Tak ada Tuan Pesulap di sini. Aku ragu ia akan berada di sini. Dan, wanita yang tengah menelepon ini tak akan menjelaskan selain pada Tuan Pesulap.
Tunggu dulu. Ia baru saja mengatakan "Untuk pertanyaan terakhir", bukan? Berarti, pertanyaanku yang lain bisa dijawabnya!
"Anda bilang untuk pertanyaan terakhir, lalu ... bagaimana dengan poin lainnya?"
Wanita itu lagi-lagi terdiam. Aku bisa mendengarnya mengembuskan napas panjang. "Baiklah. Pertanyaanmu yang lain bisa kujawab. Karena pesulap itu yang meminta, aku akan bercerita tentangnya sedikit. Waktuku tak lama. Aku harus pergi tak lama lagi. Sebenarnya aku memiliki kliping potongan koran dan majalah tentangnya. Bahkan ada hasil dari sedikit wawancara dengan penggemarnya yang lain. Aku akan menitipkannya pada asistenku, kamu tinggal datang ke kantorku. Alamatnya ada di kartu nama itu. Jadi biar kulewati pertanyaan pertam-"
"Tunggu. Anda boleh melewatkan bagian itu dan membiarkan kliping itu yang menjelaskan padaku. Tapi, sebelum itu, tolong jawab satu pertanyaan. Apa pesulap itu pernah membuka topengnya?"
Sebuah tawa kecil terdengar. Napasku tertahan. Tatapan mata Lei bertanya apa aku baik-baik saja. Aku mengangguk. Aku sangat baik. Semoga saja.
"Tidak pernah. Walau hanya sekali, ia belum pernah melakukannya. Info dari mana itu? Kamu harus mencarinya baik-baik sebelum menyimpulkan. Gali lagi dari mana kamu mendapat info itu. Terlalu banyak berita bohong atau berita berlebihan yang tersebar."
"Lalu mengapa Anda merasa kalau itu memang pesulap yang dikabarkan telah tewas? Bukankah Anda tak pernah melihat wajahnya? Anda tak mempertanyakan mengapa sekarang ia tampil tanpa topeng?"
"Hawa yang dibawanya sama. Mencekam, anggun, dan tenang. Terkadang, aku tak merasakan apa pun, seperti tidak sedang menonton seorang manusia. Tak banyak pesulap yang bisa melakukan sihir sungguhan. Bahkan sebelum menontonnya, aku percaya bahwa tak ada hal semacam itu. Tapi, trik atau sihir yang sama pun tak akan bisa dibawakan dengan hawa serupa bila dilakukan oleh orang berbeda. Dan, hawanya sama. Aku percaya mereka orang yang sama."
"Baiklah. Anda boleh menjawab pertanyaan selanjutnya."
"Temanku sangat ceria. Usia kami sama. Aku sering melihatnya bicara dengan merpati di taman, dan kujadikan itu alasan untuk berteman dengannya. Ibunya sakit, dan ayahnya bekerja entah di mana. Ayahnya mengirimi uang untuk hidup temanku dan ibunya, tapi ... anak-anak tetaplah anak-anak. Tak semua tahu cara merawat diri mereka. Ibuku memutuskan menjaganya sesekali. Hari itu, ia menang undian bola di pinggir jalan. Tiga tiket menonton pertunjukan sulap. Dia, aku, dan ibuku yang pergi. Semenjak itu, ia lebih sering bersama pesulap itu. Tapi, aku tak tahu di mana ia sekarang. Setelah pemakaman ibunya, ia mengatakan akan pergi ke rumah sang pesulap. Sejak itu aku tak pernah melihatnya lagi. Di waktu itu pula sang pesulap menghilang."
"Menghilang?"
"Orang bilang dia mati. Aku tak percaya The Shadow mati. Tapi, secara logika, bagaimana ia keluar dari peti itu? Aku hanya menyatakannya sebagai menghilang, karena aku percaya ada cara untuk keluar dari peti itu."
"The Shadow?"
"Benar. Itu nama panggung sang pesulap. Sekarang ia tak menggunakan nama itu lagi, tapi semua orang yang mengetahuinya tetap menyebutnya The Shadow."
Aku menelan ludah. Kurasa aku tahu apa yang mau ditanyakannya pada Tuan Pesulap. Itu adalah tentang temannya yang menghilang, tak lama semenjak hilangnya The Shadow. "Terima kasih."
"Terima kasih juga sudah mengizinkanku bicara dengan muridnya yang lain. Tentang klipingnya, kamu bisa meminjamnya dulu dan mengembalikannya kapan-kapan. Aku sudah lama tak menambah isinya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
End of The Magic
FantasyAlden selalu berkhayal menjadi seorang pesulap. Leiro, kakak sekaligus penonton pertamanya, mengajukan sebuah permintaan pada Alden. Lei ingin lari dari dunia yang penuh hiruk pikuk ini. Ketika berhasil menjadi seorang pesulap dalam asuhan pesulap...