아홉

11.2K 1.3K 83
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

***

Hari terus berganti dan tanpa terasa Jaemin sudah bekerja selama tiga bulan. Jujur ia sendiri tak menyangka bisa bertahan selama ini. Ini tak lepas dari syarat perjanjian dua bulan yang lalu. Selama tiga bulan ini, kadar umpatan yang biasanya selalu keluar dari mulutnya berkurang. Meskipun begitu, label 'menyebalkan' yang disandang oleh Mark belum hilang sepenuhnya.

Masih ingatkan dengan masalah internal perusahaan Mark di mana salah satu karyawan di bidang keuangan melakukan penggelapan dana cukup fantastis hingga hampir menggagalkan kesepakatan dengan investor asing?

Karena masalah ini, ia harus rela lembur melebihi batas yang telah ditentukan. Bukan hanya dirinya saja tetapi bersama karyawan yang lain. Hal ini menyebabkan ia dan Mark sering pulang bersama―mau tidak mau.

Awalnya ia menolak tetapi setelah dipikir-pikir itu cukup menguntungkan lantaran dapat menghemat biaya. Toh, mereka tinggal di kawasan yang sama. Dan, buntut dari kedapatan beberapa kali pulang bersama ini adalah mereka berdua digosipkan menjalin hubungan yang lebih dari sekedar bos dan sekretaris.

Berita itu sudah menyebar ke seantero perusahaan. Setiap Jaemin menampakkan diri, ia selalu menjadi pusat perhatian. Banyak pasang mata yang menatapnya, entah itu iri, tidak suka, sinis, dan tidak percaya. Itu membuatnya sedikit tak nyaman dan risih.

Tentu saja, yang digosipkan dengan dirinya adalah putra pemilik perusahaan―pria kaya, tampan, pintar, dan masih sendiri.

Parahnya, Seo Haechan bahkan bertanya padanya langsung untuk mengklarifikasi rumor tersebut. Kata Haechan―berdasarkan observasinya―mereka rata-rata percaya andai Mark dan Jaemin memiliki hubungan khusus karena chemistry mereka yang kuat, terlebih keduanya tidak memberi respon selain diam.

Jaemin bahkan memuntahkan es krim yang ada di mulutnya saat mendengarnya. Ia dan Mark hanya sebatas rekan kerja. Tidak lebih. 

"Tidak usah dipikirkan. Mereka hanya mempercayai apa yang ingin mereka lihat."

Itu ucapan Mark kemarin ketika ia benar-benar jengah dan tidak dapat menoleransi ujaran kebencian yang dirinya peroleh. Ia sungguh tidak nyaman dengan tuduhan yang bahkan tidak dirinya lakukan sama sekali. 

Lelaki cantik ini tersadar saat seorang office boy memanggilnya, mengingatkan airnya sudah matang. Ia mengangguk dan mengucapkan terima kasih, hampir lupa tujuannya ke sini adalah untuk membuatkan teh untuk Mark. 

Keningnya tak ayal mengernyit mendapati pintu bosnya yang tak tertutup rapat. Awas saja jika Raja Iblis itu keluar dan berakhir menyuruhnya membuatkan teh lagi dengan alasan sudah mendingin. Ia masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu dan keterkejutan menyerangnya kemudian. "A-ah maaf," ujarnya sebelum bergegas keluar, tidak memerdulikan ekspresi mereka. 

Jaemin merutuki kebodohannya yang tidak mengetuk pintu lebih dulu. Tubuhnya bergidik ngeti membayangkan wanita cantik itu duduk di pangkuan Sajangnim yang terhomat. Untuk menetralkan rasa terkejutnya, ia menyesap teh yang seharusnya disuguhkan untuk Mark. 

Ngomong-ngomong, siapa dia? Menurutnya, dia sangat cantik seperti boneka hidup. Rambut cokelatnya bergelombang, tubuhnya tinggi semampai, dan bermata biru. Jujur, ia belum pernah melihatnya semenjak bekerja di sini. 

Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang