hello seatmate

199 60 4
                                    

Apa pun yang disampaikan oleh guru di depan, Beomgyu sama sekali tidak mendengarkan. Ia sangat mengantuk saat ini.

Ia sibuk menyelesaikan pertandingan game semalam membuatnya lupa bahwa ia harus tidur awal karena besok sekolah.

Tatapannya kosong ke papan tulis yang sekarang sudah berisikan angka di mana-mana. Kapan ini akan berakhir? Ia butuh tidur.

Karena bosan menatap papan tulis, Beomgyu menatap ke arah lain. Ke pintu kelas yang terbuka, ke luar jendela, ke jam dinding yang entah kenapa terasa tidak bergerak sama sekali, dan ke... Chaeryeong.

Gadis itu ternyata giat juga. Sepertinya semua yang disampaikan guru dicatat olehnya, terlihat dari buku tulis yang sekarang tampak penuh sekali oleh tulisan.

Beomgyu tidak tahu apa yang menarik pada gadis itu, namun sepertinya sudah seperempat jam matanya tidak bergerak dan terus menatap Chaeryeong. Bahkan membuat posisi nyaman untuk menatap gadis itu dengan menopang pipinya dengan telapak tangan.

Seperti bisa merasakan aura negatif, Chaeryeong menoleh ke arah Beomgyu dan benar-benar mendapati sepasang mata itu menatapnya.

Beomgyu sama sekali tidak sadar bahwa yang ia tatap sedang menatapnya balik. Antara terlalu mengantuk dan terlalu tenggelam dalam suasana, Beomgyu melamun.

Chaeryeong sebenarnya agak merinding karena tatapan tanpa jiwa itu namun sebisa mungkin ia menghiraukannya dan lanjut mencatat pelajaran.

"Baiklah, pelajaran sampai di sini dulu. Maaf saya mengakhiri kelas sebelum waktunya karena saya ada keperluan. Kalian kerjakan saja tugas di halaman 18, gunakan cara yang sudah diajarkan. Pengumpulan di pertemuan selanjutnya. Oke, ada yang mau ditanyakan?"

Bu Seulgi mulai mengemasi barang-barangnya. Beomgyu yang tadinya melamun langsung tersadar mendengar perkataan Bu Seulgi, itu tanda bahwa akan jam kosong bukan? Akhirnya, Beomgyu bisa tidur.

Siswa yang lain menjawab tidak untuk pertanyaan Bu Seulgi.

"Baik, semuanya sudah paham. Kalau begitu saya pamit. Jangan ribut dan jangan ada yang keluar kelas sebelum bel istirahat berbunyi. Kalau tidak selesai tugasnya nanti lanjutkan di rumah. Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya."

Bu Seulgi pergi. Beomgyu langsung menjatuhkan kepalanya ke atas meja.

Biasanya ada lengan Heeseung yang akan dia jadinya sebagai bantalan, tapi sekarang ia harus terbiasa tanpa Heeseung di sampingnya.

"Choerry, gue boleh duduk di situ kan?"

"Bolehlah, sini!"

Chaeryeong langsung pindah ke sebelah Choerry. Hanya untuk sementara sih. Ia masih takut duduk di samping pemuda itu soalnya.

"Eh, lu punya rautan gak? Pinjem dong,"

"Nih." Chaeryeong meminjamkan rautannya kepada Choerry.

"Njir, ngeri banget guru malah nyatuin lu ama Beomgyu," celetuk Choerry.

"Guru pada punya dendam apa sih sama gue? Padahal gue sering ngasih piala buat sekolah," gerutu Chaeryeong.

"Makanya jangan berantem mulu, greget banget gue kalian sering berantem sampe jadi tontonan warga sekolah," kata Choerry.

"Ya, abisnya itu cowok kayak setan kelakuannya," jawab Chaeryeong.

Untungnya, Beomgyu sudah terlelap jadi tidak mendengarkan percakapan mereka berdua.

°°°°°

"Anjing, lu ngapain sih?!"

"Gak tau, pengen aja mukul lu."

Ambil nafas dalam-dalam, lalu buang pelan-pelan. Jangan bikin ribut, ini masih pagi, batin Chaeryeong. Tapi Beomgyu minta dibanting banget, batinnya lagi. Terjadilah perkelahian batin.

Chaeryeong berusaha untuk sabar, namun kepalan tangan Beomgyu yang mendarat di bahunya memberi sinyal bahwa pemuda itu tidak bisa didiamkan lagi.

Dengan ringan, Chaeryeong melayangkan serangan pertamanya kepada Beomgyu. Selama ini belum pernah ia lakukan, jadi ini adalah debut perdana jurus barunya untuk pemuda itu.

Cubitan maut untuk perut kerempeng Beomgyu.

"EH, SAKIT WOY! YA AMPUN, MAINNYA NYUBIT.."

"Emangnya gue peduli? Haha, enggak." Puas sekali Chaeryeong, akhirnya pemuda itu menjerit kesakitan. Jurus cubit memang ampuh.

Siswa yang baru sampai kelas hanya bisa menatap keduanya sambil berdoa supaya keduanya tidak bertengkar hebat. Masih pagi soalnya, kalo udah agak siangan dikit masih bolehlah.

"Lepas anjing, sakit..." pinta Beomgyu.

"Gue lepas, tapi lu janji gak bakal gangguin gue," kata Chaeryeong.

"Ck, iya iya," sahut Beomgyu, sumpah cubitan gadis itu lebih sakit daripada cubitan mamanya. Beomgyu yakin cubitan itu akan meninggalkan bekas di perutnya.

Akhirnya, Chaeryeong melepaskan cubitannya. Beomgyu langsung mengelus perutnya sambil mengaduh, Chaeryeong tertawa menang melihat itu.

"Enak juga ya, tiap lu ganggu gue tinggal gue cubit aja," celetuk Chaeryeong.

"Ya janganlah, sakit bangsat," gerutu Beomgyu.

"Kalo gitu gak usah gangguin gue, bego," balas Chaeryeong.

"Gak bisa, lu kan musuh gue," kata Beomgyu.

"Kok bisa sih kelakuan lu kayak setan gini?" Chaeryeong lelah.

"Mana ku tahu, tanyakan saja pada peta," jawab Beomgyu sambil mengedikan bahunya.

Chaeryeong mengacak-acak rambutnya frustasi, ingin sekali menendang pemuda itu sampai terjatuh. Tapi kasian penghuni kelas yang pengen ketenangan.

Beomgyu menahan tangannya yang masih mengacak-acak rambut, "jangan digituin. Sia-sia dong lu nyisir tadi pagi."

Chaeryeong mendelik. Kenapa dia peduliin rambut gue? batinnya.

"Mending diginiin aja."

"BEOMGYU BANGSAT!"

Basah sudah mahkota kesayangannya karena Beomgyu menyiramkan soda di sana. Ternyata yang tadi hanya akting belaka darinya.

"Sialan!" umpat Chaeryeong lalu menyerang Beomgyu dengan jambakan brutalnya.

"Eh, jancok!" Beomgyu yang belum siap mendapatkan serangan karena sibuk tertawa pun mengaduh karena jambakan gadis itu.

"Emang susah ya. Mau doa gimana pun, tetep aja itu dua manusia bakal gelud." Somi yang duduk di belakang keduanya hanya menghela nafas pasrah bersama Suyun di sampingnya.

Heterogeneous (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang