"Saya cuma mau minta maaf atas perlakuan saya waktu itu."
Oca terdiam menatap Ares dengan datar. Tak mendapati respon dari Oca membuat Ares menghela nafas panjang.
"Terserah mau dimaafkan atau nggak." Ares bangkit berdiri. "Toh, ini semua salah kamu duluan. Saya cuma minta tolong jangan ganggu keluarga saya, terutama Oca." setelah berkata seperti itu Ares melangkah pergi.
"Tunggu!"
Ares menghentikan langkahnya, pria itu membalikan badan dan mendapati Oca sudah berdiri di hadapannya.
"Oca harap om Ares segera sadar kalau sekarang yang bersama om Ares dirumah itu bukan Oca." ucap Oca menatap dalam mata Ares lantas melangkah pergi keluar cafe dan masuk kedalam mobil Arshaka.
"Mau makan es krim?" tawar Arshaka saat melihat wajah sendu Oca.
"Terserah."
"Oke."
Arshaka melajukan mobilnya menuju sebuah kedai es krim. Sampai di kedai es krim, Arshaka keluar untuk memesan satu porsi es.
Pria itu kembali dan menyodorkan satu cup es krim coklat kepada Oca.
"Untuk kamu mana?" tanya Oca menerima cup tersebut.
"Saya gak suka."
"Padahal enak loh, mau coba?"
"Tidak."
Oca menyendok es krim tersebut dan memberikannya pada Arshaka.
"Cobain dulu!" paksa Oca.
"Saya gak suka, Ca." tolak Arshaka tak sengaja menyenggol es krim tersebut dan membuatnya jatuh ditangan Oca.
"Yahh tangan Oca kotor."
Oca tampak mencari tisu, namun tak mendapatinya.
Arshaka menarik tangan Oca lalu menjilat telapak tangan gadis itu yang terkena es krim.
"Rasanya gak buruk, tapi saya tetap gak suka." ujar Arshaka datar lalu melepaskan tangan Oca.
Oca speechless menatap tangannya. Jantung gadis itu berdetak tak karuan.
Kenapa Arshaka melakukan itu?
•••
Aysi memutar-mutar pena ditangannya. Gadis itu kini berada di ruangan Oca, menjadi seorang dokter. Ia tidak tahu bagaimana cara menangani pasien, jadi mungkin nanti Aysi akan membuat surat pengunduran diri saja.
"Akhir-akhir ini anak buah Arshaka ngikutin gue terus, sebenarnya apa yang direncanain Arshaka?" monolog Aysi.
Tak bisa dipungkiri bahwa ia takut, Arshaka itu licik. Pasti ada sesuatu yang direncanakan oleh pria itu.
Aysi mengambil ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan pada seseorang lalu bergegas pergi.
"Dokter Aliciana anda mau kemana?" tanya seorang suster.
"Bukan urusan kamu!" ketus Aysi membuat suster itu kaget.
"Tapi dokter hari ini ada jadwal pemeriksaan!"
"Memangnya cuma saya dokter di rumah sakit ini? suruh dokter lain dan satu lagi, saya mengundurkan diri mulai hari ini." ucap Aysi lalu pergi begitu saja.
Aysi melajukan mobil menuju sebuah club tempat dirinya janjian dengan orang yang dikirimkannya pesan.
"Vin!"
Pria bernama Vin itu menoleh saat namanya dipanggil.
"Hai, baby." Vin hendak mencium bibir Aysi, namun Aysi langsung menghindarinya.
"Why?" tanya Vin bingung dengan penolakan Aysi.
"Gak sekarang, Vin. Kamu harus bantu aku singkirkan Arshaka,"
"Kenapa?"
"Karena dia mau bunuh aku! kamu liat dua pria berbadan besar itu, aku yakin mereka anak buah Arshaka yang lagi ngawasin aku!" ucap Aysi.
"Hmmm aku sih mau mau aja, tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Tidur sama aku, sekali aja please."
Aysi tampak menimang-nimang permintaan mantan pacarnya itu.
"Oke. Tapi kalau gagal, kesepakatan kita juga gak jadi." ucap Aysi yang langsung diangguki oleh Vin.
"Malam ini aku bakal bantai dia dirumahnya, kamu tenang aja. Aku benar-benar gak sabar!" Vin tampak bersemangat.
"Kalau gitu aku pergi, ada urusan."
"Tunggu dulu dong, Si. Kiss me!"
Cup!
Aysi mencium pipi Vin sekilas lalu buru-buru pergi sebelum pria itu meminta yang lain-lain.
Vin menatap kepergian Aysi dengan seringai di wajahnya.
•••
Ares melangkah gontai memasuki rumah. Entahlah ia terus kepikiran ucapan gadis yang ditemuinya di cafe tadi.
"Om Ares udah pulang." sambut Oca mengambil alih tas yang ada ditangan Ares.
Ares menatap Oca yang kini berdiri dihadapannya dengan tatapan mata yang sulit diartikan.
Oca harap om Ares segera sadar kalau sekarang yang bersama om Ares dirumah itu bukan Oca.
Perkataan gadis itu lagi-lagi terlintas di benak Ares.
"Om Ares kenapa ngeliatin Oca kayak gitu? Apa yang dikatakan oleh gadis itu?"
"Gak ada."
Ares mengigit bibir bawahnya, ia sebenarnya agak ragu untuk mengatakan ini. Tapi semakin ditahan itu hanya akan membuatnya seakan mau gila.
"Om, ada yang mau dikatakan?"
"Apa benar kamu bukan Oca? kalau iya, saya mohon akui itu. Saya gak mau membuat Oca sedih untuk kesekian kalinya, saya mohon kalau kamu bukan Oca akui itu sekarang." ucap Ares dengan air mata yang meluruh begitu saja.
Ares meraih tangan Oca yang ada dihadapannya.
"Saya mohon..." lirih Ares.
•••
Gamtenk banget heran💔☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Is A Little Girl (S2) END
RomansaSetelah kematian Vivi, Oca pikir rumah tangganya dengan Ares akan berakhir bahagia selamanya. Namun kebahagiaan itu hanya sementara, sebelum kedatangan seorang gadis bernama Aysi yang memiliki wajah sama persis dengannya. Aysi mengambil semua kebaha...