"Gue mau nepatin janji."
Vin tersenyum senang lantas merentangkan tangannya meminta Aysi untuk segera menghampirinya yang sekarang sudah tiduran di atas ranjang.
Aysi melepas heels nya dan naik keatas ranjang, membiarkan tubuhnya dikekap oleh tangan-tangan berotot Vin.
Vin beberapa kali menciumi belakang leher Aysi, wanginya sangat candu. Aysi tidak nyaman, bahkan sangat tidak nyaman. Tapi ini adalah salahnya sendiri sudah berjanji pada manusia seperti Vin.
Kini lelaki itu perlahan menurunkan tali baju Aysi sambil terus menatap mata Aysi. Ia sekarang berada di atas tubuh Aysi, mimpinya sejak lama akan terwujud sebentar lagi.
"Kamu cantik banget."
Aysi tak merespon, malas.
Dress yang dikenakan Aysi benar-benar sudah terlepas, payudara yang masih tertutup oleh bra kini terpampang jelas di depan Vin membuat libido laki-laki itu semakin meningkat.
"Seksi."
Vin memeluk tubuh Aysi dan sengaja menjatuhkan wajahnya tepat diantara belahan dada gadis itu. Aysi muak tapi tak bisa berbuat apa-apa, yang bisa ia lakukan hanya menangis.
"Hiks..."
Vin yang mendengar isak tangis Aysi, mengangkatnya kepalanya.
"Belum gue apa-apain loh, Ay." ucap laki-laki itu bingung.
"Gue gak apa-apa cuma lagi sedih aja makanya nangis." alibi Aysi yang dibalas anggukan kepala masabodo Vin.
Laki-laki itu melanjutkan kembali aktivitasnya, mencium payudara Aysi dan membuat tanda kepemilikan disana.
BRAK!
"Bajingan!"
•••
"Arshaka, kita ngapain kesini?" tanya Oca menatap horor Arshaka. Berbagai pikiran negatif memenuhi otak Oca, ya iyalah siapa juga yang bakal berpikir positif saat diajak ke hotel sama pria.
"Tidur. Kebetulan klien saya yang dari Australia nginap di hotel ini dan tadi dia kirim pesan ke saya mau bertemu dan membahas beberapa proyek. Kalau mengantar kamu pulang dulu, itu cuma memakan waktu dan saya gak suka buang-buang waktu. Jadi, sekalian aja kita nginap disini." jelas Arshaka panjang lebar karena tak mau Oca berpikir negatif tentangnya.
"Satu kamar berdua?" tanya Oca lagi.
"Nggak Ca, saya pesan dua kamar." jawab Arshaka membuat Oca menghembuskan nafas lega.
Di depan meja resepsionis, Arshaka berbicara dengan karyawan yang berjaga di sana. Lalu tak lama kemudian ia kembali menghampiri Oca dan memberikan sebuah kartu akses kamar hotel.
"Kamar kamu nomor 234, ini kartu aksesnya. Bisa sendiri kan?" tanya Arshaka memberikan kartu tersebut kepada Oca.
"Bisa kok. Aku duluan ya, dah." Oca tersenyum simpul lalu berjalan memasuki lift menuju kamarnya.
Arshaka melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Pasti kliennya sudah sangat kesal menunggu dirinya yang terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Is A Little Girl (S2) END
RomanceSetelah kematian Vivi, Oca pikir rumah tangganya dengan Ares akan berakhir bahagia selamanya. Namun kebahagiaan itu hanya sementara, sebelum kedatangan seorang gadis bernama Aysi yang memiliki wajah sama persis dengannya. Aysi mengambil semua kebaha...