Teruntuk bulan Januari.
Yeah, dibanding surat, ini udah kayak curhatan bukan sih?
Gak tau, ah. Aku cuma mau nulis surat-surat ini ketika semuanya udah benar-benar bikin aku pusing buat nyimpan sendiri. Jadi aku pikir aku bakal bagi seengaknya sedikit perasaanku ke orang yang benar-benar aku percaya lewat surat-surat absurd ini.Kali ini aku juga sakit hati. Bukan karena diputusin pacar, atau diselingkuhin di belakang. Aku sakit hati karena cuma aku satu-satunya yang keliatan egois buat berharap semuanya bakal kembali utuh.
Aku salah ya? Kayaknya harapanku kejam banget.Tapi rasanya sakit saat gak diinget sama sekali, dilupain seolah aku cuma salah satu orang asing.
Hal yang bikin aku keliatan bodoh lainnya, ternyata seharusnya aku gak perlu seingin tahu ini tentang mereka.Papa dan mama. Udah punya rumah baru mereka sendiri. Udah punya tempat pulang mereka sendiri-sendiri.
Aku tahu di mana rumah papa, warna catnya, jalannya, atau pohon alpukat di depan rumahnya.
Aku juga tahu di mana rumah mama, bentuk pagarnya, halamannya yang asri atau jenis tanaman di dalam potnya.Aku hampir tahu semuanya, bahkan penghuni rumah mereka masing-masing. Aku tahu.
Ayah udah punya peri kecilnya yang baru.
Mama udah punya para pangerannya.
Gak ada tempat aku di sana, gak ada ruang kosong yang bisa aku masukin di sana.
Kadang, tanpa sengaja aku jadi jahat berdoa sama tuhan, berharap punya keluarga utuh, papa mama bakal satu rumah dan aku ada di dalamnya. Kadang aku terlalu jahat buat berpikir menyeret keduanya dari rumah mereka yang sekarang.
Aku jahat banget ya?Tapi dari semua hal yang aku tahu, yang aku liat. Aku cuma ngerasa sedih, kenapa cuma aku sendiri yang gak punya rumah? Kenapa cuma aku sendiri yang gak punya tempat pulang? Kenapa aku ditinggal sendirian?
Aku salah apa? Aku gak pengen sendirian. Aku takut. Aku gak mau begini.Apa aku jahat?
Ciera Pelita
Napas Ciera memberat, matanya memejam mencoba menormalkan detak jantung, sejenak dalam diam ia memilih berhenti mendorong sepeda, menyaksikan seberang jalan sana, berdiri sosok yang tak pernah memudar dari dalam memori-memori masa kecilnya. Sosok yang ia harapkan kehadirannya, sosok yang tak pernah ingin ia biarkan keluar dari rumah.
Kondisi jalanan meramai, berbagai kendaraan lalu lalang, asap knalpot mencipta polusi, cahaya matahari kian bersembunyi dari balik-balik awan. Ciera terhenti pada dunianya yang sepi. Sedangkan bumi serta segala semesta masih berputar sebagaimana semesti.
Bibirnya terlalu kelu untuk digerakkan, sepasang manik coklat kelamnya terpaku. Mencengkram erat sepedanya tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Januari
Teen FictionSelayaknya segaris lintang jingga dalam biru senja. Atau selayaknya seutuh hangat menyelimuti setiap manusia ditemuinya. Wajahnya terangkat menampilkan senyum tanpa seraut luka. Namanya Ciera Pelita. Seharusnya surat dalam kotak ungu itu dikirim pad...