열여덟

10.1K 1.1K 109
                                    

HAPPY READING

SORRY FOR TYPO(S)

***

Mark dan Jaemin sedang berada di Jepang. Jangan mengira mereka berniat bulan madu di sini lantaran alasan sebenarnya ialah untuk bekerja. 

"Sajangnim?" 

Serta merta Mark meletakkan ponselnya saat Jaemin memanggil. "Hm?" Ia dan sekretarisnya duduk bersebelahan dengan jarak yang cukup dekat. 

"Apakah Sajangnim keberatan jika kita mengunjungi Osaka setelah pekerjaan di sini selesai?" Sejujurnya, butuh keberanian yang besar bagi Jaemin untuk mengutarakan hal ini. Ia pikir, akan sangat disayangkan bila mereka di Tokyo tanpa berjalan-jalan sebentar. Lagipula ia membutuhkan hiburan untuk melepas penat. 

"Tidak. Memangnya kenapa?" 

Senyum Jaemin pun mengembang. "Kita akan mengunjungi nenek dan kakek. Mereka pasti akan sangat senang," jawabnya lalu menunjukkan isi pesan neneknya kepada pria yang lebih tua. 

"Selain ke rumah nenek, tidak ingin mengunjungi tempat lain?" 

Kening Jaemin tak ayal mengernyit. Ia menyeringai jahil sembari menatap Mark penuh arti. "Secara tidak langsung Sajangnim mengajak saya kencan bukan?" tanyanya yang berhasil membuat Mark melayangkan tatapan bingung. 

Mark mendorong pelan dahi si cantik yang tiba-tiba mendekat. "Jangan terlalu percaya diri, Sekretaris Na dan tolong pahami arti kencan terlebih dahulu. Saya sengaja mengajak anda karena saya membaca list tempat ingin anda kunjungi."

Iris madu Jaemin melebar. "Sajangnim membacanya di mana?!" 

"Anda mengirimnya melalui email." 

"Benarkah?!" 

"Hm." 

Jaemin memasukan keripik kentang ke mulutnya sendiri kemudian mengunyahnya pelan-pelan, entah memikirkan apa. Ia memandang Raja Iblis yang sudah sibuk dengan ponselnya lagi. Arah pandangnya lantas berganti pada lampu yang menggantung di atas. "Jika Sajangnim keberatan, saya tidak masalah jalan-jalan sendiri." 

Hembusan napas lolos dari hidung mancung sang dominan. Ia kembali menaruh ponselnya ke atas meja dan berkata, "Saya tidak bilang saya keberatan. Kalau keberatan, saya tidak akan menawari anda jalan-jalan." Ia memundurkan kepalanya ketika Jaemin lagi-lagi mendekatkan wajahnya. "Kenapa?" 

"Tapi Sajangnim terlihat tidak senang." 

"Wah! Saya senang sekali, Sekretaris Na!" 

Jaemin tertawa pelan karena Mark cepat sekali berpura-pura tersenyum dan memasang mimik muka bahagia. Ngomong-ngomong mereka berdua tiba sekitar dua jam yang lalu sehingga wajar Mark tidak bersemangat dan sedikit lesu. Ia mengerti namun menjahili Mark juga tidak terdengar buruk. "Tapi Sajangnim..." 

Padahal Mark ingin beranjak dan mandi tetapi tertahan lagi. "Apa?" 

"Kenapa kita tidur di kamar yang sama?" 

"Anda sungguh bertanya hal tidak penting seperti itu, Jung Jaemin?" 

Bibir Jaemin sontak mengatup rapat. Ia yakin Mark sengaja memanggilnya demikian untuk menjawab pertanyaannya. "Ya sudah, lebih baik Sajangnim mandi sekarang. Setelah anda selesai, saya juga akan mandi." 

Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang