Epilog

5.8K 1.2K 302
                                    

Teruntuk Januari lalu.

Terima kasih sebelumnya pernah menjadi alasan untuk bertahan sementaraku di dunia. Terima kasih telah menjadi sesuatu yang membawaku pergi mendengarkan dan menjadi tempat curahan luka serta duka.

Kali ini Januari telah berakhir.
Surat-surat itu sudah sampai pada penerima yang gak kuduga akan mau memahami dan mengerti.

Terima kasih telah menjadi bagian perjalanan panjang, menjadi tempat merangkak jatuh, menjadi sendu yang kadang mengiring pilu.
Terima kasih juga telah menampung beberapa tetes air mata pada setiap kertas dan tinta belum mengering itu.
Semua telah berakhir, sepenuhnya berakhir.
Aku dapat akhir yang bahagia? Mungkin.
Gak seburuk yang aku pikirkan sebelumnya.
Untuk bulan di awal tahun yang pingin banget aku jadikan akhir perjalanan hidupku. Kali ini dan seterusnya aku bakal tetap bertahan, tetap berjalan dan tetap hidup untuk bulan-bulan selanjutnya. Untuk Januari-Januari di tahun berikutnya, dan surat-surat lainnya.

Terima kasih.

Terima kasih sudah mau menerima.
Terima kasih kepada diriku yang mau memaafkan semua.

Ciera Pelita


Kobaran api pada tong sampah belakang sekolah menguapkan asap ke udara. Benteng sekolah dengan latar belakang rerumputan serta sebuah pohon sirsak menjadi saksi penting hari ini. Ciera datang membakar kotak ungu serta surat-surat.

Senyumnya merekah, menggenggam erat boneka beruang putih kecil kusam serta serpihan foto yang ia miliki pada tangan. Kali ini ia membiarkan semua luka serta duka masa lalunya hangus terbakar.

Embus angin mengesekan dedaunan, suara burung-burung kecil bersahutan menjadi latar berakhir masa sulit Ciera.

Langit membentang senada warna samudra biru menebarkan beberapa gumpulan-gumpalan putih beragam ukuran.

Ciera menengadah tersenyum lebar, rambutnya yang telah terkepang serta setelan kebaya berwarna abu-abu, riasan tipis make up yang sejak tadi pagi menciptakan kericuhan kecil rumah barunya.
Perdebatan-perdebatan lucu saat memilih bahan dasar kebaya.

Omelan-omelan yang entah kenapa terasa manis ketika ia melewati masa akhir ujian sekolah.

Wajah-wajah seperti zombie habis dibantai pada teman-teman seangkatannya.

Ciera tak menduga ia bisa melewati tahun ini dengan baik, lebih baik serta menyenangkan. Lebih baik dari ia kira sebelumnya.

Sekali lagi Ciera ingin menjadi satu hal manis dalam hidup banyak orang. Selayaknya permen kerap kali ia bagikan. Atau pertanyaan-pertanyaan lucu menghilangkan penat.

Ciera ingin bahagia, sama tepatnya dengan kebahagian orang-orang sekitar menerimanya tiba.

"Lo bakar kotaknya?"

Dari arah jauh Aksara datang terkejut, bibirnya membulat lucu, rambut yang tertata rapi tadi kini telah berantakan, setelan jas hitamnya telah terbuka karena kegerahan. Dasinya pun kini menggantung nauzubillah berantakan.

Ciera terkekeh kecil.

"Iya," jawabnya singkat.

Kenzie yang baru nongol menyeret Kai di belakangnya itu menatap bingung pada api menyala dalam tong sampah depan.

Surat Untuk JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang