Bonus Bagian: Ciera Oh Ciera

2.3K 609 86
                                    

"Ayah!"

"Yah! Ayah! Yah!"

Mobil di depan sana telah lebih dulu melaju membelah jalanan, menyisa tiga onggok manusia pada pinggir jalan meratapi nasib. Sebenarnya yang meratapi nasib hanya Kenzie dan Oza. Ciera sih adem ayem saja ditinggal sambil menyeruput minuman ia beli dalam perjalanan tadi.

Dua cowok itu terlihat lunglai berjalan menuju trotoar.
Penasaran bagaimana ini bermula? Kisah ini bermula dari komputer rumah rusak. Rusak ketumpahan kopi akibat rebutan main game, akhirnya dua cowok itu dibuang karena tidak mau berbaikan setelah dibujuk jalan-jalan ke mall.
Ayah nampaknya frustasi akut sampai-sampai menurunkan mereka ke tepi jalanan dengan Ciera pula.

Barangkali Ayah belum mengenal Ciera dengan baik, sebab bukannya berbaikan dua cowok itu bisa saja ngereog lebih parah bersamanya.

"Ini semua gara-gara lo!"

"Gara-gara lo!"

"Siapa yang numpahin kopi di komputer? Hah?"

"Heh, kopinya tumpah di keyboard doang! Lo malah nendang meja komputernya sampai layarnya cerai ya!" Oza tidak mau kalah, matanya dibuat melotot dengan satu tangan pada pinggang dan yang lain menunjuk wajah Kenzie.

"Lo yang dorong gue duluan!"

"Kenapa lo nendang meja kompunya Bambang?"

"Gue mau nendang lo tapi salah sasaran!"

Mata Ciera mengerjap, lumayan drama gratis. Ternyata menyaksikan langsung pertingkaian persaudaraan ini sangatlah menyenangkan dari apa yang ia kira.

"Pokoknya ini semua salah lo!"

"Enggak! Salah lo!"

"Dasar jelek!"

"Lo lebih jelek!"

Pasang-pasang mata menatap ke arah mereka heran, trotoar simpang jalan memang selalu ramai lalu lalang. Maka dari itu Ciera maju ke tengah memberi sekat untuk keduanya sambil merentangkan tangannya.

"Ssstttt, diam," ucapnya.

Bukan untuk memisahkan mereka tetapi, "Mamang cilok! Mamang cilok!"
Buat beli cilok.

Kenzie sudah kepalang kesal, mau tahu wajah Oza saat ini? Sudah tidak bisa berkata-kata. Apalagi ketika melihat punggung Ciera berlari menjauh menstop tukang cilok lalu kembali lagi menenteng plastik.

"Oke, lanjutkan drama kalian," katanya tersenyum tanpa dosa. Kalau saja Kenzie tidak ingat bahwa Ciera adalah salah satu saudara saat ini, ia ingin meloakan gadis itu pada pasar terdekat. Aneh, tapi bakal lebih aneh lagi kalau si Ciera tidak bersikap aneh sehari saja.

Rambut hitam Ciera diikat satu bergoyang lucu teterpa angin, belum lagi pipinya yang kian mengebul mengunyah bulatan-bulatan cilok. Oza sih ingin sekali menariknya sampai melar biar tahu rasa.

"Lah kok diem?"

Menghembus napas panjang Oza mulai berjalan lunglai menepuk bahu si gadis.

"Apa? Mau?"tawarnya.

"Lo bawa uang lebih gak?"

Dia menyesal tidak membawa tasnya keluar dari mobil, ia kira ayah jujur soal melihat ban mobil yang kempes di jalan tadi. Tapi ujung-ujung ia malah ditinggal, mana bareng Kenzie dan Ciera lagi. Bisa botak kepalanya lama-lama.

"Hah?"

Dengan kesabaran penuh, Kenzie mulai menjelaskan.

"Lo bawa uang lebih gak buat pulang? Pinjem dulu."

Surat Untuk JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang