"Baju kamu kok beda ya?"
Deg!
Aysi terdiam sejenak lalu tiba-tiba saja gadis itu meringis kesakitan memegangi kepalanya.
"Awhh...aduh kepala Oca sakit banget. Bisa bawa Oca kedalam dulu, nanti Oca ceritain semuanya." alibi Aysi menyenderkan kepalanya pada dada bidang Ares.
"Ah iya."
Ares membawa Aysi masuk kedalam, mendudukkan gadis itu di sofa.
"Saya buatkan teh hangat dulu ya." Ares berjalan meninggalkan Aysi menuju dapur.
Aysi menghela nafas lega, hampir saja ketahuan. Gadis itu menatap sekeliling ruangan yang begitu banyak bingkai foto pernikahan Ares dan Oca, mereka tampak sangat bahagia.
Ada foto dua anak kecil perempuan yang Aysi yakini itu adalah kedua anak Oca.
"Ini teh nya." Ares duduk disamping Aysi menaruh teh hangat tersebut di meja.
"Lain kali kalau kamu pulang lebih awal atau ada apa-apa telpon saya saja. Saya gak mau hal seperti ini terulang lagi, saya takut kamu kenapa-kenapa." ujar Ares memeluk Aysi sangat erat.
Aysi memutar kedua bola matanya malas. Lebay banget sih...
"Kamu dengar saya gak?" tanya Ares menangkup wajah Aysi dengan kedua tangannya.
"Hah? oh iya iya denger."
Sejenak hening, Aysi meminum teh yang dibuatkan oleh Ares untuknya sedangkan Ares terus memperhatikan Aysi membuat gadis itu merasa kurang nyaman.
"Kenapa ngeliatin terus?" tanya Aysi.
"Kamu agak beda."
"Uhuk!"
"Saya ngerasa kamu itu kayak bukan Oca." ujar Ares membuat Aysi panik saat pria itu mendekatkan tubuhnya pada Aysi.
Posisi Aysi sudah mentok pada sandaran sofa sedangkan Ares masih terus mendekat pada Aysi.
"Kamu..." ucap Ares saat jarak wajahnya dengan Aysi hanya tinggal satu jengkal.
Aysi menahan nafas sambil memejamkan matanya, masa iya Ares mengetahui bahwa ia bukan Oca?
Cup!
Sontak Aysi melotot kaget saat Ares mencium bibirnya.
"Kamu bukan kayak Oca, tapi kayak bidadari yang melahirkan anak-anak saya hehehe." ujar Ares lalu kembali ke tempat duduknya semula.
Aysi memegangi bibirnya, ia sangat syok dengan apa yang dilakukan oleh Ares. Kalau saja sekarang ia bukan lagi menjadi Oca sudah ia pastikan Ares mati detik ini juga.
•••
"Disini tidak ada, disini juga tidak ada. Mungkin diruangan lain," monolog Arshaka.
Suara pintu yang tertutup membuat Oca dapat bernafas dengan lega. Tanpa diminta air mata gadis itu langsung luruh begitu saja, Oca sangat ketakutan sekarang.
"Nggak! ini bukan saatnya Oca cengeng, Oca harus keluar dari sini." batin gadis itu menghapus jejak air matanya lalu membuka lemari tempat persembunyiannya.
Perlahan Oca keluar dari lemari tersebut, saat ia sudah keluar betapa terkejutnya Oca saat mendapati Arshaka tengah duduk ditempat tidur sambil menatapnya.
"Hampir saya mati kebosanan karena kamu gak keluar-keluar dari lemari sialan itu." ucap Arshaka membuat Oca panik setengah mati.
Saat Oca hendak lari keluar dari kamar tersebut, Arshaka langsung menarik tangan gadis itu hingga Oca jatuh ke tempat tidur.
"TOLONG! SIAPA PUN DILUAR SANA TOLONGIN OCA!!" teriak Oca panik saat Arshaka ikut naik keatas ranjang dan menindihi tubuhnya.
Arshaka menghirup dalam-dalam aroma tubuh Oca. Pria dibawah pengaruh alkohol itu menatap wajah Oca seperti menatap wanita yang dicintainya 1 tahun yang lalu.
"Harusnya saya lakuin ini sejak lama agar kamu tidak pergi...Aysi."
Setelah berucap seperti itu Arshaka langsung jatuh pingsan diatas tubuh Oca.
"Ar-Arshaka ka-kamu ga-gak apa-apa?" tanya Oca gugup.
Gadis itu merasakan hembusan nafas Arshaka di curuk lehernya. Sepertinya Arshaka baik-baik saja.
Oca menyingkirkan tubuh Arshaka dari atas tubuhnya, ini kesempatan dirinya untuk melarikan diri."Hah...berat banget sih kamu! banyak dosanya nih pasti." ucap Oca lalu beranjak turun dari ranjang.
Tapi, saat gadis itu akan membuka kenop pintu ia kembali menoleh pada Arshaka.
"Kenapa jadi gak tega gini ya?"
"Bodo amatlah!" Oca membuka pintu kamar lalu berjalan keluar.
1 jam berlalu...
Arshaka tak kunjung juga sadar, Oca sudah terkantuk-kantuk menunggu pria itu membuka matanya. Niatnya sih tadi mau kabur, tapi saat mengecek keadaan Arshaka lagi ternyata pria itu terkena demam.
Mungkin karena terlalu banyak minum alkohol.
Arshaka membuka matanya perlahan, ia mengambil lap yang menutupi matanya. Ngompres kok dimata!
Ia melirik Oca yang tertidur pulas dilantai yang untungnya beralaskan karpet tebal.
"Gadis aneh, bukannya pergi dia malah merawat saya."
Arshaka turun dari ranjang lalu menyelimuti seluruh tubuh Oca agar gadis itu tidak kedinginan.
"Harusnya saya bertemu kamu bukan Aysi, mungkin gak akan terjadi seperti ini." Arshaka merapikan anak-anak rambut Oca yang menutupi wajah gadis itu.
"Saya menyesal karena pernah mencintai gadis yang mirip dengan kamu." ucap Arshaka lalu pergi meninggalkan Oca.
Setelah kepergian Arshaka, Oca membuka matanya.
"Kalau kamu mencintai Aysi lalu kenapa kamu menyakiti dia?"
•••
Hai ada yang kangen?
Maaf ya lama gak ada kabar. Sedikit cerita kenapa aku gak update, jadi aku sakit anemia dimana HB aku rendah dan harus transfusi darah.
Doain ya semoga aku cepat sembuh, ini aku udah lama ngetik ceritanya cuma sempet kehapaus jadi ngetik ulang lagi. Agak kesel sih, tapi gak apa-apa.
Mungkin jadwal update agak lebih maju nantinya.
See you the next chapter teman-teman!
💚
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Is A Little Girl (S2) END
RomanceSetelah kematian Vivi, Oca pikir rumah tangganya dengan Ares akan berakhir bahagia selamanya. Namun kebahagiaan itu hanya sementara, sebelum kedatangan seorang gadis bernama Aysi yang memiliki wajah sama persis dengannya. Aysi mengambil semua kebaha...