다섯

12.8K 1.5K 140
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

Don't forget to vote and comment

***

Pagi ini adalah pagi terbaik bagi Jaemin sejak satu bulan yang lalu. Sepanjang perjalanan menuju perusahaan, senyum manisnya tidak pernah pudar. Sesekali, mulut kecilnya bersenandung dan tersenyum pada orang asing yang berpapasan dengannya. Setelah sampai, lelaki cantik ini juga tak urung menyapa karyawan lain.

"Na Jaemin!"

Panggilan tersebut membuat Jaemin berhenti. Ia menoleh sebelum melambaikan tangan ke Haechan. "Apa?"

Haechan menggeleng dan mengamati penampilan sahabatnya dari atas ke bawah. Menurutnya, pakaian Jaemin agak berbeda dari biasanya. "Datang sepagi ini mau ngapain?"

Lelaki cantik bermarga Na ini memberikan senyum terbaiknya. Kemudian ia memeluk Haechan cukup erat sehingga Haechan merasa sedikit sesak. "Rahasia dong," balasnya yang diakhiri dengan cengiran. Ia terkekeh seraya melepas pelukan mereka. "Bye, Haechanie," ucapnya saat pintu lift hampir tertutup. 

Tak menunggu waktu lama untuk sampai, Jaemin langsung masuk ke dalam ruangan yang mungkin akan ia rindukan. Tidak untuk penghuninya. Manik indahnya yang dihiasi oleh bulu mata lentik ini melirik sekilas jam tangannya. Baru pukul tujuh dan pastinya Mark belum datang. 

Dengan senyum cerah yang terpatri, ia meletakkan surat pengunduran dirinya di atas meja Mark. Ia menatap surat itu sejenak lalu memindahkannya ke atas tumpukan berkas yang akan ditandatangi oleh pria jelek itu. "Nah, begitu lebih bagus," batinnya berkata. 

Jaemin tersenyum puas sembari bertepuk tangan. Perasaan bangga memenuhi rongga dadanya lantaran sanggup bertahan selama satu bulan. Setelah ini selesai, tak ada oknum yang memintanya kerja rodi atau romusha lagi. 

"Ingin bekerja atau menggoda karyawan lain, Sekretaris Na?"

Jaemin seketika berbalik dan menghadap ke sumber suara yang rasanya sangat menjengkelkan untuk didengar. Bibirnya mengulas senyum culas untuk sang atasan.

Sementara itu, Mark sendiri memicing ke arah sekretarisnya. Sedikit informasi, ia bahkan sudah menginjakkan kakinya di sini sejak dua puluh menit yang lalu sebelum sekretaris barbarnya—yang sangat disayangkan sungguh manis ini— datang.

Kepala Jaemin menunduk untuk memeriksa pakaiannya dan ia rasa tidak ada yang salah. Terlebih ia sudah mengundurkan diri sehingga ia tak lagi terikat apapun dengan aturan yang harus ditaati. Ranumnya melukiskan senyum tipis dan sangat berlawanan dengan matanya. "Tidak ada yang salah dengan pakaian saya. Kecuali jika Sajangnim berniat mencari-cari kesalahan," sinisnya. 

Seolah tidak perduli dengan jawaban sang sekretaris, Mark masih setia dengan tatapan elangnya yang seolah menembus hingga ke kepala Jaemin. Kakinya melangkah maju mendekati sekretarisnya yang pagi-pagi sudah membuatnya kesal. Sedangkan Jaemin sama sekali tidak bergerak dari posisinya—tidak maju ataupun mundur. Lelaki cantik ini seperti tidak memusingkan jika jarak antara mereka semakin terkikis.

"Kemeja yang memperlihatkan dada bagian atas. Itu tidak melanggar?" 

Demi Tuhan, apakah Na Jaemin lupa tentang aturan berpakaian? Mark bahkan bisa melihat sedikit tulang selangka Jaemin. Ia menghela napas lelah. "Perbaiki penampilan dan segera siapkan jadwal untuk saya," ucapnya menyerah. Ia tak ingin terkena hipertensi karena mengurusi Jaemin. 

Sayangnya, Jaemin menggeleng. Ia lantas mengambil surat yang sangat berharga baginya. Sudut bibirnya membentuk seringai tipis. "Saya mengundurkan diri!" 

Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang