue liat kalian, anjing," umpat Felix yang sedari tadi duduk di samping Hyunjin dan melihat semua adegan menjijikan itu.

"Sama, bang," timpal Jeongin ikut duduk di samping Felix.

"Nih gue bawain donat." Beomgyu melemparkan sekotak donat ke arah Hyunjin, dengan cekatan ditangkap oleh sang penerima.

"Hancur nanti donatnya, goblok," protes Hyunjin terhadap cara yang lebih muda memberi donat itu, kan sayang kalau sampai hancur.

"Suka-suka gue, kan beli pake duit gue," jawab Beomgyu dengan watados.

"Btw, tumben bawain makanan. Kerasukan apa lu?" tanya Hyunjin. Pasalnya pemuda yang lebih muda itu sama sekali tidak pernah menjenguk dengan oleh-oleh di tangannya, memang pelit.

"Disuruh Jiheon bawa, katanya tata krama menjenguk orang harus bawa makanan," jawab Beomgyu sembari duduk di atas sofa kamar Hyunjin.

"Baik banget ya cewek lu, beda banget sama lu yang kayak setan," celetuk Jeongin.

"Gue setan gini juga gara-gara bergaul ama biangnya alias kalian," ujar Beomgyu.

"Ngarang, gue mah anak baik," sanggah Felix.

"Hilih," tukas Beomgyu.

"Eh tadi katanya mah cerita kenapa Bang Hyunjin bisa bonyok, cepet cerita sekarang," kata Jeongin.

"Nah iya," sahut Beomgyu.

"Gue dikeroyok geng si tolol, bangsat emang main keroyok," ujar Hyunjin sambil terbawa emosi. "Gak dibolehin lewat wilayah mereka katanya, harus bayar. Padahal kan jalan punya publik, bebas dipake. Kenapa malah harus bayar ke mereka?" lanjutnya masih dongkol dengan kejadian tadi.

"Si tolol siapa?" tanya Jeongin.

"Iya, si tolol yang mana nih? Semua musuh kita lu sebut si tolol masalahnya," timpal Beomgyu.

"Itu lho yang suka mangkal di belakang futsal bintang. Gue males nyebutin namanya," jawab Hyunjin.

"Gengnya Hangyul?" tebak Beomgyu.

Hyunjin mengangguk, "iya, tolol yang itu."

"Tuh anak emang songong banget, kesel gue liatnya," ujar Jeongin.

"Anak sana mental keroyokan semua." Beomgyu ikut memberi pendapat.

"Gue rencananya pengen bales mereka, kalian mau ikut gak?" ajak Hyunjin.

"Gue ikut kalo ramean," jawab Jeongin.

"Iya, bang. Lawan mereka harus rame-rame biar seimbang sama mereka yang mental keroyokan," tutur Beomgyu.

"Tanya aja anak grup, nanti kalo udah pas orangnya baru gue tantang mereka," kata Hyunjin.

"Lu ikut gak, bang?" Jeongin menepuk bahu Felix yang sedang menikmati donat yang seharusnya untuk Hyunjin itu. Hyunjin yang baru sadar bahwa donatnya sudah berpindah tangan langsung mengamuk.

"DONAT GUE, KADAL!" Hyunjin pun merebut kotak donatnya dari genggaman Felix.

"Anjing, habis tiga lagi. Bangsat lu," umpat Hyunjin melihat jumlah donatnya sudah berkurang. Sang pelaku hanya cengengesan tanpa dosa.

"Gue ikut. Gue ada dendam ama bocah-bocah sana yang pernah lemparin gue petasan pas gue lewat," jawab Felix.

"Oke, sip. Tinggal yang lain aja mau ikut atau gak," kata Jeongin.

"Asik, udah lama gak tawuran. Gue udah belajar jurus baru nih," ujar Beomgyu semangat.

"Belajar jurus apa lu?" tanya Hyunjin.

"Jurus pernafasan air dari anime," jawab Beomgyu dengan gestur ala-ala yang langsung disambut toyoran di kepalanya oleh Hyunjin.

"Dasar wibu stress!"

Heterogeneous (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang