lima puluh empat

1.7K 223 75
                                    

Karel termenung seorang diri di kamarnya. Setelah mendapatkan penolakan untuk yang kedua kalinya, Karel memilih untuk bolos dan pulang ke rumahnya. Orang tuanya bahkan terheran-heran kala putranya pulang dengan wajah lesu dan tak bersemangat.

"Apa salahnya si lupain tuh cewe?"

"Banyak kali yang mau ama gue ...," monolognya sambil melihat pantulan tubuhnya di cermin yang berhadapan langsung dengan ranjangnya.

"Bisa gila gue mikirin tuh cewe."

Karel menyelusup ke dalam selimut lalu berteriak sekencang-kencangnya. Untung saja pintunya telah tertutup rapat sehingga suara yang ia hasilkan tidak akan begitu kencang.

"Selesein urusan lo sama Tiara, baru balik ke gue."

Karel seketika teringat akan perkataan Susan beberapa hari yang lalu.

"Apa gue kejar yang pasti-pasti aja?"

Karel mengacak rambutnya asal. "Udah ah, ribet mikirin cewe. Mending gue nyari sugar mommy."

***

Tiara sedari tadi diam di atas ranjangnya dengan pikiran melayang ke mana-mana. Banyak hal aneh yang terjadi di kehidupannya hingga membuatnya cukup terganggu. Ucapan Alya tentang kejelekannya, ucapan Karel tentang perasaannya untuk Tiara, kepergian Raka dari sekolahnya, dan banyak hal lagi.

"Ya Allah. Harusnya cewe tuh nggak perlu jadi pusat perhatian!"

Tiara memukul kepalanya sendiri guna merutuki kebodohannya. "Astaghfirullahal'adzim."

Tiara seketika teringat Raka. Setelah kepindahannya ke sekolah baru, Tiara belum mendapatkan kabar dari laki-lakinya. Laki-lakinya? Ah, benar. 

"Mas Raka juga kenapa nggak ngabarin si? Baru satu hari pindah masa lupa masih punya tunangan."

Tiara meraih ponselnya lalu membuka aplikasi WhatsApp untuk melihat pesan yang masuk. Banyak pesan grup kelas yang mengisi ruang pesan, tetapi bukan itu yang Tiara harapkan. Ia pun kembali mematikan layar ponselnya sampai akhirnya notifikasi menarik atensinya kembali.

Mas Raka: saya di depan.

"Allahuakbar!"

"TIARA TURUN! ADA RAKA!" seru Hendra dari lantai bawah dengan kencang. Tiara pun langsung bangkit dari duduknya lalu berjalan cepat menghampiri Raka.

Begitu tiba di ruang tamu, Tiara melihat dua laki-laki kesayangannya tengah berbincang ringan dengan sesekali terkekeh. Raka menyadari keberadaan Tiara pun tersenyum kecil, ah masih belum berubah.

"Sini, Ra."

Tiara mengangguk lalu mengambil tempat duduk di sofa panjang di mana Raka tempati, hanya saja keduanya tidak duduk berdekatan satu sama lain.

"Saya denger kamu dipindahkan ke sekolah lain?" tanya Hendra.

Raka mengangguk singkat. "Iya, Pak."

"Syukurlah, Tiara jadi bisa fokus belajar. Dia sering curhat kalo Mas Raka bikin gagal fokus terus tiap ngajar," ujar Hendra dengan diakhiri tawa.

Tiara menutupi wajahnya menggunakan kain kerudungnya, sedangkan Raka hanya terkekeh kecil.

"Kalau gitu saya tinggal, ada pekerjaan yang perlu saya selesaikan." Setelah berucap demikian, Hendra langsung bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang tamu. Tersisa lah Raka dan Tiara yang belum membuka topik pembicaraan sama sekali.

"Mas," panggilnya lirih.

"Hm?"

"Aku mau cerita," ujar Tiara.

Raka Untuk TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang