18

245 33 5
                                    

"Apa anda benar-benar yakin dengan hal ini?"  Manners menatap tak percaya dengan dokumen yang ia terima. J.J mengulas senyum. "Pembangunannya sudah dimulai sejak 4 bulan lalu. Aku bersyukur selesainya tidak membutuhkan waktu yang sangat lama."

"Aku sungguh tidak bisa berkata-kata tentang ini. Semoga Tuhan memberkatimu." Manners yang religius mendoakan atas kebaikan J.J. Pria itu tersenyum ramah. "Jika ada yang ingin aku bantu, bicaralah," tawarnya.

"Ada satu hal." J.J menumbukkan matanya pada mata hijau milik Manners. Pria itu tersenyum tipis.

"Aku ingin kau mengabulkan satu hal ini untukku."






☯️☯️☯️








Panah yang kuluncurkan mengenai tepat pada titik lingkaran. Seseorang bertepuk tangan dari arah belakang. Pria yang tidak asing.

"Apa anda masih mengingat saya?" pria itu bicara formal setelah kualihkan pandanganku padanya.

"Kau Jonathan bukan?" ujarku mengingat seorang pria misterius yang menjadi salah satu guru di tempat Marko sekolah.

Pria itu mengulas senyum. "Senang mengetahui anda masih mengingat saya."

"Untuk apa kau kemari?" aku bertanya. Melempar tatapan curiga padanya.

Jonathan membungkukkan badan sesaat. "Saya menjadi guru privat untuk anda."

"Apa?"

"Jadi bisa kita mulai pelajarannya sekarang, nona Joe Yeris?"







☯️☯️☯️








"Kau sengaja memperhatikanku bukan?" ini sesuatu yang tidak nyaman tapi aku sudah tidak bisa lagi menahan. Fakta bahwa Jonathan menatap aneh diriku waktu itu adalah karena ia tahu jika aku anak dari salah satu bos mafia.

"Maaf jika membuat anda tersinggung.  Tapi waktu itu aku sama sekali tidak punya niat buruk dengan anda."

Aku mengerucutkan bibir.  Kedua mataku tak bisa berpaling dari Jonathan yang masih bergelut dengan papan tulis.

"Kurasa aku tidak perlu mengajarkan hal dasar.  Jadi bagaimana kita langsung ke kuis nona Yeris?"

Aku menyunggingkan senyum. "Baiklah," memberikan tatapan bahwa aku siap menerima tantangan nya.

Beberapa menit berlalu dan aku selesai dengan kuis yang ia berikan.  Jonathan memberikan ekspresi terkejut. "Saya memberikan soal untuk mahasiswa strata dua, dan saya tidak menyangka anda bisa menjawab 25 soal dengan benar dari 30 soal yang saya berikan.  Anda benar-benar mewarisi otak jenius keluarga Joe." Jonathan berdecak kagum.

Aku hanya terdiam di kursiku.  Pantas saja aku tidak paham dengan soal yang dia berikan.  Sialan! Dia berniat mengerjaiku! Beruntung jawaban asal-asalanku tidak begitu bantak yang salah.

"Tapi aneh..  Apa ayah sendiri yang meminta dirimu untuk mengajariku?"

"Ya. Dia mencari guru terbaik yang bisa ia percaya mengajari putrinya.

"Kau bukan guru yang baik," sulutku.

"Tidak seharusnya anda menilai dari tampang luarnya saja nona Yeris." Jonathan masih membalasku dengan senyuman di wajahnya.

Aku tidak tahu apakah aku bisa percaya dirinya atau tidak. Tetapi kesan Jonathan yang begitu baik dan murah senyum justru membuatku curiga. Orang seperti dia biasanya paling banyak menyimpan rahasia.

DESIROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang