일곱

12K 1.4K 30
                                    

Happy Reading

Don't forget to vote and comment

Sorry for typo(s)

***

Jaemin yang hampir memejamkan matanya pun tersadar tatkala mendengar ponselnya berdenting. Ia sedang bermalas-malasan sekarang karena Yuta belum mengizinkannya bekerja. Mulutnya sedikit terbuka ketika melihat siapa pengirim pesan. 

Seorang Mark Jung memintanya bertemu?

Wah. Matanya tidak salah baca 'kan? Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan ia salah atau tidak. Tetapi, sebanyak apapun ia memeriksanya isi pesannya masih sama. Cabul itu memintanya untuk bertemu.

Jaemin merasa bimbang. Haruskah? Lantas kepalanya menggeleng. Lebih baik ia istirahat saja di rumah. Tapi, di sisi lain, ia penasaran kenapa Mark ingin mereka berdua bertemu. Oleh karena itu, dengan malas ia bersiap-siap. Setengah jam kemudian, ia sudah sampai di kafe dan ia baru sadar tempat ini dengan perusahaan lamanya. 

Kepalanya celingukan karena wajah tengil mantan bosnya tak terlihat. Menyebalkan! Mark yang membuat janji namun datang terlambat. Hal ini secara tidak langsung membuatnya seperti yang paling semangat bertemu. Sepuluh menit sudah berlalu dan Mark belum menunjukkan batang hidungnya. 

Apakah pria sialan itu main-main? Atau Mark salah kirim pesan yang seharusnya bukan untuknya? Ini aneh dan semestinya ia sudah curiga di tempat pertama. Untuk apa Mark mengajaknya bertemu tanpa alasan yang jelas begini?

Jaemin menarik napas gusar. Sial! Mark berhasil membodohinya! Andai ia tidak cepat-cepat mengambil keputusan, ia pasti masih di kamar sambil berleha-leha. Tidak seperti sekarang; menunggu tidak jelas. 

Entah keajaiban dari mana, Mark datang dengan seringai tipis yang tersungging di bibir. Ia menarik kursi dan terkekeh. "Sudah menunggu lama, Sekretaris Na?" tanyanya basa-basi. Ia tertawa dalam hati melihat betapa kesalnya Jaemin. 

Si cantik tak berekspresi walau dalam lubuk hati ingin menjedotkan kepala Mark ke meja agar kepalanya pecah diikuti nyawanya. "Saya bukan sekretaris anda lagi jadi jangan panggil saya sekretaris," ucapnya dingin. 

Mark mengangguk-angguk. "Saya ingin memesan―"

"Tidak boleh!" larang Jaemin. Netranya menatap tajam pria sombong di depannya. "Beritahu dulu kenapa Sajangnim ingin menemui saya."

Dahi yang lebih tua tak ayal mengernyit. "Huh? Saya ingin menemui anda? Tapi anda datang lebih awal. Bukankah itu menunjukkan anda yang ingin bertemu dengan saya?" bisiknya jahil. Ia dengan sigap menahan lengan Jaemin yang hendak berdiri. "Oke. Tapi sebelum itu, saya ingin memesan sesuatu karena tenggorokan saya sangat kering." Ia menahan senyum melihat rona merah memenuhi wajah mantan sekretarisnya. Lucu sekali. 

Tangan Jaemin mengepal. Memangnya ia tidak lelah menunggu meskipun hanya lima belas menit? "Katakan dulu atau saya pamit undur diri sekarang!" sentaknya. Ia sudah mencoba bersabar namun Mark menarik ulur kesabarannya dan itu sangat-sangat menjengkelkan. 

Lagi-lagi Mark terkekeh geli. Ia memiringkan kepalanya dan memandang lekat Jaemin hingga nada tak suka kembali terdengar. 

"Saya tidak keberatan menusuk mata Sajangnim sekarang!" geram si lelaki cantik. Apakah kepala Mark terbentur sesuatu sebelum datang ke sini? Ini seperti bukan Mark. Apalagi ia tidak tahan dengan tatapan lembut itu lantaran membuat perutnya bergejolak. 

Mark lantas berdehem. "Saya tidak menerima pengunduruan diri anda, Sekretaris Na," ujarnya serius dan membuat Jaemin melotot. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis melihat reaksi tersebut. "Anda sudah terikat kontrak dan apabila anda tetap bersikeras mengundurkan diri..." Senyum tipisnya berubah menjadi seringai. "Anda akan terkena sanksi dan denda. Bagaimana, Sekretaris Na?" 

Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang