06.00 Rena: Penyesalannya

4.7K 1K 91
                                    


"Semua hal di dunia ini omong kosong dan dirimu termasuk di dalamnya. Tidak ada yang percaya perkataan seorang anak kecil. Karena kamu bagian omong kosong itu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Derai hujan menghujam luar sana, derasnya menyentuh permukaan bumi, berlomba-lomba membasahi mencipta genangan. Sedang sang angin tertiup kencang menggoyahkan setiap ranting menggesekkan bunyi dedaunan. Mata Rena terpejam, menggosok kedua lengan yang terasa mulai bergetar dingin. Sepasang maniknya menatap ke luar mini market, tempat parkiran yang tengah diisi oleh dua pengguna motor terjebak hujan.

Wanita dengan rambut jepol itu terduduk sejenak di balik meja kasir, minimarket sedang sepi sekarang. Temannya yang lain sedang berkeliling menyusun barang-barang pada rak.
Aksara tak lagi menemuinya, remaja cowok itu telah membawa kotak ungu milik Ciera dan tak mengabarinya sejak kemarin sore. Rasa bersalah menyelinap masuk, dia diam-diam berharap agar tidak pernah bertengkar dengan Ciera hari itu sehingga memberi jarak antar keduanya. Sedikit menyesal akan apa yang telah ia perbuat, mengatakan apapun hal mengenai dunia dewasa yang sangat tidak mengenakan. Hatinya meringis kecil, mengingat betul raut wajah Ciera yang agak syok karena bentakannya sepulang dari mini market sore hari.

Memori-memori memutar ulang tentang bagaimana Ciera menjadi satu bagian berharga dalam hidup seorang Rena. Ciera nampak begitu polos riang tanpa ada secelah luka tampak. Senyumnya selalu sumringah, dengan humor receh.
Rena tahu pasti dari balik mata menyipit ketika bibirnya melengkung ke atas, bayangan yang menampilkan senyum tulus tanpa ada sedu di dalamnya. Jika benar mata tidak pernah berbohong. Mengapa ia tak bisa melihat pada netra bundar milik Ciera. Apa Ciera yang terlalu pandai bersembunyi dalam duka, atau jangan-jangan dirinya lah yang tak peka serta tak pandai menebak cerita dalam sorot dalam coklat kelam tersebut.

Ciera serupa sesuatu yang dekat namun terasa begitu jauh secara bersamaan. Gadis itu membuat orang-orang melontarkan pertanyaan-pertanyaan manis mengenai hari-hari terjalani.

Apakah hari ini cerah?
Apa yang baru saja kamu lihat di jalan?
Mengapa tidak ada permen stroberri yang kamu bawa?

Sebab gadis itu terlalu pandai mengeluhkan hal-hal kecil guna menutup hal besar dalam hidupnya.

"Kak, tugas sekolah bikin aku rasanya mau meninggoy."

"Kak, masa tadi aku dikejar anjing untung gak nyungsruk."

"Kak, cara membasmi guru killer gimana ya? Kepalaku pusing ngadepinnya."

"Kak, tau gak? Bisa-bisanya tadi aku sial jatuh guling-guling di tangga, mana sakit banget lagi."

Rena terdiam, suara-suara Ciera terasa mengema dalam benaknya. Ada banyak hal yang mereka bagi bersama yang nyatanya bukan segala rasa dimiliki Ciera.
Padahal Rena telah sepenuhnya mempercayai gadis itu mengenai resah hidupnya. Ia merindukan sosok kecil itu hadir kembali dalam pelarian hidup terlampau monoton ini.

Surat Untuk JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang