"Jangan kacang terus lu urusin, cok. Ini gimana strateginya?" omel Jeno pada Hyunjin yang malah beli kacang lagi padahal pemuda itu sudah menghabiskan dua bungkus kacang sebelumya.
"Biarin dia bisulan nanti," celetuk Jeongin.
Hyunjin tidak perduli, ia tetap menyantap kacangnya dengan nikmat. "Gak usah pake strategi lah, langsung serang aja gak ribet," ujarnya.
"Gas, gue mau duel sama bocah yang namanya Dohyon itu. Ngeselin banget anjing, masih SMP dah belagu," gerutu Haechan.
"Bener weh, gue ketemu dia si minimarket mukanya songong banget. Terus sengaja nyenggol gue gitu, untung gue masih sabar," cerita Beomgyu.
"Gue kesel sama bocah yang suka lempar-lemparin petasan ke orang lewat sih, gak ada kerjaan banget anjir," ujar Felix.
"Yang bertiga itu kan? Kalo gak salah namanya Hyeongjun, Dongpyo, Minhee gitu. Gue pernah ketemu mereka pas jemput temen di SMA sebelah," jelas Sungchan.
"Jemput siapa?" tanya Haechan.
"Jisung," jawab Sungchan.
"Anjir jadi mereka satu SMA sama Jisung?" tanya Jeno dengan nada terkejut. Sungchan mengangguk sebagai jawaban.
"Untung Jisung gak ternodai," celetuk Haechan.
"Gimana mau ternodai, anaknya aja pendiem gitu temenannya cuma sama kita," balas Sungchan.
"Iya sih," gumam Haechan.
"Kapan nih berangkat?" Jeno menepuk pundak Hyunjin karena sudah terlalu lama menunggu pemuda itu.
"Bentar, dikit lagi kacangnya habis," jawab Hyunjin menunjukkan kacangnya yang memang sudah sisa sedikit.
°°°°°
Ketujuh pemuda itu sampai di lokasi. Jauh di sana sudah dapat terlihat target mereka sedang duduk santai sembari bercengkrama.
"Maju jalan!" titah Beomgyu layaknya seorang pemimpin prajurit perang. Mereka pun dengan langkah yang mantap berjalan menuju target.
Raut kejulidan di wajah mereka sudah tidak bisa disembunyikan lagi, terlukis dengan jelas seiring dengan langkah mereka yang semakin mendekati target.
"Woy, anak haram!" seru Haechan membuat obrolan sang target terhenti dan beralih menatap mereka.
"Apa nih rame-rame?" celetuk Hangyul dengan senyumnya yang menyebalkan. Lima pemuda lainnya langsung bangkit dari duduknya melihat rombongan yang tiba-tiba datang itu semakin mendekat.
Hangyul pun ikut bangkit dan mengamati satu-satu wajah rombongan itu. Hingga bertemu tatap dengan Hyunjin. "Oh.. Anak kemarin yang kita bonyokin, cuy," ujar Hangyul kepada gengnya.
"Bawa tongkrongan nih ceritanya," kata Dongpyo memandang remeh sang lawan.
"Maksud lu pada apaan ngeroyok temen gue cuma perkara lewat jalan ini?" gertak Jeno sembari menunjuk Hangyul.
Yang ditunjuk terkekeh, "siapa suruh dia lewat sini? Banyak jalan lain yang bisa dia lewatin."
"Emang ini jalan bapak lu? Suka-suka orang lah mau lewat jalan mana aja," sungut Hyunjin kesal.
"Bukan jalan bapak lu juga kan? Ya suka-suka gue lah mau kuasain jalan ini," sahut Hangyul.
"Gelud kita, anjing!" seru Felix yang emosinya sudah meluap.
"Ya udah, ayo! Kita tangan kosong. Lu pada ke sini emang mau berantem sama kita kan?" Hangyul maju menantang lawannya.
Jeno yang sedari tadi sudah kesal melihat wajah menyebalkan Hangyul tanpa aba-aba langsung menyambut pemuda itu dengan satu tonjokan di pipinya. "Lagak lu gak usah sok iye, bangsat!" geram Jeno.
Melihat ketua gengnya sudah diserang, lima pemuda lainnya langsung mendekat. "Emang beneran ngajak berantem ternyata. Ayo serang, cok!" seru Dongpyo.
Mereka berlari menyerbu. Hyunjin, Haechan, Felix, Jeongin, Sungchan, dan Beomgyu yang sudah siap dengan perkelahian ini pun mengambil ancang-ancang untuk menyambut serangan.
"Anjing, ada si Yohan yang tahun lalu juara turnamen taekwondo," bisik Hyunjin melihat salah satu wajah lawan yang ia kenali.
"Lawannya berdua aja, biar dia susah counter," balas Beomgyu.
Perkelahian antar geng pun terjadi.
Haechan dengan targetnya sejak awal yaitu Dohyon. "Masih SMP gak usah banyak gaya, dek!" hardik Haechan menatap wajah Dohyon yang sinis menatapnya.
"Bacot lu, gak usah ngurusin hidup orang," respon Dohyon.
"Wah, bangsat ni bocah," kata Haechan geleng-geleng. Kenapa anak SMP bisa sebelagu ini? batin Haechan.
Di samping itu ada tiga lawan tiga yang terlihat sangat sengit.
"Dih, si bangsat yang kemarin negur kita gara-gara main petasan," sungut Dongpyo memandang Felix.
Rahang Felix mengeras, "kata-kata lu yang sopan dikit, bangsat. Umur lu masih di bawah gue ya!"
Dongpyo memutar bola matanya, "terlihat peduli kah gue?"
Jeongin langsung maju menarik kerah baju pemuda yang sedari tadi membuatnya menahan emosi itu. "Lu ngomong sekali lagi gue tonjok bibir lu," ancam Jeongin.
"Tonjok aja sini," balas Dongpyo menantang.
Dan sesuai permintaannya, sebuah kepalan tangan mendarat mulus di ujung bibirnya. Rematan pada kerahnya dilepas dan Dongpyo pun terjatuh.
Melihat temannya dihajar, Hyeongjun dan Minhee pun maju menghampiri Jeongin untuk membalaskan serangan tersebut.
Tak membiarkan Jeongin dikeroyok kedua pemuda itu, Felix dan Sungchan ikut membantu melawan.
Bergeser dari area perkelahian tiga lawan tiga, ada Beomgyu yang sedang terduduk sembari memegangi betisnya yang habis ditendang telak oleh Yohan. Tendangan pemuda itu tidak main-main kuatnya.
Namun meskipun betisnya terasa nyeri, Beomgyu tetap bangkit untuk kembali melawan karena ia tidak bisa membiarkan Hyunjin sendiri yang melawan.
Ia langsung menghajar punggung Yohan yang sedang mengunci pergerakan Hyunjin, menarik pemuda itu agar berhadapan dengannya dan langsung memberikan tinjuan pada wajahnya.
Sempat oleng sedikit, Yohan tetap kembali bangkit dan membalas pukulan Beomgyu.
Dua pemuda itu terus saling membalas serangan satu sama lain. Begitu juga dengan yang lain. Hingga akhirnya...
"HEH, JANGAN PADA BERANTEM! BUBAR GAK, NANTI GUE LAPORIN LU PADA KE POLISI YA?!"
Perkelahian terhenti, para pemuda menoleh ke arah sumber suara dan mendapati ada emak-emak random yang tidak tahu asalnya dari mana berteriak ke arah mereka.
"GUE BILANG BUBAR!!!" teriak mak itu sekali lagi.
Karena mereka ini golongan yang tidak mau durhaka kepada orang tua meskipun sifat mereka mendekati sifat setan, mereka pun menghentikan acara adu fisik ini.
Tentu saja dengan sorakan kecewa karena acara mereka harus dihancurkan.
"Lu semua selamat hari ini, tapi urusan kita belum selesai," ucap Jeno menunjuk kawanan Hangyul.
"Ditunggu labrakan selanjutnya," balas Hangyul.
"UDAH CEPET BUBAR, INI GUE MASIH NGOMONG SECARA BAIK-BAIK YA!" seru mak random yang masih berdiri menonton mereka.
"Iya, iya... Sabar, bu," balas Beomgyu dengan raut cemberutnya. Padahal ia belum menunjukkan kekuatan animenya tetapi malah disuruh berhenti.
Hyunjin, Jeno, Haechan, Felix, Jeongin, Beomgyu, dan Sungchan pun langsung pulang namun tidak lupa berpamitan dengan mak random itu meskipun harus mendengarkan omelan-omelan terlebih dahulu.
Yang punya markas juga pergi meninggalkan markasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heterogeneous (On Going)
Romance[Choi Beomgyu & Lee Chaeryeong] Minyak dan air, kedua hal itu tidak bisa disatukan. Sama seperti dua manusia bernama Beomgyu dan Chaeryeong. Sehari saja tidak ada pergelutan dari mereka, itu adalah hari keajaiban bagi warga sekolah. Sangat membenci...