열셋

10.3K 1.2K 33
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

***

Jaemin berjalan di samping Mark sesampainya di kantor. Jujur, ia masih belum terbiasa ketika seluruh karyawan membungkuk padanya padahal sebelumnya tidak pernah. Ia mengangguk-angguk, menyadari ini adalah salah satu keuntungan menjadi pendamping pemimpin perusahaan. Tiba-tiba ia menyeringai. Bagaimana kalau ia bersikap semena-mena?

Lain dengan Jaemin yang tengah tersenyum tidak jelas, Mark justru mengernyitkan dahi sebelum menghela napas bosan. Dalam hati ia bertanya kenapa sekretarisnya aneh sekali. Jangan katakan bahwa Na Jaemin sebenarnya orang gila. 

Tatkala tiba di ruangan yang mereka tuju, Mark dan Jaemin kompak mendengus lantaran ada tamu tak diundang yang sudah berdiri anggun. 

Brianna menoleh dan menyuguhkan senyum terbaiknya. "Pagi, Mark," sapanya manis. 

Mark hanya mengangguk dan menyelonong masuk ke ruang kerjanya sedangkan Jaemin duduk di kursinya sendiri. Sang dominan menatap Brianna bingung sembari bertanya, "Ada apa?" 

"Tentu saja untuk menemuimu. Kau adalah kekasihku bukan? Kau tahu, aku merindukanmu." 

Mark menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya, berharap Brianna akan mengerti dan berhenti mengganggunya lagi. "Aku sudah menikah dan kita juga bukan sepasang kekasih," balasnya telak. 

Iris besar Brianna berkaca-kaca. "Aku mencintaimu, Mark. Kau tahu itu." Ia menyukai Mark sudah lama―lama sekali. Saat mendengar kabar penikahan cinta pertamanya, hatinya tersayat dan tidak terima. Ia membenci pendamping hidup Mark yang tak lain adalah Na Jaemin. Dari sekian milyaran orang di dunia ini kenapa harus Jaemin? Dan kenapa bukan dirinya yang jelas telah cukup lama mengenal Mark? 

"Terima kasih. Tapi maaf aku tidak bisa membalas perasaanmu." Secuil emosi tidak terlukis di paras tampan Mark kala wanita cantik di depannya ini menitikkan air mata. Kendati terdengar jahat dan tidak mempunyai simpati, ia benar-benar tidak merasa iba sama sekali dan ingin Brianna cepat-cepat angkat kaki dari ruangannya. 

"Tidak bisakah kau melihatku sebentar saja?" 

"Tidak." 

Lantaran tidak mau terlihat menyedihkan, Brianna pun mengusap air mata yang bodohnya mengalir. Ia tidak mau terlihat lemah dengan alasan mengemis cinta. Seulas senyum miring terpahat apik di bibir merah mudanya. "Ini karena Na Jaemin?" 

Jari-jari Mark sontak berhenti mengetik dan mata bulatnya memandang lawan bicaranya tak bersahabat. "Dia sudah menjadi Jung Jaemin sejak menikah denganku andai kau lupa. O iya satu hal lagi. Jangan pernah menyeret Jung Jaemin ke dalam urusan ini, Anna," sambungnya penuh penekanan. 

Hati Brianna mendidih dan manik birunya menyala marah. Kedua tangannya terkepal kuat mendengar marga Jung yang tersemat di nama Na Jaemin. Semestinya ia yang berhak mendapatkannya. "Kenapa? Kau mencintainya?" Ia terkekeh geram saat Mark tidak menjawab dan mengabaikannya. "Lihat 'kan? Kau tidak menjawab pertanyaanku dan itu artinya kau menyukai Na Jaemin." 

Lagi-lagi Mark bungkam. 

Wajah Brianna yang semula pekat oleh kesedihan berubah menjadi tumpul dan mengeras. Bulu matanya yang lentik berkibar membara. "Baiklah, aku akan mengasumsikan kau tidak mencintainya lantas kenapa kau menikahinya?

Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang