20. JANGAN SENTUH DIA!

5K 566 38
                                    

Aku kembali setelah menghilang satu hari🥰

Hai readers tersayang. Jangan lupa follow akun Ig Vesmoraa team ✨ @wattpadnul ya. Karena di situ akan ada banyak spoiler serta keseruan-keseruan lain😝

Kalau typo komen ya bestie😉 Btw tolong baca author note di bawah oke📸

🍂🍂🍂

-Menyakitkan memang, ketika kita dipaksa melupakan seseorang yang bahkan tidak kita miliki.-

🍂🍂🍂

Alden menghela napas panjang, memejamkan matanya karena sedang menahan emosi melihat kelakuan Kenand, Kendra, dan Geno yang dari tadi sibuk menggoda perempuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alden menghela napas panjang, memejamkan matanya karena sedang menahan emosi melihat kelakuan Kenand, Kendra, dan Geno yang dari tadi sibuk menggoda perempuan.

Mereka bertujuh— Alden, Gerald, Draco, Sakti, Kenand, Kendra, dan Geno sedang menyempatkan diri mencari hiburan di salah satu cafe besar dan ternama di pusat kota Jakarta. Aldenlah yang mengajak keenam temannya dengan alasan dia akan mentraktir semuanya.

Tentu hal seperti ini tidak akan disia-siakan oleh teman-teman Alden yang lain. Apalagi mengetahui kalau Alden memiliki harta yang tidak akan habis bahkan lebih dari 7 turunan sekalipun.

"Jadi kelakuan lo kaya gini kalau lagi nongkrong, Gen?" tanya Alden pada Geno.

"Nggak juga sih, Al."

Alden mendengus kesal. Membuat ide mentraktir mereka ternyata tidak berguna sama sekali. Ia pikir akan bisa menghilangkan sejenak pikirannya ternyata hanya membuang-buang waktu.

"Eh, Raksa bukan sih?" Gerald yang baru saja mematikan asap rokoknya langsung menunjuk Raksa yang berada jauh dari mereka. Di depan pintu kafe.

Atensi mereka semua langsung tertuju ke arah yang sedang ditunjuk oleh Gerald. Raksa di sana. Duduk berdua dengan seorang perempuan yang membelakangi mereka.

Tapi tunggu, siapa perempuan itu?

"Itu Amora, Al?" tanya Draco, mengalihkan pandangannya menatap Alden.

Alden lantas menggeleng tanpa menoleh terlebih dahulu. "Bukan," ucapnya masih dengan mata yang menatap tajam Raksa di depan sana.

Rahang Alden mengeras. Bisa-bisanya cowok itu bermain di belakang Amora. Ia hendak berdiri namun ditahan dengan cepat oleh Sakti.

"Tahan, Al. Nggak sekarang. Lo pantau aja dulu," usul Sakti. Alden menatap Sakti lalu mau tidak mau kembali duduk.

Mereka masih saja kesulitan melihat siapa perempuan itu. Rambutnya hampir sama bergelombang seperti Amora. Bedanya, perempuan yang sedang bersama Raksa rambut coklatnya sedikit lebih gelap dibandingkan Amora.

ALMORA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang