"Tidak ada manusia yang benar-benar baik di dunia. Semua punya ego masing-masing. Ia hidup untuk dirinya sendiri. Untuk sebuah kebahagian yang didamba lalu mengorbankan hal kecil tak berguna menghambat hidupnya dan itulah alasan mengapa kamu berakhir sendirian. Karena kamu adalah hal kecil tak berguna itu."
Cerah langit menjelma kelabu suram, udara sejuk terasa menusuk, derai suara angin mengudara bersamaan grusuk nada daun bergesekan. Kelas dua berada di lantai dua, jendela-jendela kelas dibiarkan terbuka menyalurkan oksigen segar masuk. Bagian belakang sekolah terlihat jelas dari tempat Kenzie duduk.
Ruangan tersebut seharusnya telah kosong dari sejam yang lalu, tapi entah bagaimana Aksara dari kelas sebelah menemuinya ingin membicarakan sesuatu, raut wajah serius itu menajam. Sosok Oza yang tadinya datang mengajak pulang kini malah terduduk di sampingnya. Diam menyimak.
"Soal Ciera, kayaknya lo gak tau kalau dia hilang seminggu lebih ini."
Kening Kenzie berkerut-kerut tak mengerti, sudah beberapa hari ini dirinya tak bersekolah sebab demam.
"Ciera hilang?" Ia bergumam aneh.
Lalu menyadari bahwa si gadis tidak datang mengapeli kelasnya lagi. Kenzie sejujurnya malas mengakui ini, namun Ciera adalah sosok teman pertama yang mau berteman dengannya tanpa memandang remeh dirinya. Gadis itu bertingkah semua terlihat sama, tidak ada perbedaan. Tidak ada kesan membanding-bandingkan.
Jika biasanya di sekolah, Kenzie hanya mengunjungi perpustakaan atau beralih berdiam dalam kelas sendirian. Semuanya berubah berkat adanya Ciera yang membututi Kenzie. Menyulap nuansa suram menjadi riuh ramai, mulut cerewetnya akan bercerita banyak hal, lalu dengan isengnya ia akan menjejeli Kenzie berbagai jenis macam permen yang ia bawa. Tak hanya itu, Aksara juga bergabung masuk. Yah, biasanya mereka akan berakhir ribut-ribut bikin pusing, atau berdebat hal unfaedah seperti 'Mengapa air bening disebut air putih,' atau 'Di mana letak cinta dalam tubuh manusia.'
Kadangkala, kericuhan keduanya memicu lelucon hingga menarik banyak perhatian menghibur sekitar termasuk Kenzie. Adapula saat Kenzie dan Ciera berkomplotan mengolok-olok nasib Aksara sebagai ketua kelas mengenaskan.
Suara derap langkah mengema dalam keheningan, seseorang muncul dari balik pintu, rambut ikal acak-acakan dengan wajah asing. Kenzie baru menyadari satu lagi hal asing dari si cowok pendatang. Tag nama sekolah di bahu itu yang sangat jelas menyatakan dirinya bukan berasal dari sekolah ini.
Matanya melirik sekilas nametag bertuliskan Kai Anjana Putra, serta logo bunga mekar.
"Lo lama amat!" seru Aksara garang.
"Sorry bang, gue nyasar. Ya, lo mikirlah, mana gue tau kelasnya di mana, ini bukan sekolah gue woi!"
"Banyak alasan lo. Duduk!"
"Ngasih petunjuk tuh yang jelas kek, gue telat ya?"
"Banget!"
Cowok itu menyengir menarik kursi mendekat duduk di antara tiga orang sana, ia menatap wajah-wajah asing tersebut tersenyum canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Januari
Novela JuvenilSelayaknya segaris lintang jingga dalam biru senja. Atau selayaknya seutuh hangat menyelimuti setiap manusia ditemuinya. Wajahnya terangkat menampilkan senyum tanpa seraut luka. Namanya Ciera Pelita. Seharusnya surat dalam kotak ungu itu dikirim pad...