여섯

12.2K 1.4K 24
                                    


Happy Reading 

Don't forget to vote and comment

***

Jaemin masuk ke dalam rumahnya dengan langkah riang. Setelah pulang dari kantor, ia langsung menuju apartemennya untuk berkemas sedikit sebelum ke sini. Jujur, ia lega sekali dan belum pernah merasa selega ini sebelumnya. Meskipun sempat mengalami kejadian tak mengenakkan, ia sangat senang. 

"Papaa! Nana pulang!"

Winwin yang tengah menonton televisi seketika menoleh ke belakang dan menemukan anak sematawayangnya berlari ke arahnya. Ia membalas pelukan Jaemin sama erat sesaat si manis ini menubruknya kencang. "Tumben pulang jam segini. Biasanya sore."

Jaemin berbaring di atas sofa. Mata cantiknya terpejam menikmati usapan lembut di kepala. "Sekarang udah nggak, Pa. Nana tinggal bareng papa sama papi lagi," ucapnya, tak bisa menyembunyikan kegembiraan di suaranya. 

Dahi Winwin mengernyit. "Bukannya jadi lebih jauh? Nana nggak masalah?" Bukan berarti ia tak senang dengan kabar gembira ini, namun dulu Jaemin yang meminta agak diizinkan tinggal sendiri karena jaraknya lebih dekat. Ia semakin bingung kala putra tunggalnya justru bertepuk tangan dan tersenyum cerah. 

"Nah! Nana udah resign dari perusahaan sialan itu!"

"Hush. Nggak boleh gitu," tegur Winwin seraya menepuk pelan bibir Jaemin. 

Jaemin pun meringis lalu meminta maaf. Terlalu lama bekerja di sana membuatnya sering mengumpat. Jangan heran lantaran pemimpinnnya seperti iblis sehingga mulutnya tidak bisa diam dan harus mengumpat sepanjang waktu. "Soalnya bosnya juga gitu."

Jemari Winwin mengusak surai Jaemin dengan lembut dan bertanya, "Kenapa memangnya? Siapa sih namanya?"

Bibir si cantik mencebik. "Nggak tahu. Nana males juga ngucap namanya."

Jangankan malas mengucapkan, mengingat, memikirkan, ataupun berhubungan dengan orang itu Jaemin tidak mau. Lebih baik mengingat dan menghapalkan nama-nama dinosaurus yang lucu-lucu sambil bernyanyi. Itu jauh lebih menyenangkan―sepuluh kali lipat lebih menyenangkan―dan menambah ilmu. Opsi pertama hanya menambah rasa kesal dan itu sama sekali tidak berguna. 

"Oh, yang kamu sering ceritain ke papa ya? Si iblis, si setan, si gila kerja, si kanebo kering, si triplek, si perfeksionis, si pak tua, si om, si kakek gayung," tutur Winwin sedikit ragu sembari terus mengingat-ingat si-si lainnya yang pernah kesayangannya sebutkan.

"Si tukang cabul," tambah Jaemin cepat kemudian menghembuskan napas panjang. Ia kembali teringat dengan kejadian tadi pagi. 

Mendengar itu, Winwin mengangguk paham. "Dia yang bikin anak papa rela begadang?" 

Baik ia dan suami tidak menerapkan kebiasaan tidur larut kepada putra kecil mereka. Bahkan ketika usia Jaemin menginjak 20 tahun, Jaemin harus tidur di bawah angka sepuluh malam atau tepat pukul sepuluh. Sesulit atau sebanyak apapun tugas dan pekerjaan, kerjakan paling lambat hingga pukul sepuluh malam lalu bangun lagi sekitar jam tiga atau empat pagi begitu.

Pekerjaan yang terlalu banyak, deadline berdekatan, lembur yang cenderung dadakan dan terlampau sering membuat Jaemin sedikit kaget. Ia sering mengeluh pusing pada papi dan papanya ketika pulang ke rumah. Menanggapi hal tersebut, Winwin dan Yuta menyarankan Jaemin untuk mengundurkan diri tetapi lelaki cantik ini menolak dengan alasan belum ada satu minggu bekerja dan berkata sanggup.

"Iya, Pa. Nana miris sama calon sekretarisnya nanti. Pasti belum ada seminggu kerja juga langsung resign. Nana aja yang bisa bertahan sampai satu bulan. Hebat kan?"

Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang