"Loh, Susan?"
Juni dan Haekal tidak bisa jika tidak terkejut akan kedatangan gadis cantik bersama Karel. Susan tersenyum kikuk kala mendapatkan tatapan aneh dari kedua teman Karel. Karel sendiri sudah mendudukkan dirinya di atas karpet bersama teman-temannya.
"Duduk, Sus," titah Karel.
Susan mengangguk lalu mendudukkan dirinya. "Halo, kalian."
"Cielah, mupon dari si Yaya pindah ke Ying lo?" tanya Haekal sambil menyenggol lengan Karel.
"Diem deh Gopal," sahut Karel seraya membuka plastik pesanannya.
"Kalo si Haekal Gopal, Juni siapa?" tanya Susan berusaha mengimbangi gurauan laki-laki di depannya.
"Juni tok Aba," sahut Haekal.
"Sabar gue mah punya temen kek kembaran mendoan tempe kaya lo berdua," ujar Juni yang seakan pasrah.
Susan terkekeh pelan. "Kalian lucu banget si."
"Makan aja, Susan. Karel pesen makanannya banyak kok," ujar Juni seraya memberikan piring berisikan kentang goreng dan makanan lainnya pada Susan.
"Thanks."
"Jangan pake bahasa Inggris, Susan. Jiwa ke-Betawian si Karel kagak sampe," kata Haekal sambil menepuk bahu Karel.
Karel sontak menyumpal mulut Haekal menggunakan sepotong Pizza agar membungkam mulut sahabatnya itu. "Modal thanks doang mah gue lulus, tapir!"
"Kok lo berdua bisa saling kenal? Kenal di mana?" tanya Juni pada Karel dan Susan.
Susan menyelesaikan aktivitas mengunyahnya sebelum menjawab pertanyaan Juni. "Dia kebetulan pelanggan ojek, pas itu motor Vespa-nya mogok di jalan."
"Makanya nggak usah gegayaan naik vespa kayak anak indie, lo pulang magrib aja dimarahin," ejek Haekal pada Karel.
"Lo kayaknya nggak bisa dibiarin ngomong, ya. Mulut lo bau azab," kesal Karel.
Juni menggelengkan kepalanya pelan. "Bagus deh ada cewe normal yang mau deket sama Karel, kasian dia calon-calon sadboy tahun ini," ujar Juni.
"Suka kok sama adek kelas, sama gue dong," ujar Susan pada Karel dengan diakhiri kekehan.
Karel beralih menatap Susan. "Emang boleh?"
"PEPET TEROS BOSQU!" seru Haekal.
Susan tersenyum simpul. "Kan gue pernah bilang, selesein urusan lo sama si Tiara baru balik ke gua."
***
Pada keesokan harinya seperti yang telah dijanjikan, Raka mengajak Tiara pergi ke kondangan bersamanya di acara pernikahan salah seorang saudara dekatnya. Tiara dan Raka memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah hari ini dan menitipkan absen pada teman sekelasnya sekaligus sahabatnya yaitu Rini.
"Ih, udah kaya princess tinggal nunggu pangeran bermobil BMW nich," monolognya sambil melihat pantulan tubuhnya di cermin full-body.
"Buset, cakep bener anak Bapak," puji Hendra begitu masuk ke dalam kamar putrinya.
Tiara tersenyum senang lalu berjalan mendekati Hendra. "Cangtip, 'kan?"
"Hooh, jadi kondangan?" tanya Hendra.
"Iya, Mas Raka udah di jalan bentar lagi sampe," sahut Tiara dengan antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka Untuk Tiara
Teen Fiction"Selain dilahirkan untuk menyembah Allah bukankah kamu juga dilahirkan untukku?" Tiara tak menyangka akan bertunangan dengan Raka yang berstatus sebagai guru bahasa Inggris di sekolahnya. Tiara memang menyukai Raka, tetapi ia tidak dapat memaksakan...