X: Case X-20-I

6 4 0
                                    

Kamu adalah X ... entah keberapa. Dua puluh? Atau masih kurang? Anggap saja dua puluh, aku terlalu malas menghitung isi pasukan X-ku.

Untuk X yang baru, selamat bergabung. Hanya karena sebelumnya kamu adalah milik Tuan Pesulap, bukan berarti aku akan memberimu kesempatan bersinar lebih terang dari X yang lain. Bukan berarti juga kamu lebih rendah dari mereka.

Kamu setara dengan X yang lain. Kamu adalah peti hartaku, seperti yang lain.

Namamu tak berubah dari para terdahulumu. Tetap X, dibaca eks, seperti bahasa Inggris dari mantan. Nama X menyimpan sihir yang disegel di dalam diriku.

X bisa merujuk pada jejak kaki burung pelatuk. Burung itu mengingatkanku pada salah satu strategi perang hebat dari Jepang. Pasukan Takeda menakut-nakuti dari satu sisi, sengaja menggiring lawan ke sisi lain medan perang, di mana para pasukan utamanya sudah menunggu. Persis seperti kau yang akan menjadi peti tempatku menyimpan strategi sulapku. Kunci rapat-rapat dirimu tentang itu, jangan bocorkan pada siapa pun, atau kupecat kau. Mengerti?

X juga bisa merujuk pada simbol dalam matematika. Berarti nilai yang belum—atau tidak—diketahui. Itu juga salah satu tugasmu, X. Kamu menyimpan apa yang belum diketahui artinya. Bukan tugasmu untuk menjawabnya. Kamu hanya menyimpan pertanyaan, dan akan menyimpan jawaban bila aku sudah tahu jawabannya.

Masih banyak arti huruf X lainnya. Seperti papan target. Kamu menyimpan target yang akan kubidik. Bersiaplah aku menembakkan dart ke arahmu. Tenang, hanya dart plastik, bukan ujung besi. Dart ujung besi itu mahal, kau tahu? Oh, tunggu, papan sasaran dart memiliki bentuk melingkar, bukan silang, ya?

Mungkin ditambah triple X di ujung catatan yang sering Ibu tinggalkan di kulkas? Tulisan yang seperti, "Alden, Leiro, Nenek sakit. Ibu akan pulang besok. Tadi Ayah menelepon kalau mungkin dia akan pulang larut malam ini, jadi tak perlu tunggu Ayah pulang. Jangan pesan makanan cepat saji, ada bahan masakan di kulkas. XXX."

Sepertinya itu kode nama Ibu. Kelihatannya Lei tahu artinya, kalau melihat dia yang selalu menggumamkan sesuatu setiap membaca bagian triple X itu. Kedengarannya seperti, "Tidak adakah salam penutup selain ini?" Sayangnya, setiap aku bertanya, dia tak mau memberitahukannya padaku.

Baiklah, X-20, halaman ini akan menjadi tugas pertamamu.

Siapa perempuan di teater kemarin? Dia bilang Tuan Pesulap sudah mati dan hidup kembali. Aku sempat mencari nama Tuan Pesulap di koran lama yang tersimpan di perpustakaan kota tadi siang. Hasilnya adalah nihil. Nama Tuan Pesulap hanya muncul di koran beberapa bulan yang lalu. Itu pun sebagai iklan pertunjukan—yang merupakan petunjukan pertamanya setelah pelanggaran prinsip Thurston itu! Tempatku bertemu dengannya! Jadi, sedikit mustahil.

Ada satu koran lagi sebenarnya. Koran lama. Bahkan tahun terbitnya jauh sebelum aku lahir. Mungkin, Ibu dan Ayah baru saja menikah, atau baru hamil Lei. Artikel itu menuliskan tentang gagalnya seorang pesulap dalam trik menyelamatkan diri.

Namanya sama dengan Tuan Pesulap. Topengnya sama dengan topeng di rumah Tuan Pesulap. Terlalu banyak kebetulan membuatnya tak bisa disebut kebetulan lagi.

Dalam artikel koran lama tersebut, dikatakan bahwa seorang pesulap melakukan trik penguburan hidup-hidup. Tangannya diborgol, lalu ia masuk ke dalam sebuah peti kayu yang digembok, lalu dikubur di bawah pasir. Waktunya sepuluh menit untuk keluar dari sana.

Namun, hal yang membuatku merasa bingung adalah kenyataan bahwa ia gagal.

Dia tak muncul dari pasir itu dalam keadaan hidup. Dikabarkan bahwa di dalam peti tempatnya mengubur diri itu, hanya ditemukan belulang manusia. Postur yang sama. Posisi yang sama dengan saat sang pesulap masuk.

End of The MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang