9

475 49 10
                                    

Marko meninggalkanku sendiri di salah satu ruang musik. Pemuda itu harus menyelesaikan ujiannya terlebih dulu. Karena takut nyasar, aku menurut saja buat nunggu di ruang musik yang senyap. Sesekali bersenandung sembari memainkan gitar asal - asalan.

Seseorang membuka pintu, aku segera berdiri karena berpikir itu pasti Marko. Namun begitu melihat siapa yang datang, aku pun menekuk bibir.

"Kau siapa?" Pemuda dengan earphone yang bertengger di leher tersebut bertanya. Aku tampak gugup. Kedua alis sang pemuda menukik, melihat penampilanku dari ujung kaki hingga kepala. Rautnya berubah begitu ia teringat akan sesuatu. "Kau... Yeris?"

Sontak aku terkejut. Sang pemuda terkekeh pelan. "Rupanya seragamnya pas juga di badanmu," katanya.

Hah? Seragam yang kupakai maksudnya?

"Kau.. temannya Marko?" Aku bertanya hati-hati. Pemuda itu mengiyakan. Ia mengambil duduk di salah satu kursi sebelahku, tersenyum lalu meraih gitar yang ada di tanganku. "Ini markas besarku. Aku gak bakal ngijinin orang lain masuk selain Mark dan Jim tapi karena kau teman Mark juga, aku tak masalah."

Setelah berkata demikian, pemuda itu mengulurkan tangan berniat berkenalan. "Hackeon. Panggil saja Hack."

"Yeris," balasku meraih tangannya.








☯️☯️☯️










"Sial! Aku benci padamu!" Jim uring-uringan sepanjang koridor. Marko di sebelahnya cuma bisa menggelengkan kepala.

"Lagian kalo mau nyontek tuh panggil aku dengan keras."

"Yakali aku memanggilmu pakai teriak-teriak! Sama aja bunuh diri!"

"Ya, maaf.."

"Mentang-mentang pintar bahasa Inggris, jawaban gak dibagi-bagi," Jim masih nyerocos sebal.

"Iyadeh.. sebagai permintaan maaf aku teraktir makan Lancashire hotpot gimana?"

Jim menarik sudut bibir. "Empat porsi?"

"Jangan serakah!"

Bibir Jim Manyun lagi.

Marko gak menggubris. Mereka berdua sudah sampai di ruang musik, namun saat pintu terbuka, mata Marko melotot karena tak menemukan Yeris dimanapun.

"Kshgjkskdgl.. anak itu ngilang!" Jim panik.

"Yeris gak mungkin berani keluar sendiri. Aku sudah bilang buat dia nunggu disini," Marko segera mengambil ponsel dan mengetikkan pesan pada Yeris. Belum sampai semenit, pesan Marko pun terbalas.

'Aku di kantin bersama temanmu,si Hack'

Marko pun behembus nafas lega. Jim yang penasaran ikut mengintip isi pesannya. "Dia udah bertemu ama Hack?"

Marko mengangguk.









☯️☯️☯️











Kulihat Marko dan Jim menghampiri. Hack menyapa dan detik berikutnya Mark menoyor kepala Hack dengan tidak elit.

"Gak nungguin, udah seenaknya ngajak anak orang."

"Heh, kalo mau ngomong ngaca dulu!" Sahut Hack tak mau kalah.

"Aku yang mau kesini. Lagian kau lama, jadi pas ketemu Hack aku minta buat dianterin beli makan."

DESIROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang