"Jagalah Irene, untukku," itu adalah pesan terakhir yang pernah Suho sampaikan. Wanita cantik dengan gaun merah itu memandang kekasihnya penuh isak tangis. Hubungan mereka bahkan baru dimulai. Suho hampir melamarnya namun musibah yang datang sungguh tidak terduga.
J.J tidak habis pikir bahwa Suho menjadi korban. Ia segera membawa Irene menjauh sementara bawahannya akan mengurus jasad Suho.
"Inilah mengapa aku sangat membenci mafia seperti mu."
J.J tidak marah ketika Irene begitu menghadrdiknya dengan kalimat kasar serta umpatan. Bagaimanapun, J.J bukanlah orang yang ingin dimaafkan. Sudah banyak dosa yang ia lakukan. Termasuk membunuh ayahnya sendiri karena dendam.
"Makanlah. Sudah tiga hari ini kau tak makan maupun tidur," kata J.J.
Ia tahu Irene sedang berduka. Tapi Suho tidak akan senang melihat wanita yang dicintainya terus pundung karena kepedihan. J.J sudah berjanji akan menjaga wanita itu tetapi Irene tidak mau bekerja sama dan menyiksa dirinya dengan tidak makan ataupun istirahat.
J.J mendekat. Mengambil nampan makanan yang disiapkan para pelayan lalu duduk di sebelah Irene di ranjang. Ditatapnya wanita yang lebih tua darinya itu dengan lembut. "Kau bukanlah satu-satunya orang yang berduka. Aku sudah menganggap Suho seperti kakakku sendiri. Dan menjadi bagian keluarga dari seorang mafia tentu bukan keinginanku. Aku sudah berniat untuk berhenti tetapi banyak orang diluar sana yang kejam dan aku tidak bisa tinggal diam. Termasuk orang yang sudah menghancurkan kebahagiaanmu. Orang yang sudah membunuh Suho, tunanganmu."
Irene menitikkan air mata. J.J menghapusnya. "Yang Suho butuhkan bukan kesedihanmu. Jika kau tetap terpuruk dia tidak akan bisa tenang."
"Aku sangat mencintainya," Irene semakin menangis. "Aku sudah mencoba untuk tak memikirkannya, tetapi bayangannya masih tidak pernah hilang," lanjutnya dan bersandar pada pelukan J.J yang hangat.
J.J tak pernah ada niat lain. Ia menjaga Irene dengan baik dan perlahan mengembalikan senyum wanita itu yang telah lama pudar. Namun, malam itu J.J tidak bisa mengontrol dirinya. Dia sudah bersama Irene selama berbulan-bulan. Memgawasinya dari pagi hingga malam. Wanita itu selalu menarik perhatiannya. Dan dalam beberapa saat, J.J mengingat masa lalu ketika bersama dengannya.
Hanya pada waktu tertentu, J.J melihat Rose dalam dirinya. Irene tersenyum. Membiarkan J.J mendekat dan memangut bibirnya. Mereka melakukan ciuman panas dan saling terbawa suasana. Bahkan dalam diri mereka sudah lupa sebenarnya siapa yang mereka cintai selama ini.
"Dia hamil."
J.J tersentak mendengar jawaban sang dokter ketika memeriksa keadaan Irene. Beberapa hari ini wanita tersebut memang sering mengeluh karena merasa lemas serta mual. Tapi J.J tidak menyangka Irene akan hamil secepat ini.
Ekspresi tak percaya ditunjukkan Irene. Wajahnya merona. Menatap J.J dengan semringah penuh haru. "Jeffrey.." berbeda dengan yang dirasakan Irene, reaksi J.J sedikit membingungkan. Dia malah pergi meninggalkan ruangan ketika mendengar kabar yang sebenarnya adalah kabar menggembirakan bagi setiap pasangan. Pria itu merenung. Berdiam diri di ruangan pribadinya.
Rasa bersalah semakin menghantuinya. J.J menyesal. Dia tidak tahu hubungan intim di malam itu akan membuahkan hasil. "Apa yang sudah kau lakukan!?" Kesalnya pada diri sendiri.
Irene masih menunggu. J.J sama sekali belum menemuinya setelah kabar itu terdengar. Ia mencoba bertanya pada beberapa pelayan, namun tak ada satupun yang memberitahunya. Tentu hal ini membuat Irene kepikiran. Ia tidak bisa tidur semalaman, lalu seseorang membuka pintunya. Irene beringsut duduk dari ranjang begitu tahu orang itu adalah Joe Jeffrey.