“Gimana makannya, enak?” tanya Desi, setelah melihat makanan di piring Galan sudah habis setengahnya.
Alma sampai tidak habis pikir. Galan benar-benar tidak tahu malu. Baru pertama kali bertamu, tapi tidak ada sungkan-sungkannya makan dengan lahapnya seperti itu.
“Enak banget Tante. Ini lezat. Apalagi ayam goreng cabe hijaunya,” jawabnya seadanya, membuat yang ada di meja makan kecuali Alma menanggapi dengan senyum lebar.
“Mama emang jago masak. Ini juga makanan favorit Alma,” sambung Ayana.
Alma mendesis kesal. Bisa-bisanya Ayana memberi tahu hal itu.
“Eh, serius?” Ayana mengangguk. “Berarti mulai sekarang ayam goreng cabe hijau jadi makanan kesukaan aku juga.” Sontak saja jawabannya itu mengundang tawa. Alma hanya bisa menatap nyalang padanya. Namun, Galan sama sekali tidak merasa terancam. “Kamu harus belajar juga masak ini, Al. Biar nanti bisa masakin buat aku tanpa nyuruh mama kamu.”
“Hah?”
“Tuh, denger, Al. Kamu harus mulai belajar masak,” timpal Septian. “Jangan di kamar terus, sibuk sama hp, buku, dan musik.”
“Papa, apaan, sih?” respons Alma yang merasa malu dengan teguran papanya itu.
“Kak Galan, Kak Galan!” Aaray yang duduk tepat di sebelah Galan lantas memanggil. Menarik-narik ujung lengan kemeja pemuda itu dengan tingkah lucu. Pun, Galan langsung menoleh dengan tatapan menunggu kata-kata Aaray selanjutnya. “Kakak bisa main ps, nggak?”
“Kenapa, kamu mau ngajak Kakak main ps?” Aaray menggeleng. “Terus?”
“Papa jago juga main ps. Ayo tanding sepak bola sama Papa!” serunya sambil menunjuk Septian. Ia tampak senang, bahkan Ayana dan Desi menyambut riang gembira.
“Oke, siapa takut!” balas Galan bergaya seperti bapak-bapak. Lagi-lagi sikapnya itu mampu membuat keceriaan di meja makan malam ini. “Gimana Om?”
“Ayok!”
Alma refleks menepuk keningnya sendiri. Bukannya cepat pulang, kalau begini Galan akan semakin lama berada di rumahnya. Padahal Alma ingin segera kembali ke kamar dan mengecek handphone. Siapa tahu Asta sudah pulang dari rumah temannya itu. Dia sungguh ingin mendapat penjelasan lebih dari pemuda tersebut.
***
Seperti yang sudah dikhawatirkan Alma, Desi menyuruhnya untuk tetap menemani Galan. Suasana malam minggu kali ini sangat seru, bagi seisi rumah terkecuali Alma. Dia hanya duduk diam di sisi sofa sambil menyandarkan punggung. Wajahnya benar-benar masam. Ia sangat bosan, dan ingin sekali segera Galan pulang. Namun, pemuda itu sepertinya sangat betah sampai sulit untuk mengusirnya.
Karena sudah tidak tahan, Alma pun pamit ke kamar mandi yang ada di kamarnya dengan dalih ingin sambil gosok gigi. Yang lain pun mengiyakan. Maka Alma segera bergegas. Sesampainya di kamar, gadis itu langsung meraih ponselnya yang ditaruh di meja belajar. Namun, ia malah melihat dm instagram yang dikirimkan oleh Indah.
Indah? Mau apa lagi dia? tanyanya dalam hati, yang segera membuka dm tersebut.
Seperti dijatuhi batu yang besar di atas kepala, Alma langsung mematung. Mendadak sekitar matanya terasa perih. Membacanya saja sudah membuat hatinya sakit.
Indah Maharini
Terima kasih udah nemenin aku malam ini, Kak.
Aku seneng banget bisa ketemu sama kakak lagi.
See you next time, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Need-Romantic
Dla nastolatków[END] Setelah enam belas tahun menjomblo, Alma tiba-tiba ingin merasakan yang namanya punya pacar. Ketika menemukan orang-yang dirasa-tepat, ia sampai mencurahkan dan menaruh impian besar pada yang namanya percintaan. Alma tidak tahu, jika mencintai...