14.00 Kenzie: Perpustakaan Kota

2.7K 859 76
                                    

"Tapi, bagaimanapun kamu berusaha kalau kebahagian bukan bagian hidupmu. Kamu akan tetap lebih menderita. Mungkin selamanya."

Hal manis mengenai Ciera bukan hanya permen-permen yang gadis itu berikan, lebih dari itu, lebih dari yang terlihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal manis mengenai Ciera bukan hanya permen-permen yang gadis itu berikan, lebih dari itu, lebih dari yang terlihat.
Sosok dan kepribadian positifnya kelewat aktif, atau bagaimana caranya ia berlarian sepanjang lorong bersama Aksara membawa tumpukan buku-buku berat.

Dia gadis kopi baik hati.

Satu dari seribu masalah di dunia, Kenzie tidak ingin terlihat lemah, terlihat menyedihkan, namun Ciera sepertinya punya suatu sihir menjadikan Kenzie tak ragu untuk terlihat lemah maupun menyedihkan di depan gadis itu.

"Perpustakaan kota?" Ciera bertanya suatu ketika, matanya berbinar cerah, rambut hitam sebahunya digerai serta jaket merah marun kesukaannya. Ia kini tengah duduk pada kursi kosong depan Kenzie bertumpu dengan kedua tangannya menatap lebar penuh minat.

"Ikut dong ikut! Gue anterin deh sama si Budi!" serunya riang. Kenzie mengernyit, ternyata manusia berjenis kelamin perempuan ini punya banyak sekali lelaki simpanan.

"Gue bareng bang Oza ama Ayah."

"Gapapa! Gue ikut dari belakang!" katanya tak putus asa, Kenzie mendesah. Memang susah anak satu ini dihindari.

Berhubung akan Oza tengah menikmati masa-masa penyembuhan tubuh akibat nyungsruk dalam got beberapa hari lalu, menyebabkan luka-luka ringan serta tangan kanan patah. Kedua kakak beradik itu akan dijemput ayah setiap hari atau bagusnya bisa pulang mengunakan layanan transportasi jasa online.
Lalu kabar mengejutkan datang saat pulang sekolah berdenting. Ayah tengah ada rapat sehingga menyuruh untuk menaiki mobil online sedangkan Oza harus mengikuti ulangan susulan Kimia karena didesak guru. Jadilah Kenzie pasrah, berencana membatalkan niat mencari sumber tugas-tugas sejarah pada perpustakaan kota.

"Gimana? Gimana?"

Kelas masih ramai, para siswa masih sibuk berkemas, herannya Ciera sudah nongol saja menyandang ransel kuning terangnya masuk ke kelas Kenzie. Kini ia berdiri di samping sambil menepuk meja keras tak sabaran, matanya berbinar cerah. Seluruh penghuni kelas tersentak takjub. Takjub seberapa kuat telapak tangan si gadis membentur meja.
Sedangkan sebelah Kenzie ada Arman ikut terperanjat atas aksi gadis tersebut.

"Gak jadi."

Wajah Ciera seketika muram, bibirnya melengkung kebawah, aura-aura sendunya keluar.

"Yah, kok gitu?" ucapnya penuh kekecewaan. Kenzie memasukan buku terakhir ke dalam ransel.

"Bang Oza, harus ikut ulangan susulan. Ayah ada rapat gak bisa jemput."

Ciera kembali memukul meja lebih keras dari sebelumnya, ekspresi wajahnya kembali berseri-seri. Kenzie jadi bertanya-tanya apa telapak tangan si gadis terbuat dari besi?

"Kalau gitu lo ikut gue sama Budi aja ke perpustakaannya. Gimana?"

"Hah?"

"Gue sama Budi! Ke perpustakaan!"

Surat Untuk JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang