열여섯

10.1K 1.2K 47
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

***

Jaemin terus tersenyum selama memasak makan malam. Tiga masakan yang ia buat adalah makanan kesukaan Raja Iblis. Sesampainya di rumah setelah pulang bekerja, ia memang sempat menghubungi Taeyong dan menanyakan hal tersebut. Ia memasakkan itu semua sebagai permintaan maaf. 

Tidak baik bukan terlalu lama bertengkar?

Iris madunya berkilauan begitu tiga hidangan sudah tertata rapi di meja makan. Kalau begitu, ia akan mandi dan menunggu Mark pulang. Satu jam kemudian, ia keluar dari kamarnya dengan penampilan yang lebih segar. Ia pun berjalan menuju ruang tengah dan menyalakan televisi sebagai teman menanti. 

Seharusnya Mark sudah pulang sejak tiga puluh menit yang lalu namun kemana perginya pria itu? Mark tidak pernah pulang terlambat meski hubungan mereka sedang semrawut seperti sekarang. Apakah suaminya sedang mencari pelampiasan di luar sana? 

Jaemin menepuk-nepuk pipinya supaya pemikiran jelek menjauh dari kepalanya. Ia tidak boleh menuduh Mark atas praduganya yang tak berdasar. Jika ia asal menuding tanpa bukti, hubungan mereka akan semakin kacau. Lagipula Mark tidak terlihat seperti pria yang suka jajan sembarangan. 

Ia merebahkan tubuhnya seraya memeluk bantal sofa. Ingatannya merambah pada kejadian tadi siang di mana Mark meninggalkannya di basement dengan tergesa-gesa. Apakah telah terjadi hal buruk? Hidung mancungnya berkali-kali membuang napas gusar. Posisinya juga berubah-ubah; duduk bersila, menekuk lutut, telentang, atau menyamping. 

Ya Tuhan, ia bosan. 

Lelaki cantik ini menggembungkan pipinya sembari menimbang-nimbang haruskah ia menghubungi Mark atau tidak. Keinginannya lumayan besar karena ia sendiri penasaran apa yang sedang Mark lakukan namun rasa malunya tak kalah menggunung. Lantas ia meletakkan ponselnya dan mengambil remot TV. Ibu jarinya mengganti saluran televisi berulang-ulang untuk menemukan tayangan menarik. 

Bibirnya ia gigit, kesal lantaran masakannya sudah dingin.

Jarum jam terus bergerak dan malam kian larut. Di luar jendela, tidak ada yang menjadi sumber cahaya sebab malam ini berteman dengan guruh. 

Terlalu lama menunggu, Jung Jaemin pun terlelap. 


***


Tepat di pukul dua belas malam Mark tiba di rumah. Penampilannya cukup berantakan; dasi entah kemana, tiga kancing teratas kemejanya terbuka, dan lengan kemeja yang digulung sampai siku. 

Ia baru saja pulang dari rumah sakit tempat kakeknya dirawat. Jeno mengabarinya bahwa kakek mereka mengalami kecelakaan dan saking paniknya ia melupakan Jaemin. Saat ditanya di mana suaminya, ia beralasan Jaemin sedang tidak enak badan. Awalnya ia enggan pulang tetapi bubunya mengatakan Jaemin pasti menunggunya di rumah. 

Tatkala hendak menaiki anak tangga, langkah kakinya tiba-tiba berhenti. Ia menoleh ke samping dan menemukan Jung Jaemin tertidur pulas di atas sofa. Entah kenapa ia menghembuskan napas. Ia mendekat dan memandang damainya sekretarisnya di tengah lelapnya. Bagaimana ada orang seindah ini dalam tidur sekalipun? 

Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang