"Semesta ini luas, ada banyak tempat terbentang. Namun untukmu semuanya selalu diberi sekat. Hanya untukmu, kamu tak diberi celah kecil untuk masuk ke dalam ruang hangat. Dibiarkan membeku dalam dingin dunia."
"Mau permen?"
Kotak sekrup kenangan Oza memutar, menampilkan bagaimana caranya Ciera tersenyum senang menyodorkan permen berbagai rasa. Mata bundar menyipit serta rambut acak-acakan, Oza akan percaya jika ada yang mengatakan Ciera merupakan gembel nyasar ke sekolah.
Dalam hidupnya yang penuh tuntutan serta kegelisahan, sosok Ciera adalah sesuatu yang unik.Embus napas pelan terdengar, cowok itu kini tersandar pada kursinya, matanya menerawang keluar jendela terbuka menampilkan gelap malam, semilir angin meniup masuk mengantarkan sejuk, aroma petrichor mengudara.
Meja belajar penuh akan amplop-amplop surat berserakan, sebuah boneka beruang putih kecil bersandar apik samping lampu belajar. Wajah Oza memuram selayaknya mendung luar sana, serta kilat petir beberapa kali mengejutkan.
Sudah tengah malam, ia tak beranjak sejak sore, kalau hari biasanya sudah pasti Oza akan mengeluh encok belajar memelototi laptop juga buku-buku materi sekolah. Sayangnya hari ini berbeda, ia sedang tidak belajar, atau mungkin benar ia sedang belajar.
Belajar mengerti dan memahami seorang Ciera Pelita dalam kesendirian ruang pengap.Mungkin di kamar sebelah, Kenzie telah tertidur lelap. Berbeda dengannya tengah merasa gundah luar biasa.
Perlahan ia melangkah menuju kasur bersprei toska, membiarkan jendela kamar terbuka lebar mengalirkan udara dingin menerpa masuk bersamaan cipratan kecil air hujan tersapu angin, membiarkan lampu kamarnya menyala terang menyilaukan mata. Karena saat ini waktunya ia overthinking ria sambil melihat langit-langit kamar.
"Kenapa gue egois banget?" gumamnya pada diri sendiri.
Dia tahu Ciera adalah salah satu manusia paling aneh pernah ditemuinya. Pertemuan mereka terbilang cukup unik, bermula dari jam istirahat kelas.
Di mana ada seseorang mencari Oza menunggu depan pintu kelas, ia sempat digoda anak-anak kelas sebab yang menunggunya adalah seorang gadis. Oza yang jarang dicari apalagi seorang gadis tentu merasa ada yang tidak beres. Antara takut diisengin teman juga penasaran, Oza berjalan keluar menemukan Ciera tengah berdiri santai bersenandung kecil menunduk memainkan sepatu berdebunya, tangan memegang ransel abu-abu yang Oza kenal betul milik siapa. Manik coklat kelam itu menatap Oza lekat-lekat. Seakan memastikan apakah ada kuman di wajah Oza.
"Bang Rosa bukan?" tanyanya kemudian.
"Hah?" Yang ditanya malah menganga tak karuan.
"Bang Rosa abangnya Kenzie bukan?" tanyanya lagi, Oza berdehem pelan, kenapa perasaannya tiba-tiba tidak enak? Seperti sedang merasakan kerumunan makhluk alus segara menyerang, ia menggeleng menangapi. Namanya adalah Oza bukan Rosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Januari
Roman pour AdolescentsSelayaknya segaris lintang jingga dalam biru senja. Atau selayaknya seutuh hangat menyelimuti setiap manusia ditemuinya. Wajahnya terangkat menampilkan senyum tanpa seraut luka. Namanya Ciera Pelita. Seharusnya surat dalam kotak ungu itu dikirim pad...