Sekarang Alma lebih-lebih tidak bisa tenang setiap akan datang ke sekolah. Setelah Sili dan Mili melabraknya kemarin, Alma jadi waspada dan sangat cemas. Mereka benar-benar mengerikan, Alma tidak sanggup menghadapinya sendirian. Juga tentang ancaman mereka, Alma belum bisa mencari cara yang tepat.
Menjauhi Galan bukanlah cara yang mudah, apalagi mereka selalu bertemu dan sebangku. Menyuruh pemuda itu untuk menarik ucapannya juga rasanya tidak mungkin. Tahu sendiri bagaimana dia memohon-mohon agar Alma mau membantu.
Sebenarnya Alma bisa saja mengabaikan ancaman Sili dan Mili, tapi nyawanya jadi taruhan. Mereka pasti akan terus meneror dan menjadikannya bulan-bulanan. Jalan satu-satunya agar ia bisa selamat, ya, meminta perlindungan Galan. Namun, untuk saat ini Alma sendiri enggan bertemu dengan pemuda tersebut.
Malah Alma sengaja datang ke perpustakaan sebelum kelas dimulai, demi untuk menghindari Galan. Bahkan ia tidak memedulikan perintahnya tadi malam—untuk tetap menunggu di gang menuju rumahnya, dan pergi ke sekolah bersama. Sejak tadi pemuda itu terus menghubungi, dan tanpa ragu gadis tersebut langsung mematikan ponselnya.
Alma tahu, Galan pasti akan marah. Cuma biar saja, toh, dia juga suka seenaknya.
Setelah tiba di perpustakaan, Alma langsung memilih bangku yang ada di pojok dekat jendela. Selain tempatnya agak sepi, di sana juga lebih nyaman. Ia mengambil satu novel dan hendak membacanya.
Sebenarnya hampir semua novel yang ada di perpustakaan itu sudah pernah Alma baca. Bagaimana tidak, hampir dua tahun bersekolah di SMA Bima Sakti, Alma tidak pernah ke manapun selain menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan. Sudah seperti makanan wajib.
Ketika sedang ingin fokus, tiba-tiba datang sebuah notifikasi. Kedua matanya langsung membeliak dan mulutnya terbuka saat melihat nama Asta terpampang di sana. Buru-buru Alma membuka dan membacanya.
AstaSevan
Hay, hari ini cerah, ya.
Gimana di sana?Refleks Alma menoleh ke luar jendela, dan melihat matahari tengah menampakkan sinarnya. Awan tipis-tipis pun menjadi hiasan yang indah.
Iya, sama.
Kemudian, Asta mengetik lagi.
Walaupun gue suka hujan,
tapi kali ini akan berubah.Kenapa?
Karena hujan cuma ngingetin
gue sama dia.Dia?
Kening Alma mengernyit.
Iya, dia.
Orang yang pernah spesial di hati gue. Tapi sekarang....Mendadak Alma bingung untuk menanggapi. Dari ketikannya sejak kemarin, ia perhatikan jika Asta sepertinya sedang galau.
Eh, sori-sori.
Lo pasti terganggu, ya?Eh, nggak, kok.
Hm, bilang aja, ya, kalau
lo ngerasa terganggu sama chat gue.Santai aja, Asta.
Duh, lo baik banget.
Thanks.
Btw, lo lagi di sekolah, kan, sekarang?Tepatnya di perpus.
Wah, anak perpus, nih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Need-Romantic
Teen Fiction[END] Setelah enam belas tahun menjomblo, Alma tiba-tiba ingin merasakan yang namanya punya pacar. Ketika menemukan orang-yang dirasa-tepat, ia sampai mencurahkan dan menaruh impian besar pada yang namanya percintaan. Alma tidak tahu, jika mencintai...