11

647 51 18
                                    

"Bawa dia pulang ke rumah Oxe!"

"Ayah-"

"Aku harus mengurus Famili itu lebih dulu."

Baik aku dan Marko pun terpisah. Aku harus pulang bersama Oxe sementara Marko dibawa oleh ibunya dalam mobil lain.

"Apa yang kau lihat bocah?"

Hack tersentak karena ketahuan tidak bisa melepaskan pandangannya pada J.J begitu pula dengan Jim.

"S-Saya hanya kagum melihat anda," Hack menyahut. Matanya berbinar menangkap sosok J.J yang merupakan idolanya. "Anda benar-benar luar biasa."

"Ini bukan waktu yang tepat untuk mengangumiku. Salah satu bawahanku akan mengantar kalian berdua pulang." J.J melangkah menjauh, meninggalkan Hack serta Jim pada mafiosonya.












"Ini pertama kalinya aku bertemu dengan tuan J.J secara langsung," Hack membuka suara. Ia masih tidak dapat melupakan seberapa hebat J.J di matanya. Selama ini ia hanya mendengar rumor dan sekarang ia tahu bahwa rumor itu benar.

"Kau lihat auranya? Dia benar-benar berbeda. Aku tidak bisa mendeskripsikan dengan kata-kata. Saat melihat dan berada di dekatnya aku merasa dia seperti bukan manusia," Jim merespon.

Sementara seorang mafioso bawahan J.J yang tengah menyetir ikut dalam pembicaraan. "Kalian begitu mengagumi tuanku ya?"
Hack dan Jim mengalihkan pandangan.

"Bagaimanapun dia sudah melewati banyak masa sulit hingga bisa jadi seperti saat ini."












☯️☯️☯️











"Mohon tenanglah, nona Yeris. Dan berhenti menggigiti kuku anda," Oxe menasehati. Aku tidak peduli. Kecemasanku benar-benar besar. Terutama pada Jessica dan Hannah.

"Aku tanya padamu sekali lagi Oxe, apa Sica dan Hannah baik-baik saja?"

Sudah kuduga, Oxe tidak menjawab pertanyaan ku yang ke sekian kalinya. Begitu mobil mendarat di halaman, segera aku keluar dan mencari keberadaan Jessica serta Hannah. Aku memanggilnya di semua lorong serta sudut mansion, namun aku tak menemukannya di manapun.

Oxe menghampiriku. Mataku sudah banjir air mata dan ia tampak tak tega. "Tuan J.J mengurung mereka di bawah tanah," ungkapnya.

Mendengar jawaban tersebut, aku pun berlari menuju ruang bawah tanah dimana terdapat beberapa penjaga yang mengawasi. "Minggir!"

"Maaf nona, tapi kami sudah diperintahkan agar tidak ada satupun yang boleh menemui tahanan termasuk nona," salah seorang penjaga berkata.

"Persetan dengan semua itu! Biarkan aku melihat Sica dan Hannah lebih dulu!"

Mata penjaga beradu dengan mata Oxe yang berada di belakangku. Mengode mereka untuk membiarkan ku masuk sebentar. Ku lihat Jessica dan Hannah yang terkurung di balik jeruji.


"Sica!"

"Nona!"

Jessica menangkup kedua pipiku begitu aku mendekat. Mata wanita itu bengkak. "Saya khawatir. Saya dengar ada mafia dari Famili lain berniat mencelakai anda. Syukurlah anda tidak apa-apa."

"Sica.. maafkan aku.." aku menangis sejadi-jadinya. Jessica menggeleng pelan. Kulihat Hannah yang berada di belakang Jessica tampak ketakutan. Ia memegang kepala seperti orang yang tengah depresi.

DESIROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang