열넷

9.9K 1.2K 15
                                    

.Happy Reading

Sorry for typo(s)

***

Nyatanya hubungan Mark dan Jaemin tak junjung membaik. Meski selalu berangkat, pulang bersama dan tinggal di satu atap yang sama, mereka justru seperti orang asing. Entah apa penyebabnya rumah mereka diselimuti keheningan. 

Sudah tiga hari Mark sarapan dan makan malam sendirian. Ia tidak tahu alasan mengapa Jaemin enggan bertatap muka dengan dirinya. Ada yang salah di antara mereka namun Mark dan Jaemin memilih mengulur-ulur waktu.

Jaemin yang menjauh dan menghindari Mark justru membiarkan Brianna menempeli suaminya setiap saat. Beruntung wanita campuran itu tidak sampai bertamu ke kediaman mereka. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya sehingga bersikap kekanak-kanakan?

Mark mengabaikan panggilan dari Anna. Perhatiannya tertuju pada Jaemin yang baru saja lewat di depannya tanpa melihatnya dan menyapanya. Apakah ia tidak terlihat sama sekali? Ia memperhatikan Jaemin yang tengah menyirami tanaman. Sudah lama ia tidak melihat lengkung manis menghiasi bibir si cantik. "Sudah sarapan?"  

"Tidak lapar. Sajangnim bisa sarapan sendiri," jawab Jaemin dengan posisi yang membelakangi suaminya. 

"Lalu kenapa memasak sarapan jika tidak dimakan?" 

"Itu untuk Sajangnim."

Mark menghela napas kasar. "Berhenti memanggil saya Sajangnim saat di rumah." 

"Tidak bisa." Jaemin bergeser untuk menyiram tanaman lagi. Ia tersenyum tipis ketika sinar hangat matahari menerpa wajahnya. 

Mark tidak suka apabila lawan bicaranya tidak fokus padanya seolah tidak menghargainya. "Anda tidak perlu melakukan ini, Sekretaris Na."

Jaemin berbalik dan memandang Mark bosan. "Kenapa Sajangnim berisik sekali? Masih pagi dan tolong jangan membuat keribuatan." 

"Saya tidak menikahi anda untuk melakukan ini, Jung Jaemin." 

Jantung Jaemin seakan melorot dan turun ke perut mendengar suara dalam dan berat pria yang lebih tua. "Sajangnim mempunyai jadwal bertemu Brianna pukul sepuluh nanti. Lebih baik anda bersiap sekarang karena tidak ada seorangpun yang suka menunggu." 

"Sekarang anda mengalihkan pembicaraan?" Mark mendengus tanpa sungkan. Sekretarisnya ini memang sangat lihai menyalakan sumbu api. "Anna yang memberitahu?" tanyanya memastikan. 

Si manis Na mengangguk singkat. "Dia mengirimi saya pesan setiap hari mengenai rencana apa yang akan dia lakukan bersama anda. Silakan. Saya tidak akan melarang," ujarnya santai. Gurat keberatan tidak tergambar di mimik mukanya. Karena semua tanaman sudah disiram, ia pun bergegas pergi. "Permisi, Sajangnim" 

Dengan sigap Mark menahan bahu yang lebih muda. "Now tell me what's wrong?" 

"Tidak ada. Semua berjalan sebagaimana mestinya." 

Mark tertawa sarkas mendengar kebohongan itu. "We need to fix this." 

Jaemin lantas melepaskan tangan Mark dari pundaknya. "Tidak ada yang perlu diperbaiki." Ia tidak terganggu dengan tatapan tajam yang dirinya terima. Yang ia inginkan adalah cepat-cepat masuk ke kamarnya dan menghindari Mark sampai besok. 

"Benarkah?! Anda pikir kita bisa hidup seperti ini hingga menua karena prinsip satu sama lain, Sekretaris Na?!" seru Mark kalap, tanpa sadar menaikkan intonasi suaranya. Wajah tampannya mengeras dan pekat sekali oleh amarah. "Jika memang serius mempertahankan pernikahan seharusnya ada tidak bersikap seperti ini!" 

Jaemin mengepalkan tangannya erat dan memandang Mark menusuk. "Lalu bagaimana dengan Nona Lee?! Anda tidak memikirkan perasaannya?!" 

"Apa itu perlu?!" Mark memejamkan matanya untuk meredam emosinya yang tengah meluap-luap. Panas di punggungnya menyebar hingga ke ubun-ubun. "Berapa kali saya harus memberitahu anda bahwa saya tidak menyukai Anna?" Ia melunak dan tidak lagi menggebu-gebu. "Apakah itu salah saya karena saya tidak membalas perasaan Anna?" 

Kepala Jaemin menunduk dalam sebagai cara menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca. 

"Anda membuatnya semakin rumit, Sekretaris Na." Setelah itu, Mark menghembuskan napas lelah. Letih benar-benar menggerogoti jiwa dan raganya sejak beberapa hari terakhir. "Saya sudah berusaha memperbaiki hubungan kita tapi sepertinya anda menolak dan membiarkan semuanya memburuk. Baiklah, saya mengerti. Terima kasih," pungkasnya lalu beranjak pergi meninggalkan Jaemin seorang diri. 

Ia lelah karena hanya dirinya yang berusaha. Sementara itu, dengan mudah Jaemin melemparkannya ke dalam perangkap wanita lain yang justru semakin memperkeruh. Yang paling ia tidak suka ialah Jaemin sengaja membutakan mata dan menutup kedua telinganya rapat-rapat. 

Mark menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia pikir, hubungan mereka akan jauh lebih mudah lantaran mereka berpegang pada prinsip yang sama namun ternyata cukup sulit. 

Sepertinya menikahi Jaemin sebagai bentuk pertanggungjawaban adalah keputusan yang salah. 

Ada setitik penyesalan di hatinya karena ia merasa terlalu terburu-buru. Mungkin ia dan Jaemin memang seharusnya tidak bersama. 

Tbc

Terima kasih❤️









Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang