"Nona saya harap anda tidak serius melakukan ini."
Setelah pesanku terbalas, aku segera menemui Jessica. Mengajaknya bersandiwara agar aku bisa pergi.
"Kumohon Sica.. kabulin permintaanku yaa..." Aku mengeluarkan jurus imutku. Merayu Jessica agar ada di pihakku. Wanita itu menghela nafas. Lalu mengangguk sebagai balasan.
"Tapi agar sempurna, saya harus mengajak Hannah."
Salah satu pelayan yang juga dekat denganku serta Jessica hadir di pertemuan. Wanita tersebut menatap bingung ketika Jessica menyeretnya. Aku menjelaskan dan seperti yang ku duga reaksi syok nya cukup berat.
"Nona, jika nanti ketahuan saya dan juga Jessica bisa dipenggal! Mohon jangan lakukan itu nona, saya mau hidup!" Hannah bersikap dramatis.
Aku memasang wajah sedihku. Hannah berpikir sejenak, ia tampak tak tega dan dengan berat hati akhirnya menyetujui permintaanku.
"Tapi saya harap nona pulang sebelum jam lima petang" pesan Hannah.
"Jangan khawatir, tidak akan lama kok," balasku tersenyum lebar. Bersorak girang karena Jessica dan Hannah yang ingin membantuku.
Rencanaku pun dimulai..
☯️☯️☯️
"Tuan J.J ampuni saya.. saya berjanji tak akan melakukannya lagi... Ampuni saya," seorang pria yang betekuk lutut memohon itu ditatap J.J dingin.
Dia sama sekali tak menggubris bahkan saat sang pria dipenuhi isak tangis.
"Aku dengar, kau menjelekkan namanya di depan orang banyak. Meski itu dalam keadaan mabuk, tetap saja itu keluar dari mulutmu."
Di sebelah J.J ada Jony serta Oxe. Mereka adalah tangan kanan J.J yang paling bisa diandalkan. Informasi sekecil apapun yang disembunyikan oleh mafiosonya akan cepat diketahui oleh J.J. Oxe adalah dalang dibalik semua ini. Dia mata-mata paling cerdik. Sementara Jony lebih ke arah algojo dimana saat Hakim menentukan hukuman, maka dia yang melakukan eksekusi.
Edson -pria yang berlutut di kaki J.J memandang Oxe serta Jony penuh dendam. Ia tahu bahwa dirinya juga bodoh karena meladeni seseorang hingga membocorkan kisah masa lalu J.J di depan orang banyak.
"Aku masih bisa memaafkan jika hanya namaku yang kau jelek-jelekkan. Tapi tidak untuk namanya. Kau tak mengenalnya sebaik diriku jadi aku tetap akan menghukummu."
"J.J maafkan kesalahanku, itu semua bukan perbuatanku. Ada orang yang memancingku ketika di klub malam. Percayalah!"
Mata J.J memicing. "Oh, sekarang kau bahkan sudah berani bicara informal?"
"Itu karena aku lebih tua darimu. Jadi dengarkan penjelasanku!" Edson tak peduli lagi dengan sikap santunnya meski dia adalah boss dari familinya sendiri sekalipun. "Orang itu yang memulai semuanya. Dia ingin aku mengatakan masa lalu mu! Dia bilang kau tak pantas berada dalam lingkup mafia. Karena kau sudah sangat berdosa!"
Oxe baru saja mengeluarkan revolvernya jika J.J tidak menghentikan. "Mari kita dengar penjelasan darinya dulu" J.J berjongkok, mensejajarkan matanya dengan milik Edson. "Orang siapa yang kau maksud?"
Edson gugup. Ia mengalihkan pandangan. "Itu.." dan sialnya dia tidak dapat mengingat siapa yang mengajaknya mengobrol semalam.
"Baiklah, seperti nya kau lupa." J.J menyeringai. "Bagaimana kalau kita keluarkan otakmu dulu. Mungkin ada gangguan saraf hingga kau bisa lupa ingatan."