열 (1) 🦋

14.9K 1.3K 56
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

⚠️

***

Jaemin duduk melamun di antara gemerlap dan meriahnya pesta perusahaan sahabat papinya. Ia sendiri sedangkan orang tuanya berbaur dengan rekan bisnis mereka.

Ia sempat bertemu dengan Taeyong dan Jaehyun, yang merupakan orang tua dari Jung Jeno sekaligus pemilik acara. Tetapi hanya sebentar karena mereka harus menyapa tamu penting lainnya. Ah, ia juga melihat Jeno dan kekasihnya, si psikolog manis yang bernama Renjun.

Iris madunya menatap segelas red wine di hadapannya, antara ragu-ragu dan penasaran. Jujur, ia memiliki toleransi alkohol rendah dan tidak terlalu suka dengan minuman sejenis ini, sama seperti papanya. 

Akan tetapi, mencobanya tidak masalah 'kan? Ia tidak akan mabuk andai mencecapnya sedikit. Cairan merah keunguan ini lantas memasuki rongga mulut dan kerongkongannya. Hm.. ini tidak buruk. 

"Na Jaemin?"

Si manis Na pun menoleh dan mendapati kekasih Sajangnim menyapanya. Brianna tampak memukai dalam balutan long white dress yang memamerkan dada serta bahu. Senyum tipisnya ia ukir dan membiarkan wanita ini duduk. Ia memperhatikan Brianna Lee yang tengah menatap seorang waiter menuangkan wine ke dalam gelas, memutar-mutarnya perlahan, lalu menyesapnya. 

Anggun sekali di matanya. 

"Anda datang sendiri, Sekretaris Na?"

Sebagai jawaban, Jaemin menggeleng. Jika ia sendiri lebih baik tidak usah datang sekalian. Ia dengan senang hati bersantai di rumah dan melakukan apapun yang ia sukai. Sebenarnya, ia sudah menolak tetapi Winwin mengatakan harus. Jadi, mau tak mau ia ikut. 

Winwin memberitahunya bahwa Jaehyun dan Taeyong akan meresmikan kedudukan putra sulung mereka dan hal ini menimbulkan kernyitan di dahi Jaemin. Jung Jeno tidak tertarik dengan urusan perusahaan. Lantas siapa anak mereka? Setahu dirinya, Jeno adalah anak tunggal.

Sedikit cerita, ia dan Jeno berteman sejak semester pertama di bangku universitas. Pertemanan mereka pun masih awet hingga sekarang. Ia juga sering bermain ke rumah Jeno bahkan dianggap anak sendiri oleh Taeyong. 

Brianna tersenyum penuh arti. "Datang bersama orang tua?"

Jaemin menghirup aroma wine lalu menyesapnya perlahan. "Ya," jawabnya singkat. Melihat siapa yang berbicara di atas panggung, mulutnya sontak terbuka dan matanya membulat penuh. 

Jadi, putra Jaehyun dan Taeyong yang papanya maksud adalah si tukang cabul? Dan, Mark dan Jeno adalah saudara? 

Brianna tersenyum melihat reaksi sekretaris pria yang ia anggap kekasih. "Dia sangat tampan bukan?" tanyanya seraya menatap Mark dengan bangga. 

Jaemin mendengus samar sebelum memusatkan atensinya lagi pada pria jelek yang tengah bersama Tuan Yunho. Tentu saja ia mengenal beliau. Cepat-cepat ia membuang pandang ke arah lain saat manik mereka bertemu. "Tampan apanya? Paman Jaehyun jauuh lebih tampan," bisiknya. 

Bisikan Jaemin sukses membuat Brianna menoleh bingung. "Pardon?"

Jaemin pun tertawa canggung, menyadari kesalahannya. "Hahaha... Tidak setampan kakek dan ayahnya." 

Setelah itu, terdengar riuh tepuk tangan. Lelaki cantik ini mengedarkan matanya dan menemukan seluruh tamu menatap Mark dengan binaran bangga. Mereka semua bersuka cita kecuali dirinya. Cih! Bagaimana para tamu undangan tertipu begitu mudah? 

"Karena kita beberapa kali bertemu dan bertegur sapa, bolehkan menggunakan bahasa yang tidak terlalu kaku saat kita mengobrol?"

"Tentu."

Brianna memangku tangan dan tatapan bangganya belum pudar. "Dia baik hati, lembut, dan penyayang. Bukankah aku sangat beruntung memilikinya?" tanyanya. 

Jaemin tertawa yang dibumbui dengan ejekan samar. "Baik? Silakan mencoba menjadi sekretarisnya," balasnya dalam hati. Tapi pada akhirnya ia mengangguk untuk alasan kesopanan. Terlalu banyak meminum wine membuatnya mengantuk dan sedikit pusing. Ia ingin pulang dan beristirahat. 

Di mana papa dan papinya? 

Hembusan napas Brianna terdengar. "Sayangnya, sejak Minhyung kembali ke Korea kami jarang bertemu. Itu membuatku khawatir," jelasnya tanpa diminta. Ia menyibakkan surai cokelatnya dan menatap pemilik hatinya yang tengah tersenyum. "Ah, sudah memiliki kekasih?" Ia terkekeh melihat wajah Jaemin yang memerah. 

"Sudah." Jaemin menjawab asal sembari memijat ujung hidungnya. Ugh, kepalanya berat dan ia tidak nyaman terlalu lama di sini. Ia sama sekali tidak peduli saat Brianna pamit akan menemui calon mertuanya. 

Tak kuat dengan alunan musik dan hiruk pikuk, lelaki cantik ini kemudian berdiri dan berjalan menjauh dari gempita pesta. Detak jantungnya melambat setelah ia berada di dalam lift seorang diri. Ia butuh udara segar sambil menunggu orang tuanya. Kepalanya menunduk dan diam ketika pintu lift terbuka yang menandakan seseorang masuk. Lagi-lagi ia acuh. Yang ia inginkan adalah pulang secepatnya. 

Jaemin hampir limbung andai orang di sampingnya tidak gesit menahan tubuhnya. Pelan-pelan ia membuka matanya yang sayu dan sedikit berair. Lengannya bertumpu pada bahu sang penolong. Ia pun menajamkan pandangannya yang agak mengabur. Pria ini tidak asing dan cukup familiar menurutnya. "Ugh, t-terima kasih," cicitnya. 

Sementara itu, pria tampan yang memakai setelah serba hitam ini mendengus. Jaemin mabuk dan ia tahu itu. Tangannya yang hendak mendorong tiba-tiba ditahan dan bahkan lengan itu mengalung apik di lehernya tanpa permisi. 

Alarm bahaya berdering di kepalanya berkali-kali, memintanya segera menyingkir. Orang mabuk benar-benar mengerikan. Ia hampir mengumat karena Jaemin menangkup kedua pipinya. 

Jaemin tersenyum manis. Aroma lelaki asing ini cukup menenangkan dirinya dan mengurangi pening di kepalanya. Entah apa yang merasuki otaknya, ranumnya menyambangi bibir sang penolong meski hanya menempel. Jantungnya berdebar kencang, sama seperti pria yang ia cium. 

Seandainya ia ingat bahwa ini adalah ciuman pertamanya. Siapapun tolong sadarkan dirinya sekarang juga. Kelopak matanya terpejam kala bibir lawannya bergerak di atas bibir tipisnya. Ia terdiam lantaran tidak tahu apa yang harus ia lakukan. 

Tetapi, jujur, perutnya serasa diaduk dan bergejolak saat pria ini menghisap lembut bibir bawahnya. .

Jutaan kupu-kupu berterbangan di perutnya.

"Mmhh.."


Tbc

Jangan lupa pencet bintang 🌟

Thank you so much

Jangan bosan kalau dapet notif dari aku terus, hehe. Stay safe and have a great weekend 😊💚💙






Sekretaris Na [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang