bastard boy

182 56 3
                                    

"Five, six, seven, eight. One, two, three, four, five, six, seven, eight."

Jika ditanya apa hal yang telah menjadi bagian istimewa dari hidupnya, Chaeryeong akan dengan yakin menjawab menari.

Hal yang tidak bisa lepas darinya, bahkan sudah seperti nadi baginya.

"Njir, gue suka bagian lu nari itu."

Chaeryeong mengulang gerakan yang dimaksud Soojin. Soojin bertepuk tangan, "iya, keren banget."

Chaeryeong tersenyum miring. "Gue gitu lho," ujarnya bangga.

Ruang latihan menari adalah tempat favoritnya di sekolah. Kapan pun ia akan menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu di tempat ini, entah menari atau hanya untuk rebahan santai. Chaeryeong sudah seperti tuan rumah di sini.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa saat lalu. Daripada langsung pulang, Chaeryeong mengajak Soojin untuk mempelajari tarian baru bersamanya.

"Dance yang ini lumayan gampang sih menurut gue," ujar Chaeryeong.

"Lu kan dancer, ya gampang lah menurut lu," ceplos Soojin.

"Lu juga dancer, bego." Tabokan mulus Chaeryeong daratkan pada bahu Soojin.

Soojin cemberut, "tapi bagian yang muter kepala bikin pusing, males banget."

"Emang bikin pegel sih," balas Chaeryeong.

Hanbeon tteumyeon sugun sugun nalli naneun timeline, meoributeo balkkeutkkaji siseondeuri stop stop~

Nada dering terdengar nyaring membuat kedua gadis itu terkejut.

Soojin si pemilik nada dering itu langsung mengambil telepon selulernya dan mengangkat panggilan tersebut. Chaeryeong hanya diam mendengarkan percakapan jarak jauh itu.

Beberapa menit kemudian, Soojin kembali. "Chaer, gue udah dijemput. Gue duluan ya? Sorry, harus ninggalin lu," ucapnya.

"Oh, ya udah. Hati-hati di jalan ya."

Soojin mengacungkan jempolnya sembari berjalan menuju pintu.

"Bye, Chaeryeong..." Lambaian tangan Soojin yang perlahan hilang karena pintu yang tertutup menandakan gadis itu telah pergi.

Chaeryeong pun melanjutkan tariannya sendiri. Tarian bebas yang suka ia lakukan ketika sedang sendirian.

"Liat, ada orang gila yang joget-joget sendiri."

Menyebalkan. Sangat menyebalkan. Seharusnya ketika Soojin keluar ruangan, Chaeryeong langsung mengunci pintunya dari dalam. Agar tidak ada orang yang masuk mengganggunya.

Chaeryeong berhenti menari, ia balikkan badan dan langsung memberikan tatapan kematian untuk pemuda yang sedang menertawakannya di sana.

Demi apapun, Chaeryeong membenci tawa pemuda itu. Tawanya terdengar sangat menyebalkan, terdengar tidak mengenakkan di telinga. Bisakah ia membuat kotak tertawa Beomgyu rusak seperti milik Spongebob? Chaeryeong ingin sekali melakukannya.

"Ngapain lu ke sini?" hardik Chaeryeong.

Beomgyu mengedikkan bahu, "gak tau juga sih, iseng aja. Denger lagu dari sini, gue masuk deh."

"Keluar sana!" usir Chaeryeong dengan nada tidak bersahabat.

"Ape nih ngusir-ngusir? Emang tempat ini punya lu?" gerutu Beomgyu.

"Emang iya," jawab Chaeryeong. "Pergi sana!"

"Gak mau." Beomgyu malah duduk di salah satu kursi sambil melipat tangan dengan raut muka menyebalkan.

Chaeryeong menutup mata sembari menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

Jambak? Enggak? Jambak? Enggak? batinnya, tangannya sendiri sudah terkepal menahan gejolak ingin menganiaya Beomgyu.

"Lu kenapa sih suka joget-joget? Joget-joget bisa menghasilkan uang?" tanya Beomgyu dengan nada remeh.

"Ya, bisa lah. Gak kayak lu yang demen mainin cewek. Dapat uang kagak, diputusin iya," jawab Chaeryeong dongkol.

"Gue juga pengen deh joget-joget kayak lu kalo gitu," ujar Beomgyu.

Chaeryeong mendelik, "emang lu bisa ngedance? Palingan gerak dikit udah encok."

Bukannya apa, Chaeryeong sama sekali tidak mau Beomgyu bergabung ke klub dance sekolah. Chaeryeong tidak mau klub kesayangannya hancur karena adanya pemuda itu.

"Halah, modal goyang letoy gitu mah lebih jago gue lah. Tinggal gerak kiri kanan, putar, senggol, asek." Beomgyu bergoyang-goyang mempraktekkan omongannya. Chaeryeong menatapnya dengan tatapan aneh.

"Apa sih? Gak jelas lu. Klub dance gak mau nerima orang kayak lu, maaf."

"Oh gitu? Ya udah..." Beomgyu melangkahkan kakinya keluar ruangan. Kali ini Chaeryeong menatapnya dengan tatapan bingung.

Beomgyu pergi begitu saja. Chaeryeong memegang kepalanya yang mendadak merasa pening.

Bukan, bukan karena sakit atau diguna-guna. Ini karena terlalu heran melihat tingkah pemuda gila itu. "Gak jelas, bangsat!" umpatnya.

"Datang ke sini cuma buat gue jadi stres. Sialan, awas aja lu," gumamnya. Daripada makin stres memikirkan Beomgyu, mending Chaeryeong pulang saja.

°°°°°

"Enak ya kentang gorengnya?" Beomgyu menatap Jiheon yang menyantap kentang gorengnya dengan lahap.

Jiheon mengangguk. "Iya, nanti mau langganan di sini deh," ujarnya.

"Eh, ada saos di hidungnya." Jempol Beomgyu dengan ringan mengusap saos yang berada di pucuk hidung Jiheon, ia juga menyempatkan diri mencubit hidung itu setelah membersihkan jejak saos di sana. Jiheon menahan senyumnya.

"Kalo mau ke sini, bilang gue aja biar nanti gue anter. Gue udah langganan lama kok di sini," ujar Beomgyu.

"Gak nyusahin kakak?" tanya Jiheon.

"Enggak dong," jawab Beomgyu santai.

Jiheon tersenyum lalu mengangguk.

"Oh iya, katanya kan mau ngomongin sesuatu. Ngomongin apa?" tanya Jiheon. Memang Beomgyu mengajaknya pergi untuk berbicara mengenai sesuatu.

"Oh..." Beomgyu menegakkan badannya, peregangan kecil sebelum mulai pembicaraan inti.

"Mau jadi pacar gue gak, Heon?" Tatapan Beomgyu terlihat lembut dan tulus untuk gadis yang membalas tatapannya dengan tatapan agak terkejut itu.

"Gue?" Jiheon menunjuk dirinya.

Beomgyu terkekeh, diambilnya kedua tangan gadis itu untuk digenggam. "Mau gak? Atau gue aja deh yang jadi pacar lu."

Jiheon tertunduk, semburat merah muda perlahan muncul menghiasi pipinya. Tak lama, ia anggukkan kepala pelan.

"Mau nih?" Beomgyu memastikan jawaban dari gadis yang masih tertunduk itu.

"Iya, kak," jawab Jiheon pelan.

Beomgyu tersenyum senang. Diangkatnya wajah Jiheon, "gak usah nunduk gitu. Gue mau liat muka manis lu."

Makin bersemu lah pipi Jiheon karena kata-kata gombal dari Beomgyu.

Gemas melihat semu merah muda di sana, Beomgyu pun mencuri kecupan pada pipi Jiheon.

"Sorry, main nyosor aja. Abisnya lu gemesin sih," ucap Beomgyu setelahnya.

"Gak papa, kak," ujar Jiheon yang sebenarnya terkejut dengan kecupan tiba-tiba itu. Meskipun begitu, ia tak protes.

"Abisin itu kentangnya, gue mau ajak ke tempat lain lagi," kata Beomgyu.

"Ke mana?" tanya Jiheon.

"Rahasia," jawab Beomgyu dengan senyum jahil. Jiheon cemberut.

"Udah, cepet abisin. Gue bantu abisin juga nih." Beomgyu mengambil tiga potong kentang lalu memasukkannya sekaligus ke mulutnya. Jiheon mengangguk sembari melahap kentangnya.

Heterogeneous (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang