empat puluh empat

1.9K 224 23
                                    

Tiara tak henti-hentinya tersenyum senang sambil melihat hasil rapotnya. Raka yang tengah mengendarai mobilnya pun sesekali ikut tersenyum tipis. Namun, ia kembali teringat tentang sosok laki-laki yang Tiara kagumi sewaktu mereka di sekolah tadi.

"Siapa cowo tadi?" tanya Raka.

"Yang mana?"

"Yang ambil rapot Rini."

"Ooh ..., itu Kak Bintang. Dia lagi pulang dari luar negeri loh, dia kuliah di universitas mana tuh aku nggak tau, ganteng 'kan? Dia kakak sepupunya Rini, tapi udah dianggep kakak sendiri soalnya Rini anak tunggal," terang Tiara dengan antusias.

Raka yang mendengar Tiara begitu antusias menceritakan Bintang merasa menyesal karena sudah bertanya.

"Kamu suka dia?" tanya Raka.

"Enggak dong. Kan cuman Pak Raka yang ada di organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu aku," ujar Tiara panjang lebar.

Raka mengerjapkan matanya berkali-kali lalu berdeham pelan. "Maksud kamu?"

"Cuman Bapak yang ada di hati aku."

Sontak Raka langsung menghentikan mobilnya tiba-tiba begitu menyadari bahwa mereka berhenti di lampu merah. Tiara membulatkan matanya terkejut dengan kejutan tiba-tiba.

"Ya Allah. Aku kaget," ujarnya.

"Maaf."

"Jangan sampe aku mati jantungan sebelum makan seblak bakso."

Raka pun teringat bahwa ia sudah berjanji akan menemani Tiara makan seblak. Ia kembali menjalankan mobilnya setelah satu menit menunggu perubahan lampu lalu lintas.

"Di mana?"

Tiara menoleh ke arah Raka. "Apanya?"

"Tempat seblaknya," imbuh Raka.

"Itu di depan udah deket."

Dari kejauhan Raka sudah melihat warung makan dengan spanduk berukuran sedang bertuliskan seblak semlehoy. Begitu tiba di sana, Raka memarkirkan mobilnya di halaman parkir yang cukup luas.

"Mas mau yang pedes banget atau sedeng?" tanya Tiara sembari menatap menu seblak yang tertempel pada etalase kaca.

Raka tak kunjung menjawab melainkan menatap gambar seblak yang berwarna merah pekat seakan begitu memakannya akan membakar isi mulutnya.

"Mas Raka takut pedes?" tanya Tiara dengan diakhiri kekehan ringan.

Raka yang merasa tertantang untuk mencoba pun menggelengkan kepalanya cepat. "Siapa takut?"

"Hahaha, kalo gitu aku tantangin Mas Raka makan seblak level 10."

Raka mengangguk ragu lalu menatap Tiara datar. "Kamu yakin?" tanya Raka.

"Soal seblak aku selalu yakin."

"Mbak, seblak yang ini dua ya level 10 semua," ujar Tiara sambil menunjuk menu seblak pada karyawan toko.

"Baik tunggu sebentar."

Raka dan Tiara pun langsung mencari meja yang kosong. Setelah menemukan meja, Tiara memilih untuk membeli susu coklat dan putih berukuran besar di minimarket yang berada di sebelah warung seblak.

"Mas sendirian?" tanya seorang wanita cantik pada Raka.

Raka menatap wanita tersebut lalu menggeleng. Wanita itu tersenyum kecil lalu mendudukkan dirinya di kursi samping Raka.

Raka Untuk TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang