하나

30K 2K 60
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

***

Na Jaemin berjalan ogah-ogahan menuju ruangan di mana ia bekerja. Paras manisnya kaku dan dingin sehingga membuat karyawan lain urung menyapanya. Setelah sampai di meja yang bertuliskan Sekretaris Na, ia pun duduk. 

Mata cantiknya melirik arloji yang melingkar pas di tangan kirinya. Helaan demi helaan napas terus keluar dari hidung mancungnya. Setelah menyemangati dirinya sendiri, ia bergegas ke pantri. 

Jika mengira Jaemin akan minum, maka itu salah besar! Sekretaris baru ini akan membuatkan secangkir teh untuk Raja Iblis. Iya, benar. Ia bekerja untuk seorang iblis. 

Apabila dilihat dari caranya memandang cangkir, ia terlihat begitu dendam dan muak seolah seluruh kebencian dan amarahnya tertuang ke dalam teh. "Sayang banget nggak ada sianida," keluhnya. 

Sapaan seseorang menghentikan Jaemin dari kegiatannya menyumpah-serapahi Raja Iblis. 

"Pagi, Sekretaris Na!"

Jaemin berbalik dan tersenyum. "Pagi," balasnya ramah. 

"Teh buat Sajangnim?"

Senyum Jaemin luntur dan raut wajahnya kembali masam. "Siapa lagi?" 

Yeonhee tak marah atau kesal mendengar jawaban sinis dari temannya. Kalau di posisi Jaemin pun ia pasti melakukan lebih dari apa yang Jaemin lakukan. Maka dari itu, dengan penuh simpati ia menepuk bahu si manis sebelum menyelesaikan urusannya sendiri. 

Jaemin sendiri berjalan menuju ruangan yang senantiasa tertutup. Kemudian ia membuka pintunya dengan hati-hati. Netra madunya menyapu ke seluruh sudut dan tidak menemukan presensi lain selain dirinya sendiri. 

Baguslah.

Paginya tidak akan rusak oleh wajah menyebalkan milik bosnya. 

Tetapi kepalanya menggeleng keras. 

Oh salah!

Paginya bahkan sudah rusak ketika sadar jika ia bekerja untuk Raja Iblis.

"Telat 2 menit 52 detik," ucap seseorang yang membuat jantung Jaemin hampir melompat keluar. 

Bagaimana tidak? Si iblis itu berbicara di dekat telinganya. Dan, lagipula kapan pria jelek ini datang?

Mengatur napasnya sejenak, Jaemin lantas berbalik. Tak lupa ia suguhkan senyum terbaik walau dalam hati ia ingin sekali memukul dan mencabik-cabik wajah congkak di depannya ini. "Saya sudah datang tepat pukul tujuh jika Sajangnim ingin tahu." Helaan napas cepat lolos dari hidung mancungnya. "Setelah itu, saya membuatkan teh favorit Sajangnim seperti biasa," imbuhnya penuh penekanan. 

Tatapan Mark tak berekspresi. Dengan angkuh ia berjalan menuju kursinya. "Seharusnya teh sudah dihidangkan di meja saya lima menit yang lalu."

Jaemin mengepalkan tangan dan melayangkan tatapan tajam saat Mark sedang meminum teh. Apa-apaan! Sejak kapan secangkir teh memiliki jadwal? 

"Saya sudah pernah bilang jika secangkir teh harus sudah ada di atas meja pada pukul 07.30, Sekretaris Na," ujar Mark seakan bisa membaca pikiran Jaemin. 

"Kapan? Saya tidak pernah mendengarnya!"

Mark otomatis menoleh dan memandang Jaemin karena lawan bicaranya ini sedikit menaikkan intonasinya. "Salah siapa tidak memperhatikan," balasnya acuh. Mata bulatnya yang mematikan memberikan peringatan agar Jaemin menelan kembali argumennya. 

Ia tidak suka dibantah. 

"Silakan keluar." Mark membentuk gestur mengusir menggunakan tangan dan sama sekali tidak menatap Jaemin. Sadar sekretarisnya bergeming, ia mengangkat sebelah alisnya. "Tidak dengar, Sekretaris Na?" 

Tanpa mengeluarkan patah kata, Jaemin melangkah cepat lalu menutup pintu lumayan keras sehingga membuat bosnya terlonjak. 

Mark menatap pintunya tidak percaya. Sungguh. Na Jaemin adalah sekretaris paling tidak sopan yang pernah ia miliki selama ini. Hanya lelaki dengan mata cantik itu yang berani membanting pintu di depannya.


TBC

Ini juga aku revisi lagi hehe

Thank you...









Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang