Benar apa yang telah Raka katakan kemarin. Laki-laki itu kini sudah berdiri di depan kelas sembari memberikan beberapa hadiah kecil untuk siswa berprestasi dalam mata pelajarannya. Namun sayangnya, Tiara tidak mendapatkan satupun dari hadiah Raka. Ya, Tiara cukup sadar diri bahwa ia cukup bodoh dalam bahasa Inggris. Setelah memberikan beberapa hadiah dan ucapan terima kasih, Raka mulai berpamitan pada muridnya karena sebentar lagi ia akan pindah mengajar.
"Yaah, Pak! Kok pindah si?" tanya seorang siswi cantik pada Raka dengan nada kecewa. Banyak dari kalangan para siswi merasakan kehilangan salah satu guru tampan di sekolah.
"Sudah takdir," sahut Raka singkat.
"Bapak pindah ke sekolah mana?" tanya siswi lain.
"MA Takhasus Ahmad Yani," sahut Raka.
"Baik, cukup sampai di sini bila ada kesalahan saya kala mengajar mohon dibukakan pintu maaf. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Ini kita harus nangis nggak si?" tanya Rini pada Tiara dengan nada rendah agar hanya Tiara yang dapat mendengar.
"Nggak usahlah," sahut Tiara.
Rini mengerutkan keningnya, bingung dengan sahutan Tiara. "Kok kamu nggak sedih?"
"Sedihnya udah tadi malem, sekarat ini mata kalo sekarang nangis lagi."
Setelah selesai acara perpisahannya, kini Tiara tengah menemani Raka di parkiran bersama Rini. Suasana masih sepi karena para murid masih di kelas untuk belajar, sedangkan kedua gadis itu izin ke toilet. Raka tersenyum kecil pada Tiara setelah selesai memasukkan beberapa buku ke dalam mobilnya.
"Tetap semangat belajar, ya. Saya yakin guru bahasa Inggris yang baru akan sama baiknya seperti Pak Wahyu," ujar Raka.
"Kok nggak Pak Raka aja yang jadi perumpamaan?" tanya Rini.
Raka terkekeh pelan. Rini terperangah melihat Raka yang sedang tertawa pelan. "Saya tidak sebaik itu."
Rini yang paham bahwa Tiara dan Raka butuh waktu pun berinisiatif untuk pergi, tak benar-benar pergi hanya saja memberikan kesempatan untuk Tiara agar berbincang dengan Raka.
"Pak Raka mau nikahin saya di umur berapa?"
Raka agak tertegun dengan pertanyaan Tiara yang menurutnya sangat mendadak. "Kenapa kamu bertanya begitu?"
"Ya, nanya aja. Saya kayaknya nggak bakal kuliah, setelah umur saya sembilan belas tahun Pak Raka lamar saya aja," ujarnya dengan yakin. Diam-diam Tiara merasa malu karena telah berucap demikian.
Raka menjitak kepala Tiara pelan, kesal dengan ucapan gadis itu. "Saya yakin kamu bisa kuliah, tak perlu kuliah negeri, cukup swasta dan mau belajar."
"Pak Raka jaga hati di sana, ya. Susah loh jadi tunangan orang ganteng kayak Pak Raka, sainganku banyak."
Raka tersenyum lalu mengangguk singkat. "Kamu jaga diri, saya pergi dulu."
Tiara mengangguk lalu melambaikan tangannya kala Raka beranjak hendak masuk ke dalam mobilnya. "Hati-hati, Pak. Jangan lupa main ke rumah."
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
***
Setelah kepergian Raka, kini Tiara dan Rini tidak ingin kembali ke kelas. Mereka menghabiskan waktu menjelang istirahat dengan bersantai di kantin, hingga tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi. Tiara dan Rini pun bangkit dari duduknya untuk kembali ke kelas, Tiara cukup trauma dengan keramaian kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka Untuk Tiara
Novela Juvenil"Selain dilahirkan untuk menyembah Allah bukankah kamu juga dilahirkan untukku?" Tiara tak menyangka akan bertunangan dengan Raka yang berstatus sebagai guru bahasa Inggris di sekolahnya. Tiara memang menyukai Raka, tetapi ia tidak dapat memaksakan...