14.1K 1.6K 59
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

***

Hari ini tepat minggu ketiga Jaemin bekerja dan selama itu ia tahu definisi neraka seperti apa. Begadang, lembur dadakan, dan segunung pekerjaan adalah makanannya sehari-hari. 

Seperti pagi ini, Jaemin datang dengan penampilan yang berbeda dari biasanya. Wajahnya kusut, kemejanya tidak dikancingkan dengan benar, rambutnya berantakan, dan di matanya terdapat lingkar hitam yang cukup kentara. 

Lebih fatalnya adalah ia terlambat! Ini semua akibat ia tidur jam tiga pagi. 

"Sial!" umpatnya dalam hati. 

Ia telat 2 menit! Sudah jelas Raja Iblis akan marah dan menegurnya. Ia juga akan disambut dengan wajah jelek nan sinis Mark. 

Cepat-cepat ia memacu langkah kakinya agar tak semakin terlambat. Akan tetapi, ia menangkap sosok yang tak asing dari jauh. Bibirnya mendesis kesal. Andai tahu mereka berdua sama-sama terlambat, ia tidak akan terburu-buru. 

Menyebalkan!

Mata mereka beradu dan Jaemin lekas mengalihkan ke arah lain. 

"Sekretaris Na?"

Si manis menghela napas berat. Kenapa Mark harus memanggilnya di saat lift sedang kosong? Dengan terpaksa ia berjalan menghampiri bosnya.

"Selamat pagi, Sajangnim." Jaemin menebar senyum terbaiknya pagi ini. "Ada yang bisa saya bantu?"

Alih-alih menjawab, Mark memperhatikan sekretarisnya dari atas hingga bawah. Ekspresinya benar-benar datar seperti mayat hidup. "Tidak memiliki niat untuk bekerja, Sekretaris Na?" 

Jaemin tersenyum kecut sebelum mendengus. Belum satu kata ia ucapkan, Mark menyerobotnya lagi.

"Jika benar, lebih baik letakkan surat pengunduran diri di meja saya sekarang."

Iris madu Jaemin berkilat kesal dan menatap Mark tajam. Demi apapun tangannya gatal dan ingin sekali mencabik wajah sombong pria di depannya. 

Mark menarik napas lelah menyadari Jaemin tetap menutup mulutnya. Sorot matanya malas saat mengatakan, "Saya pikir anda sudah tahu bagaimana etika dan tata cara berpakaian. Ingin saya bacakan?" 

PLAK!

Suara tamparan yang terdengar sangat menyakitkan menggema di lobi dan membuat keduanya menjadi pusat perhatian. Semua orang yang berlalu lalang di sana tidak menyangka Jaemin menampar pemimpin perusahaan yang mereka hormati. Lebih-lebih lagi tidak ada mimik ketakutan di wajah Jaemin. 

Nayanika yang lebih muda menatap Mark bengis, seolah ingin membunuhnya detik itu juga. Sudut bibirnya terangkat ke atas dan tersenyum merendahkan. "Tamparan itu belum sepenuhnya menyampaikan seberapa besar saya membenci anda, Sajangnim." Ia melangkah mendekat tanpa berkedip. Sungguh ia ingin memberikan bogeman mentah tepat di wajah tak seberapa ini. "Dan itu juga sebagai timbal balik karena Sajangnim memperlakukan saya semena-mena," bisiknya mematikan. 

Setelah itu, Jaemin berbalik dan meninggalkan Mark yang masih membisu. Katakan saja ia tidak sopan atau kurang ajar toh dirinya juga tak perduli. Masa bodoh dengan itu semua asal kekesalan dan kejengkelan yang ia pendam selama ini sudah terbayar lunas. 

Ia berikrar dalam hati. Di minggu keempat nanti surat pengunduran miliknya tergeletak rapi di meja si iblis. 

***

Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang