Akibat menangis semalaman. Kelopak mata Alma sembab di pagi hari. Untung saja, papa, mama, kakak, dan adiknya tidak menyadari. Karena Alma terus menunduk seakan menghindari tatapan dan hanya menjawab seperlunya.
Sesampainya di sekolah pun begitu. Alma tidak berani menatap ke depan. Hingga ketika berjalan di koridor, ia tidak sadar saat ada seseorang yang mulai mengambil langkah berjalan beriringan dengannya.
"Selamat pagi! Gimana keadaan lo hari ini?" Alma menoleh, dan melihat Galan tersenyum kepadanya. Dia bersikap seolah semalam tidak terjadi apa pun.
"Gue-"
"Oh, iya," sambungnya memotong perkataan Alma. Galan tahu gadis itu sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Sehingga ia berusaha untuk tidak menyinggung masalah semalam. Walaupun sebenarnya Galan benar-benar terkejut mendengar Alma sudah punya pacar.
Memang, sekarang bukan hal yang langka lagi, cewek atau cowok berkenalan dengan seseorang di media sosial. Walaupun sebenarnya tidak menjamin orang itu baik, buruk, punya niat tulus, atau sebaliknya. Untuk saat ini Galan tidak bisa menjudge cowok itu, karena ia sendiri tidak mengenalinya.
Pertengkaran dalam pacaran memang sudah biasa, tapi Galan tetap akan berusaha mencari tahu tentang pemuda itu. Sedikit demi sedikit, Alma pasti akan menceritakan semuanya. Namun, jika dia terus menyakiti hati Alma, Galan pastikan ia tidak akan pernah tinggal diam.
"Ngomong-ngomong minggu depan final Pekan Raya Seni dilaksanakan. Gue harap lo bisa dateng, ya, buat dukung gue," tukasnya lagi. "Walau gimana pun lo masih terikat perjanjian sebagai pacar pura-pura gue. Orang harus lihat kalau sebagai pacar lo peduli sama gue dan suport banget."
Alma menanggapi, walaupun tetap saja Asta selalu memenuhi pikirannya. Sejak semalam, pemuda itu sulit sekali dihubungi.
"Kok, diem aja, sih? Lo mau, kan?"
Pun, Alma mengangguk lemah. Mengiyakan saja, walaupun belum tahu bagaimana ke depannya. "Bagus, thanks, Al."
Sebelum sampai di kelas, langkah Alma dan Galan terhenti ketika Kaila menghampiri dan berdiri tepat di depan mereka.
"Eh, Kay. Ada apa?"
"Enggak, gue cuma mau ngingetin kalau nanti siang kita ada latihan."
"Oh, iya. Gue inget, kok."
Kaila lantas mengangguk seraya tersenyum simpul. "Kalau gitu gue permisi dulu, ya. Bye!" ucapnya sambil terakhir melambaikan tangan.
Alma dan Galan masih terdiam di tempat. Saling memandang ketika Kaila sudah berlalu menjauh.
***
Asta.
Kamu ke mana aja, sih?
Kenapa sulit sekali dihubungi.Alma segera mengirimkan pesan, saat hanya ada dirinya sendirian di kelas, sementara yang lain sudah berbondong menuju kantin.
Cukup lama Alma menunggu, sampai kemudian Asta online dan mengetik balasan.
Maaf baru kabarin.
Kamu gimana kabarnya?Kok, nggak jawab?
Apa?
Aku ada kok.Bohong, kamu pasti semalem ketemu sama Indah itu, kan?
Kenapa, sih, harus bahas itu?
Kenapa? Kamu nggak suka?
Atau emang bener, kan?Lebih satu menit Asta tidak menjawab. Alma sudah kepalang kesal, karena rasa penasaran dan kekhawatirannya tidak langsung terpenuhi.
Aku udah lihat, ya, foto kamu.
Aku juga baca dm dari Indah.
Kamu nggak bisa ngelak lagi.
Kenapa, sih, kamun tega sama aku?
Kenapa kamu berhubungan lagi sama dia?Kamu itu nggak tau apa-apa.
Jadi jangan tuduh aku macem-macem.Ya, makanya kasih tau.
Biar aku tau.Udahlah, aku nggak mau ribut.
Mending sekarang kamu tenangin diri dulu. Jangan hubungin aku kalau kamu masih emosi kayak gini.Pun, sekarang Asta benar-benar mengakhiri percakapan mereka. Whatsapp-nya tidak online. Kelakuannya itu sungguh dibatas kesabaran yang Alma miliki. Bisa-bisanya Asta terus berkilah, tapi tidak mau menjelaskan, setidaknya membuat hatinya bisa sesikit tenang. Kamu keterlaluan.
***
Hampir satu jam penuh, Galan, Kaila, dan dua orang lain menghabiskan waktu untuk berlatih di studio sekolah. Setelah dirasa cukup, guru pun membubarkan latihan dan menyuruh mereka untuk kembali ke kelas. Karena masih ada waktu sepuluh menit sampai waktu istirahat habis, mereka pun memutuskan untuk pergi ke kantin.
"Gal, ke kantin bareng, yuk?" ajak Kaila, yang tidak langsung ditanggapi oleh Galan. "Lo juga pasti laper, kan?"
Tidak salah, memang benar. Namun, rasanya Galan agak canggung. Lebih-lebih sekarang Kaila seperti sedang menunjukkan perhatian lebih padanya. Bukan terlalu percaya diri, tapi gadis itu memang bersikap seakan sedang cari perhatian. Masalahnya, jika benar Kaila itu pacar salah satu teman geng motor vespanya, jika ada yang mengatakan itu padanya, Galan akan merasa tidak enak.
"Kenapa? Kamu nggak mau?" Wajah memelasnya muncul lagi.
Galan masih berpikir, tapi lama-lama mengangguk mengiyakan.
Kantin sudah lumayan sepi. Hanya tinggal beberapa meja yang terisi murid yang masih nongkrong di sana. Ternyata di sana juga ada Sili, Mili, dan teman-temannya. Mereka kompak menoleh ketika menyadari kedatangan Galan dan Asta-pasangan yang sempat viral di sekolah tersebut.
Bisi-bisik tetangga langsung terdengar seketika. "Tuh, kan, bener. Mereka pasti udah balikan."
"Bukannya mereka itu perwakilan PRS bidang bernyanyi, ya? Makanya selalu kelihatan berdua."
"Iya, lagian, kan, sekarang Galan masih ada pacar."
"Si cewek cupu itu?" sela Mili terkesan menghina, dibalas tawa oleh Sili. "Mau dibandingkan dari segi apa pun, Kaila masih lebih baik. Lagian gue yakin, Galan nggak serius sama cewek itu. Dia cuma dimanfaatin aja buat bikin Kaila cemburu."
"Apa maksud kalian ngomong kayak gitu?" Tiba-tiba Galan datang dan menegur mereka. Sontak saja semua yang ada di meja tersebut menoleh serentak padanya. Sili dan Mili nampak terkejut.
"Eh, pangeran. Ada di sini?" sambung Mili dengan cerianya. "Mau gabung makan sama kita, ya? Ayok, sini-sini!"
Sili lebih antusias menggeser satu kursi-menyediakan langsung untuk Galan.
"Gue ke sini bukan buat basa-basi," pungkasnya lagi dengan nada ketus. "Kalian kalau mau ngomongin bisa langsung di depan gue, nggak perlu sebar-sebar gosip yang nggak penting dan belum tentu benar."
Kaila yang sudah duduk di meja pilihan mereka tadi-masih terdiam memerhatikan sikap Galan, yang tampaknya sedang mencoba membela Alma. Ada sedikit rasa tidak suka. Kaila tidak percaya jika Galan akan bertindak seperti itu juga-seperti padanya dulu. Kalau begini, Kaila jadi ragu akan gosip yang beredar, jika Galan tidak benar-benar menyukai Alma.
"Mungkin sekarang gue harus perjelas, biar kalian berhenti jelek-jelekin Alma, dan ganggu dia." Galan semakin tegas menghadapi gadis-gadis biang gosip tersebut. "Gue dan Alma memang pacaran, dan gue sama sekali nggak manfaatin dia," lanjutnya, meskipun berbeda dengan kenyataan yang ada. Namun, Galan pikir cukup ia dan Alma yang menjalankan, dan orang lain tidak perlu ikut campur. "Satu hal lagi, nyatanya Alma-cewek yang kalian sebut cupu itu-jauh lebih baik dari pada kalian semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Need-Romantic
Teen Fiction[END] Setelah enam belas tahun menjomblo, Alma tiba-tiba ingin merasakan yang namanya punya pacar. Ketika menemukan orang-yang dirasa-tepat, ia sampai mencurahkan dan menaruh impian besar pada yang namanya percintaan. Alma tidak tahu, jika mencintai...