7

561 60 8
                                    

Tok tok..

Mataku menyipit ke arah jendela kamar. Seseorang membuat suara beberapa kali. Aku beranjak dari ranjang dengan malas dan membuka gorden, melihat siapa yang telah berani mengganggu tidur cantikku.

Marko.

"Ngapain?"

"Nginep boleh?"

"Gak!"

Kututup gorden ku lagi tapi Marko kembali mengetuk dan kali ini lebih keras.

"Berisik!"

"Kalau gak boleh nginep, aku numpang tidur, boleh kan ya?"

Ku tatap sebal. Menghela nafas berat. Marko memberi pandangan memohon. "Baiklah," aku menyerah. Kubiarkan Marko masuk dalam kamarku.









"Kabur lagi?" Beruntung di kamarku ada kulkas, jadi kuambilkan air dingin dan camilan kukis untuknya. "Kau tau kan, mereka sering bertengkar," sahut Marko malas dengan merebahkan diri di kasur.

"Jujur, Mamamu cantik juga," aku mengambil duduk di sebelahnya. "Baru sekarang, aku bisa melihat wajah mama mu."

"Mom memang sering keluar kota. Dan hanya pulang beberapa kali dalam sebulan."

"Pasti berat hubungan LDR seperti itu," komentar ku seraya mengambil sepotong kukis.


Marko beringsut duduk. Mengambil kukis yang hampir masuk ke dalam mulutku dengan mulutnya. Ia kembali merebahkan diri. Mengunyah setengah kukis hasil curiannya dariku. Aku speechless. Ku jitak kepalanya keras. "Kebiasaan."

Dia mengaduh sesaat. "Terlalu jauh untukku mengambil," ucapnya beralasan.

"Kukisnya sudah ku taruh di meja nakas yang jaraknya hanya 15 cm darimu dan kau bilang itu jauh?"

"Tetap jauh karena masih ada jarak untukku mengambil."

Aku kehabisan kata-kata. Ku dorong tubuhnya agar bergeser. "Minggir! Aku mau tidur!"

"Loh, kok udah mau tidur sih. Ini kan belum tengah malam."

"Masa bodoh! Kau sudah mengganggu tidurku tadi." Ku tarik selimut menutupi setengah badanku.

Marko berdecih. Dia mematikan lampu kamarku. Lalu mengambil ruang di sebelahku. "Pergilah saat subuh," kataku memperingatkan.

"Iya bawel."









Kami tidur dengan saling bertolak belakang. Bukan hal mengejutkan jika aku dan Marko tidur bersama. Kami sudah melakukannya ketika berumur 10 tahun. Saat itu Marko datang ke kamarku secara diam-diam karena orang tuanya tengah bertengkar. Dia merengek minta menginap, karena aku tak tega jadi aku memperbolehkan masuk tapi dengan syarat dia harus kembali ke rumah saat subuh. Bisa mati aku jika ayah tahu aku tidur berdua dengan seorang lelaki, meski itu Marko sekalipun.


"Mark..sempit.." Aku menggeliat tak nyaman. Marko begitu serakah mengambil banyak ruang ketika tidur. Ku dorong badannya dengan segenap tenaga yang ku punya. Kantukku benar-benar tidak bisa ditahan sementara Marko tidak bisa tidur dengan tenang.

Tangan Marko yang setengah berotot dilimpahkan diatas pinggangku. Merangkulku bak guling. Sedikit gemerisik dari rambut Marko mengusikku ketika bersentuhan dengan kulit wajahku. "Nggghhh...Maarkkk.." aku mendorong kembali dirinya dengan mata tertutup, tapi usahaku sia-sia karena dekapan Marko terlalu erat. Akupun menyerah, membiarkan kami dalam posisi seperti ini entah sampai berapa jam.








DESIROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang