스물

10.1K 1.1K 52
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

***

Di tengah memasak sarapan, Jaemin merasa lengan seseorang melingkari pinggangnya. Ia juga merasakan deru napas yang hangat menerpa lehernya. Seharusnya ia tidak perlu terkejut namun kecupan yang mendarat di bahunya membuatnya mematung sejenak. "Aku kira kakak bangunnya nanti," ucapnya. 

Mark bergumam tidak jelas menjawabnya. Alih-alih menjauh, ia justru semakin erat memeluk Jaemin. Sejujurnya ia masih mengantuk tetapi karena si cantik tidak ada di sampingnya, ia malas menyambung tidur. 

"Lepas dulu, Kak. Aku belum selesai masak." 

"Sebentar lagi, Sayang." 

Netra madu Jaemin mengerjap berkali-kali setelahnya. U-ugh, apakah suaminya sadar memanggilnya demikian? Tanpa bisa dicegah jantungnya berdegup kencang. Ia menggigit bibirnya sembari berusaha bersikap biasa saja, seolah-olah panggilan tersebut tidak mempengaruhi kondisi hatinya. "Kalau masih ngantuk, kakak boleh kok tidur lagi." 

Entah sengaja atau tidak, Mark menyapukan ujung hidungnya ke leher yang lebih muda. "Nggak ah. Kamu sendirian di sini. Mau kakak bantu?" Kali ini dengan kesadaran penuh ia mengecup sekilas pipi Jaemin. 

Jaemin membisu dan bergeming. Otaknya tengah memproses apa yang baru saja terjadi. Meski mereka sudah terbuka satu sama lain dan tengah berupaya untuk saling jatuh cinta, tidak pernah terpikirkan olehnya ia akan mendapatkan sentuhan sebanyak ini. Jangan asumsikan ia tidak menyukainya. Yah, mungkin ia hanya belum terbiasa. 

"Hei?" Mark tersenyum tipis saat sekretarisnya ini tersadar dari lamunan. "Kenapa?" tanyanya lembut. Ia mengangguk mendengar kata tidak apa-apa terlontar dari mulut sang kekasih. "Ngomong-ngomong..." 

Selesai mencicipi, Jaemin berbalik. "Apa?" Keningnya mengernyit sebab Mark justru menyengir tidak jelas. Tingkahnya itu tentu saja semakin memancing rasa penasarannya. "Apa, Kakak?" 

"Can I get my morning kiss?" 

Nayanika Jaemin membulat dan perlahan-lahan pipinya bersemu. Mark tidak pernah memintanya secara terang-terangan seperti ini sehingga membuatnya malu setengah mati. Susah payah ia menelah ludahnya ketika telapak tangan Mark menangkup pipinya. "Kakak aja," ujarnya pelan. 

"Hm?" 

Jaemin mencebik dan menggigit bibirnya keki, merutuki yang lebih tua dalam hati lantaran tidak mengerti kodenya. Ia terlalu malu mengutarakan keinginannya dengan gamblang. "Maksud aku..." Kupu-kupu terbang ke sana-ke mari di perutnya tatkala irisnya dan Mark bertemu. "Maksudnyakakakyangciumaku," imbuhnya cepat. 

Mark tertawa pelan. Demi apapun Jaemin sangat cantik dan lucu di matanya. Pipinya yang berisi dihiasi semburat kemerahan dan bibirnya yang sewarna teratai mengerucut maju begitu mendengar tawanya. Bolehkah ia menggigit Jaemin sekarang? 

Jaemin mendengus dan menarik tangan Mark dari pipinya. "Tahu ah! Kakak lama!" Lebih baik ia merampungkan acara memasaknya daripada membuang-buang waktu. "Awas. Aku mau ambil telur." Kemudian jantungnya dibuat kacau dan bertalu-talu saat Mark menciumnya. Kelopak matanya pun terpejam dan mulai menggerakan bibirnya. Merasa pagutan mereka semakin dalam, ia mengalungkan lengannya di leher suaminya.

Malangnya, bau gosong menginterupsi penyatuan bibir keduanya. Dengan sedikit tidak rela, Mark menjauhkan kepalanya ketika Jaemin mendorong dadanya. 

Secepat kilat Jaemin memunggungi Mark. "Kan! Gara-gara kakak ikannya gosong! Terus kita sarapan apa?!" sungutnya mencak-mencak, yang sebenarnya bertujuan untuk menutupi rasa malunya. Tanpa pikir panjang ia membuang ikan bawal yang sudah berubah warna menjadi hitam ke tempat sampah. Ia melirik sengit pria yang baru saja menghapus kerutan kesal di dahinya. 

Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang