Nafasku tercekat tatkala mendengar suara gemerisik di belakang. Ayah baru saja bangun dari tidur. Matanya yang tajam menginterupsi.
"Mengapa kau disitu?" Ia bertanya.
"A-Aku... Ayah-"
Aku ingin sekali bertanya mengenai wanita yang ada di dinding, tapi mulutku seolah terkunci dan firasatku mengatakan akan ada hal buruk jika aku melakukannya.
Ayah memandang apa yang ada di belakangku. Ia terdiam sejenak dan tanpa ekspresi seperti biasanya. "Kau harus mandi dulu."
Apa ia sedang menglihkan topik?
Para pelayan pun berdatangan. Mereka membantuku melepas baju. "T-Tunggu, ayah masih disini!" aku menutupi tubuhku yang sudah tak memakai sehelai kain apapun sementara ayah malah membuka bajunya di depanku.
Untung cuma atasannya saja.
"Apa kau suka berendam, Yeris?"
Pertanyaan macam apa itu? Jangan membuatku ambigu dengan bertanya sambil bertelanjang dada sekarang!
"Ye-Yelis.."
"Baguslah kalau suka, kita akan berendam bersama pagi ini."
Aku bahkan belum menjawab, brengsek!
Ayah menggendongku ke kamar mandi yang rupanya lebih besar dari dugaanku. Aku jadi berpikir ayahku ini mafia apa pangeran? Sudah tampan, kaya, elegan, ditambah pesonanya yang seperti orang dari kalangan istana.
"Sampai kapan kau menutupinya?" Tanya ayah menatapku heran. Aku menelan ludah. Dadaku yang kecil pun kubiarkan terekpos di mata ayahku sendiri. "Kalau malu, harunya bagian bawah perut mu juga kau tutup."
Apa aku bakal disebut durhaka jika menonjok ayahku sendiri saat ini?
Ayah merendamkanku dalam bathub. Membasahi rambutku dan mencucinya. "Apa saat Jessica memandikanmu, wajahmu juga merah begini?"
Aku semakin tidak terkontrol. Rasanya tubuhku serasa panas dan jantung ku berdebar cepat. Lama-lama aku bisa mati karena stroke disini.
"I-Itu kalena, ayah memandikanku," jawabku terbata.
"Tidak apa, ayah tidak akan tergoda."
"Bukan itu maksud Yelis!"
"Baiklah sekarang waktunya menggosok badanmu."
Aku menurut dengan wajah cemberut. Ayah melakukan pekerjaannya dengan baik. "Apa ayah tidak ingin mandi juga? Aku bertanya. Sekedar memecah keheningan diantara kami.
"Kau ingin dituntut karena melakukan pelecehan pada ayahmu sendiri?"
Kebalik woi kebalik! Justru aku yang merasa di lecehkan disini!
"Baiklah sudah beres." Ayah mengangkat tubuhku lalu membungkusku dengan handuk. "Sekarang ku serahkan pada Jessica untuk memilihkanmu baju."
Aku terpaku di gendongan ayah. Kulitnya yang putih dan halus sungguh mempesona. Bahkan gundukan di perutnya membuatku ingin menyentuh meski hanya sekali.
Nyut!
Ayah menyadari jariku memegang perut kotaknya."Apa yang kau lakukan?"
Aku menciut dan menyembunyikan jariku lalu menggeleng. "Yelis tidak sengaja," balasku berdusta.
"Akan sangat berat hukumannya jika berbohong."
"I-Iya Yelis sengaja. Maaf ayah."
Ayah menyerahkanku pada Jessica. Dia kembali ke kamar mandi tanpa berkata. Kurasa dai marah padaku. Bagaimana ini?