Pagi pun telah tiba. Para peserta kemping diperintahkan untuk mengganti pakaian olahraga karena agenda selanjutnya adalah senam pagi bersama. Namun, ada beberapa siswa maupun siswi yang izin untuk tidak ikut karena merasa lelah akibat kejadian beberapa waktu lalu. Seperti sekarang ini, Tiara tengah menemani Rini yang tengah menyantap sarapannya. Setelah diperiksa, ternyata Rini mengalami demam tinggi serta kelelahan.
"Mau minum?" tawar Tiara dengan lembut.
Rini menganggukkan kepalanya pelan lalu tersenyum. Tiara pun beranjak dari tempatnya lalu berjalan menuju dispenser air yang berada tidak jauh dari jangkauannya.
"Nih," ujarnya seraya memberikan segelas air.
"Makasih."
Tiara menempelkan tangannya pada dahi Rini. Sengatan panas seketika menjalar di tangan Tiara.
"Masih panas banget. Mau pulang aja? Biar supir Bapak yang jemput kamu," tawar Tiara dengan sungguh-sungguh.
Rini terkekeh pelan lalu menjauhkan tangan Tiara dari wajahnya. "Aku nggak apa-apa, kok."
"HEH!" seru seseorang tiba-tiba sambil memutar paksa tubuh Tiara.
"Astaghfirullahal'adzim ...," gumam Tiara lirih.
"Lo kayaknya nggak bisa banget buat kagak kegatelan?!" gertak Alya.
"Apa-apaan si Kak? Dateng-dateng malah marah-marah!" tegur Rini dengan tegas.
"Tanya sama temen lo ini! Jadi cewek gampangan banget kayaknya? Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri kalo dia pelukan sama Pak Raka! Apa nggak gila?!"
Seketika tubuh Tiara menegang dibuatnya. "Ap--apa maksud Kakak, ya?" tanya Tiara.
Alya menoyor dahi Tiara menggunakan telunjuknya dengan kuat hingga membuat kepala Tiara agak terhuyung ke belakang.
"Nggak usah sok lugu! Bahkan gue ada bukti!"
Alya menunjukkan foto yang ia ambil pagi tadi kala melihat Tiara dan Raka di depan ruang ganti.
"Kok bis—"
"Huh? Kok bisa gue dapetin ini foto? Kenapa? Takut kesebar?"
Rini perlahan bangkit dari tempatnya kemudian berdiri tepat di sebelah Tiara. "Kakak jangan keterlaluan gitu dong!"
Alya beralih menatap Rini dengan tatapan angkuh. "Keterlaluan? Mana yang lebih keterlaluan, pacaran sama guru atau negur pesalah?" tanya Alya.
"Karel lo embat, sekarang guru pun lo embat. Dasar murah—" saat hendak melayangkan tangannya, tiba-tiba pergerakannya ditahan oleh tangan kekar milik seseorang dari arah belakang.
"Sekolah bahkan tidak pernah mengajarkan muridnya untuk melakukan kekerasan," sela Raka dengan nada yang terkesan dingin.
Alya menepis cengkraman tangan Raka dari tangannya lalu mendengkus kesal. "Bahkan sekolah tidak pernah membenarkan guru untuk melakukan hal tidak wajar dengan muridnya," balas Alya tak kalah angkuh.
"Kamu tahu apa? Hubungan saya dengan Tiara lebih dari apa yang kamu pikirkan," ujar Raka sembari menarik lengan baju Tiara dan Rini menggunakan kedua tangan lalu berjalan meninggalkan Alya yang masih terdiam di tempatnya.
"AAA!" seru Alya sambil memukul udara akibat kepalang kesal.
"Bisa-bisanya mereka main-main sama gue."
***
Setelah dua hari menjalani masa berkemah, akhirnya mereka bisa pulang. Bis berhenti tepat di lapangan sekolah yang luas disusul dengan para murid yang keluar dengan wajah yang terlihat lelah. Tas yang semula berukuran sedang kini sudah terlihat menggumpal karena tidak memiliki banyak waktu untuk melipat pakaian dan merapikan perlengkapan dengan rapi seperti sedia kala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka Untuk Tiara
Genç Kurgu"Selain dilahirkan untuk menyembah Allah bukankah kamu juga dilahirkan untukku?" Tiara tak menyangka akan bertunangan dengan Raka yang berstatus sebagai guru bahasa Inggris di sekolahnya. Tiara memang menyukai Raka, tetapi ia tidak dapat memaksakan...